• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Laboratorium lapang Ilmu dan Teknologi Tumbuhan Pakan dan Pastura untuk masa penanaman, pemeliharaan dan pemanenan serta di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Tumbuhan Pakan dan Pastura dan Laboratorium Bioteknologi Hutan dan Lingkungan Pusat Antar Universitas untuk menganalisa bobot kering tajuk dan akar, persentase infeksi akar, dan jumlah spora Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2007 - Januari 2008.

Materi

Penelitian ini menggunakan bahan tanam benih legum Centrosema pubescens

Benth., mikoriza menggunakan jenis campuran (mycofer) yang terdiri dari empat isolat yaitu Glomus manihotis, Glomus etinucatum, Gigaspora margarita, dan

Acaulospora tuberculata, rhizobium, asam humik, mikroorganisme pelarut fosfat, pupuk NPK mutiara, KOH 2,5%, HCl 2%, Sukrosa 60%, bahan-bahan kimia untuk pewarnaan akar yaitu tryphan blue, gliserol, asam laktat, aquades, media tumbuh yaitu tanah latosol darmaga dan tanah yang berasal dari tailing penambangan emas PT. Aneka Tambang di daerah Pongkor, Bogor.

Peralatan yang digunakan adalah mistar ukuran 100 cm, gembor air, ajir,

polybag, gunting, timbangan, oven, kantong semen, kertas koran, saringan bertingkat (710 μm, 425 μm, dan 45 μm), sentrifuse, mikroskop, cawan petri, gelas obyek, cover glass, pinset, gelas ukur, tabung film.

Metode Penelitian Rancangan

Penelitian ini terdiri dari dua penelitian yang berbeda. Penelitian pertama menggunakan media tanam tanah latosol Darmaga (kode A) dan penelitian kedua menggunakan media tanam tanah tailing Pongkor (kode T). Masing-masing menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Penelitian ini terdiri dari 7 perlakuan dengan 5 ulangan untuk masing-masing media tanam.

13 Tujuh perlakuan yang digunakan, yaitu:

Kontrol : Tanpa perlakuan

M : Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) MP : CMA + Bakteri Pelarut Fosfat

MR : CMA + Rhizobium

MH : CMA + Asam Humik

MPR : CMA + Bakteri Pelarut Fosfat + Rhizobium

MPRH : CMA + Bakteri Pelarut Fosfat + Rhizobium + Asam Humik

Asam humik diberikan sebanyak 80 ml per polybag yang diperoleh dari hasil pengenceran 125 ml per 20 liter air. Rhizobium dan mikroorganisme pelarut fosfat menggunakan carrier arang sekam dengan kepadatan lebih dari 108 cpu. Rhizobium

dan mikroorganisme pelarut fosfat yang terdapat dalam arang sekam masing-masing diberikan 1 gram per polybag. Bakteri pelarut fosfat yang terdiri dari 3 isolat dengan kode FT.3.2, FT.3.3, dan B.80.1649.8. CMA menggunakan carrier zeolit dan diberikan sejumlah 10 gram per polybag. Masing-masing tanaman diberikan pupuk NPK mutiara dengan dosis 500 kg per ha tanah, sehingga per polybag menggunakan 1,25 gram.

Model Statistik

Model statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Steel dan Torrie, 1993):

Yij = µ + τi + Σij

Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai rataan umum

τi = Pengaruh perlakuan ke-i (i = 1, 2, 3,....7) Σij = Pengaruh galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA) dan jika memberikan hasil yang berbeda nyata dilanjutkan dengan uji Jarak Duncan (Steel dan Torrie, 1993), dan jika membandingkan tanah latosol dan tanah tailing

14

Prosedur 1. Persiapan media tanam

Media tanam yang akan digunakan adalah tanah latosol dari Darmaga dan tanah tailing yang diambil dari pertambangan emas PT. Aneka Tambang di daerah Pongkor, Bogor. Sebelum ditanami, tanah latosol dikeringkan terlebih dahulu selama satu minggu dengan cara dijemur di dalam rumah. Sedangkan tanah tailing langsung dimasukkan ke dalam polybag tanpa dijemur terlebih dahulu.

2. Penanaman

Tanaman yang digunakan yaitu Centrosema pubescens Benth. yang diperoleh dari laboratorium lapang Agrostologi, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB. Tanah yang akan ditanami diberi pupuk NPK mutiara hingga merata, kemudian dimasukkan ke dalam polybag

kapasitas 5 kg yang telah diberi kode untuk masing-masing perlakuan. Setelah itu, tanah dibuat 1 lubang tanam dan ke dalamnya dimasukkan benih Centrosema pubescens Benth secukupnya. Setelah itu lubang yang telah dimasukkan benih ditutup dengan sedikit tanah kemudian disiram secukupnya. Apabila legum tidak tumbuh maka perlu dilakukan penyulaman.

