• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Kitab Kuning dan Metode Pembelajarannya 1. Pengertian Kitab Kuning

4. Metode-Metode Pembelajaran Kitab Kuning

Metode pembelajaran kitab kuning merupakan cara-cara yang digunakan

dalam proses kegiatan belajar mengajar demi tercapainya tujuan pembelajaran

kitab kuning. Metode-metode pembelajaran diharapkan agar sesuai dengan

keadaan dan kondisi suatu lembaga pendidikan, kiyai, maupun santri itu sendiri.

Berikut akan dijelaskan metode-metode pembelajaran kitab kuning yang

biasa berlaku di pondok pesantren antara lain:

28

Binti Maunah, 2009, Tradisi Intelektual Santri, (Yogyakarta: Teras), h. 172.

29

a. Metode bandongan (Collective learning process)

Menurut Zamakhsyari Dhofier, menurutnya metode bandongan

merupakan metode utama dalam sistem pengajaran di pesantren. Dalam sistem

ini, sekelompok murid (antara 5 sampai dengan 500 murid) mendengarkan

seorang guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan dan sering mengulas

buku-buku Islam dalam bahasa Arab. Setiap murid memperhatikan bukunya

sendiri dan membuat catatan-catatan baik arti maupun keterangan tentang

kata-kata atau buah pikiran yang sulit untuk dipahami. Kelompok kelas dari sistem

bandongan ini disebut halaqah yang secara bahasa diartikan lingkaran murid, atau

sekelompok siswa yang belajar di bawah bimbingan seorang guru.30

Adapun kelebihan dari metode bandongan yaitu: 1) Seorang kiai dapat

menghatamkan kitabnya dengan waktu yang singkat. 2) Jumlah santri yang

mengikuti pengajian tidak terbatas kira-kira 5 sampai 500 santri.31Sedangkan

kekurangan dari metode bandongan yaitu: 1) Guru lebih aktif dan santri lebih

pasif. 2) Metode ini kurang efektif bagi murid yang pintar, karena materi sering

diulang-ulang sehingga terhalang kemajuanya.

b. Metode rorogan (Individual learning proces)

Sorogan berasal dari kata sorog yang berarti maju atau menyodorkan,

secara istilah metode ini disebut sorongan karena dalam istilah sorongan ini santri

menghadap kiai atau ustadz dengan membawa kitab untuk dibaca atau dikaji

bersama kiai atau ustadz tersebut.32

30

Zamakhsyari Dhofier, 1994, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai, (Jakarta: LP3ES), cet.9, h. 54.

31

HM Amin, dkk, 2004, Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan

Tantangan Kompleksitas Global, ( Bandung: IRD PREES), h. 41.

32

Imam Banawi, 1993, Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam, ( Surabaya : Al Ikhlas), h. 97.

Metode sorongan adalah metode yang sntrinya membaca dan memakai

kitab kuning untuk didengarkan oleh kiai atau guru, sekaligus menilai lebih jauh

kemampuan santri dalam memahami kitab kuning.Sistem sorogan ini sangat

efektif sebagai taraf pertama bagi seorang murid atau santri yang bercita-cita

menjadi alim. Sistem ini memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai dan

membimbing secara maksimal kemampua seorang santri dalam menguasai materi

pembelajaran.33

c. Metode gramatika tarjamah

Metode gramatika tarjamah merupakan kombinasi antara metode

gramatika dan metode terjemah yaitu metode yang terfokus pada pengkajian

kaidah tata bahasa dan penerapannya dalam penerjamaah suatu paragraf bacaan

dari satu bahasa kedalam bahasa yang lain. Sistem pengajaran model ini seorang

santri harus benar-benar menguasai ilmu yang dipelajarinya, karena sistem

pengajaran ini dipantau langsung oleh kiai.

Kelebihan dari metode gramatika tarjamah diantaranya adalah : 1) seorang

kiai dapat langsung mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal

seorang murid dalam pembelajaran bahasa Arab dan materi kitab kuning. 2) ada

interaksi individual antara kiai dan santri. 3) ada komunikasi efektif antara santri

dan pengajarnya.

d. Metode majlis ta‟lim

Metode majlis ta‟lim adalah metode menyampaikan ajaran islam yang bersifat umum dan terbuka, yang dihadiri jama‟ah yang memiliki berbagai latar belakang pengetahuan, tingkat usia, dan jenis kelamin. Metode ini bukan saja

33

melibatkan santri mukim tetapi juga masyarakat sekitar pesantren yang tidak

meiliki kesempatan untuk mengikuti penmgajian setiap hari. Pengajian melalui

majlis ta‟lim ini bersifat bebas dan dapat menjalin hubungan yang akrab antara

pesantren dan masyarakat sekitar.34

e. Metode hafalan

Metode hafalan adalah kegiatan belajar santri dengan cara menghafal suatu

teks tertentu dibawah bimbingan dan pengawasan seorang ustadz atau kiai.35

Metode hafalan ialah ”kegiatan belajar siswa dengan cara menghafal suatu teks tertentu dibawah bimbingan dan pengawasan seorang guru. Para siswa diberi

tugas untuk menghafal bacaan-bacaan dalam jangka waktu tertentu. Hafalan yang

dimiliki siswa ini kemudian didemonstrasikan di hadapan sang guru, baik secara

periodik atau insidental, tergantung kepada keinginan sang guru”.36

Adapun kelebihan metode hafalan yaitu: 1) Siswa dapat mengingat

pelajaran yang telah dihafalnya. 2) Siswa dapat melatih ingatan sehingga menjadi

kuat. 3) Lebih kuat secara emosional antara siswa dan guru. 4) Siswa tidak perlu

repot membawa teks jika ingin menyampaikan materi

Sedangkan kelemahan metode hafalan teknik mengajar melalui metode

hafalan dari dahulu sampai sekarang masih berjalan dan paling banyak dilakukan,

namun usaha-usaha peningkatan teknik mengajar tersebut tetap berjalan terus dan

para ahli menemukan beberapa kelemahannya diantaranya yaitu: 1) Jika si anak

memiliki daya ingat yang lemah maka metode tersebut sulit diterapkan.2)

34

Mujamil Qomar, 2005, Op.cit, h. 144-147.

35M. Ja‟far Shodiq, 2007, Peranan Pembelajaran Kitab Kuning, (Malang: Misykat), h.

14.

36

Drs. H. Mahmud, MM., 2006, Model-Model Pembelajaran di Pesantren, (Ciputat: Media Nusantara), h. 72.

Kurangnya interaktif antara siswa dengan guru 3)Sulit diterapkan pada materi

yang bersifat problem solving.

Metode menghafal bisa bersifat pasif jika murid hanya sekedar menghafal

tanpa diikuti pemahaman, kemampuan mengabstraksi, atau mengkontekstualisasi,

sehingga ilmunya tidak berkembang.37

f. Metode diskusi (syawir)

Diskusi ialah percakapan ilmiah yang responsif berisikan pertukaran

pendapat yang dijalin dengan pertanyaan-pertanyaan problematis pemunculan

ide-ide dan pengujian ide-ide-ide-ide ataupun pendapat dilakukan oleh beberapa orang yang

tegabung dalam kelompok itu yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan

masalahnya dan untuk memperoleh kebenaran.38

Kelebihan metode diskusi di antaranya: 1) Suasana kelas lebih hidup,

sebab siswa mengarahkan perhatian atau pikiranya kepada masalah yang sedang

didiskusikan. 2) Dapat menaikkan prestasi kepribadian individu, seperti sikap

toleransi, demokrasi, berfikir kreatif, sistematis, sabar dan sebagainya.

Sedangkan kekurangan metode diskusi adalah: 1) Kemungkinan ada siswa

yang tidak ikut aktif, sehingga diskusi baginya hanyalah merupakan kesempatan

untuk melepaskan tanggungjawab. 2) Sulit menduga hasil yang dicapai, karena

waktu yang dipergunakan untuk diskusi cukup panjang.39

C. Penelitian Terdahulu

37

Hanun Asrohah, 2001, Sejarah Pendidikan Islam, (Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu), cet. II, h. 78.

38

Syaiful Sagala, 2010, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta), h. 201-219.

39

Armai Arief, 2002, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Perss), h. 148-149.