3. Trimming

Trimming dilakukan setelah tanaman berumur 2 minggu setelah tanam dan dengan cara memotong bagian atas tanaman dan disisakan 2 tanaman yang pertumbuhannya paling baik. Pertumbuhan setelah pemangkasan ini dianggap sebagai pengaruh dari perlakuan yang diberikan.

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman dan pemberantasan hama penyakit. Penyiraman dilakukan setiap hari sesuai kapasitas lapang.

5. Pengamatan

Pengamatan dilakukan setiap 1 kali seminggu dengan mengukur panjang penyebaran dan jumlah flash.

6. Pemanenan

Pemanenan dilakukan sebanyak 2 kali. Pemanenan pertama dilakukan setelah 40 hari dengan pemotongan bagian tajuk tanaman untuk ditimbang berat

15 segar dan berat keringnya. Pemanenan kedua dilakukan 40 hari setelah panen pertama dengan pemotongan bagian tajuk tanaman untuk ditimbang berat segar dan berat keringnya. Bagian akar dicuci untuk ditimbang berat segar, berat kering, infeksi akar dan jumlah sporanya.

Peubah yang Diamati Berat Kering Tajuk

Berat kering tajuk diperoleh dengan cara menimbang bahan segar kemudian dikering anginkan selama 48 jam dan kemudian dilakukan pengeringan dalam oven pada suhu 70oC selama 48 jam. Berat kering tajuk diambil pada panen I dan II.

Berat Kering Akar

Berat kering akar diperoleh dengan cara menimbang akar yang telah dikering anginkan selama 48 jam dan kemudian dilakukan pengeringan dalam oven pada suhu 70oC selama 48 jam.

Panjang Penyebaran

Panjang penyebaran diperoleh dengan mengukur legum dari permukaan tanah hingga ujung legum yang terpanjang.

Jumlah Ranting/Flash

Jumlah ranting/flash dihitung berdasarkan jumlah individu baru yang tumbuh.

Jumlah Bintil Akar Aktif

Jumlah bintil akar diperoleh dengan menghitung bintil akar aktif yang terbentuk selama penelitian.

Persentase Infeksi akar

Penghitungan jumlah akar terinfeksi dilakukan melalui teknik pewarnaan akar (Phyllip dan Hayman, 1970 yang dimodifikasi oleh teknik Koske dan Gemma, 1989). Pewarnaan akar dilakukan dengan cara akar dicuci hingga bersih dan dimasukkan ke dalam tabung film kemudian ditambahkan KOH 2,5%. Setelah akar berwarna bening (sekitar 7-10 hari) KOH 2,5% dibuang kemudian akar dicuci dibawah air mengalir dan disaring menggunakan saringan teh. Setelah bersih dari KOH 2,5%, akar kembali disimpan dalam tabung tertutup yang telah ditambahkan HCl 2%. Perendaman dengan HCl 2% dilakukan selama 24 jam kemudian larutan

16 HCl dibuang dan diganti dengan larutan staining. Apabila pewarnaan terlalu pekat maka ditambahkan larutan distaining. Penghitungan infeksi akar dilakukan dengan cara akar sepanjang sekitar 1 cm diambil sebanyak 10 buah, kemudian diletakkan pada objek gelas lalu ditutup dengan cover glass. Penghitungan jumlah akar yang terinfeksi dilakukan dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x10. Persentase akar yang terinfeksi dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Persentase infeksi akar = jumlah akar yang terinfeksi x 100% jumlah contoh akar

Jumlah spora

Metode yang digunakan untuk mengetahui jumlah spora adalah metode tuang saring basah (Gedermann dan Nicolson, 1963 yang telah dimodifikasi). Hal pertama yang dilakukan adalah mengambil sampel tanah sebanyak 50 g berat kering udara dilarutkan dengan air sampai homogen, kemudian dibiarkan beberapa detik agar partikel-partikel besar mengendap. Suspensi tersebut kemudian disaring. Partikel- partikel halus berikut spora yang ditampung pada saringan 45 μm dimasukkan pada botol sentrifuse kemudian ditambahkan larutan sukrosa 60% dan disentrifuse dengan kecepatan 2500 rpm selama 25 detik. Supernatan disaring dengan saringan 45 μm dan dicuci dengan air mengalir. Spora yang tertahan ditampung dalam cawan petri. Penghitungan populasi spora dilakukan dengan mikroskop binokuler perbesaran 3X menggunakan counter.

Berat Kering Bintil Akar Aktif

Bintil akar yang aktif ditunjukkan dengan warna kemerahan bila bintil tersebut dibelah. Jumlah bintil akar yang terbentuk pada akar setiap individu tanaman dikering anginkan selama 48 jam dan kemudian dilakukan pengeringan dalam oven pada suhu 70oC selama 48 jam lalu ditimbang.

17 % Infeksi Akar Berat Kering Akar

Berat Kering Tajuk

Jumlah Bintil Akar Aktif

Berat Kering Bintil Akar Aktif

Panjang Penyebaran

Jumlah Ranting/Flash

Jumlah Spora

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait