• Tidak ada hasil yang ditemukan

Beban penyusutan biasanya dicatat pada setiap akhir periode pembukuan yang terjadi pada akhir tahun, kwartal, akhir semester ataupun pada saat terjadi transaksi tertentu yang menyangkut aktiva tetap seperti saat penjualan / penghapusan serta penarikan.

Dalam menentukan jumlah penyusutan, ada empat faktor perlu dipertimbangkan antara lain:

Harga perolehan merupakan hal yang penting dalam menghitung biaya penyusutan. Harga perolehan adalah uang yang dikeluarkan atau hutang yang timbul dan biaya-biaya lain terjadi dalam usaha perolehan suatu aktiva dan menempatkannya agar dapat dipergunakan.

b) Nilai Residu (Rediual or Salvage Value)

Nilai residu suatu aktiva yang didepresiasi adalah nilai taksiran realisasi (penjualan melalui kas) aktiva tetap tersebut setelah akhir penggunaan atau pada saat mana aktiva tetap harus ditarik dari kegiatan produksi.

c) Umur Teknis

Yang dimaksud dengan umur teknis adalah taksiran jangka waktu penggunaan aktiva tetap itu dalam kegiatan produksi.

- Umur Fisik

Umur fisik berapa lama aktiva tetap itu secara fisik mampu memberikan sumbangan terhadap kegiatan produksi. Umur fisik dapat berakhir karena kerusakan, hancur, terbakar, meledak, dan lain-lain. - Umur Fungsional

Berarti berapa lama aktiva tetap itu mampu untuk memproduksi barang-barang yang ditawarkan dan diterima masyarakat. Aktiva tetap yang secara teknis fisik masih berjalan belum tentu dianggap memiliki

umur funsional, misalnya apabila produksinya sudah dianggap tidak laku atau ketinggalan zaman.

- Pola Pemakaian

Pola pemakaian aktiva tetap dalam kegiatan produksi harus dipertimbangkan dalam hubungannya dengan penyusutan produksi. Jurnal yang diperlukan untuk pembebanan penyusutan :

Biaya Penyusutan xxx

Akumulasi penyusutan xxx

Selisih antara harga pokok awal aktiva tetap dengan nilai residunya adalah biaya yang harus disebarkan selama umur manfaat aktiva tersebut. Salah satu aktiva tetap yang tidak disusutkan adalah lahan. Alasan untuk tidak melakukan penyusutan terhadap lahan adalah akibat kenyataan ekonomi di mana nilai dari lahan kecil kemungkinan untuk berkurang, sebaliknya, dianggap akan terus naik sejalan dengan perkembangan harga pertumbuhan ekonomi dan masyarakat.

- Metode Penyusutan berdasarkan PSAK (2009:16:10)

1. Metode penyusutan berdasarkan waktu

a) Metode Garis Lurus (Straight Line Method)

Adalah menghasilkan pembebanan yang tetap selama umur manfaat aset jika nilai residunya tidak berubah.

Metode garis lurus mempertimbangkan penyusutan sebagai fungsi dari waktu, bukan fungsi dari pelayanan, metode ini digunakan secara dalam praktek karena kesederhanaannya. Prosedur garis lurus seringkali secara konseptual juga paling tepat. Apabila keuangan bertahap merupakan alasan utama untuk usia pelayanan yang terbatas penurunan dalam kegunaan mungkin konstan dari periode ke periode.

Perhitungan besar penyusutan tahunan dihitung sebagai berikut:

Depresiasi = HP – NS

N

Keterangan :

HP = Harga Perolehan

NS = Nilai Sisa

N = Taksiran umur kegunaan

Dalam persentasi = 100% = d % N D= Penyusutan = d %x (C – S) Contoh :

Sebuah mesin dibeli dengan harga Rp. 125.000.000, diperkirakan akan dapat dipakai selama 5 tahun, taksiran nilai sisanya sebesar Rp. 25.000.000,-. Penyusutan = Rp. 1 Rp. 25.000.000,-5 = Rp. 20.000.000 Atau : 100% = 20% (Rp. 125.000.000 – Rp. 25.000.000 )

= 20% X Rp. 100.000.000 = Rp. 20.000.000

Tabel 1 Penyusutan Menurut Metode Garis Lurus Akhir

Tahun

Harga Pokok Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku 0 125.000.000 - - 125.000.000 1 125.000.000 20.000.000 20.000.000 105.000.000 2 125.000.000 20.000.000 40.000.000 85.000.000 3 125.000.000 20.000.000 60.000.000 65.000.000 4 125.000.000 20.000.000 80.000.000 45.000.000 5 125.000.000 20.000.000 100.000.000 25.000.000 Total 100.000.000

Sumber : PSAK No. 16 Tahun 2009

b) Metode Jumlah Unit (Sum of the Unit Method)

Adalah menghasilkan pembebanan berdasarkan pada penggunaan atau output yang diharapkan dari suatu aset.

Dalam metode ini penyusutan pada mulanya tinggi dan selanjutnya semakin menurun penyusutan dihitung dengan cara mengalihkan bagian pengurangan yang setiap tahunnya selalu menurun dengan harga perolehan dikurangi nilai residu.

Bagian pengurangan dihitung dengan cara:

- Penyebut adalah jumlah angka tahun selama umur ekonomis aktiva (jumlah angka bobot).

Pandangan yang dianut adalah aktiva pada umur awalnya dianggap memberikan performance yang lebih besar pada perusahaan sehingga beban penyusutan pada awal pemakainya lebih besar. Contoh :

Mesin yang harga perolehan Rp. 125.000.000 dengan nilai Rp. 25.000.000 ditaksir umur ekonomisnya 5 tahun. Berdasarkan keterangan tersebut diatas, dapat diperhitungkan jumlah angka-angka tahun dari umur aktiva tersebut, yaitu:

1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15 Atau dengan cara lain :

n + 1 x n 5 + 1 x 5 = 15

Tabel 2. Penyusutan Menurut Metode Jumlah Unit (Sum of the Unit Method) Tahu

n Cost Penyusutan Akumulasi Nilai

Penyusutan Buku 0 125.000.000 - - 125.000.000 1 125.000.000 5/15 x 100.000.000 = 33.333.333,- 33.333.333 91.666.667 2 125.000.000 4/15 x 100.000.000 = 26.666.667,- 60.000.000 65.000.000 3 125.000.000 3/15 x 100.000.000 = 20.000.000,- 80.000.000 45.000.000 4 125.000.000 2/15 x 100.000.000 = 13.333.333,- 93.000.000 25.000.000 5 125.000.000 1/15 x 100.000.000 = 6.666.667 100.000.000 Jumlah 100.000.000

Sumber : PSAK No. 16 Tahun 2009

2. Metode Saldo Menurun (Diminishing Balance Method)

Adalah menghasilkan pembebanan yang menurun selama umur manfaat aset.

Dalam metode ini penyusutan pertahun didapat dengan cara mengalihkan suatu tarif yang tetap dengan nilai buku.

T = 1 – n NS HP Keterangan : T = Tarif N = Umur Ekonomis NS = Nilai Sisa HP = Harga Perolehan

a. Metode yang didasarkan pada faktor penggunaan :

1) Metode Jam Jasa (Service Hours Method)

Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa aktiva (terutama mesin-mesin) akan lebih cepat rusak bila digunakan sepenuhnya dibandingkan dengan penggunaan yang tidak sepenuhnya. Menurut metode ini, besarnya biaya penyusutan akan sangat tergantung pada jam jasa yang digunakan. Pembebanan

penyusutan dengan metode ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Penyusutan = (HP – NS) X Jumlah Jam Tahun ini N

Keterangan :

HP = Harga Perolehan NS = Nilai Sisa

N = Taksiran Jam Jasa Contoh :

Mesin dengan harga perolehan Rp. 125.000.000,- nilai sisanya Rp. 25.000.000,- ditaksir akan dapat digunakan selama 50.000 jam. Apabila dalam tahun pertama mesin tersebut digunakan selama 18.000 jam, maka :

Penyusutan = (Rp. 125.000.000 – Rp. 25.000.000,-) x 18.000 jam 50.000 Jam

= Rp.

36.000.000,-2) Metode Hasil Produksi (Production Out Put Method)

Dalam metode ini taksiran manfaat dinyatakan dalam kapasitas produksi yang dapat dihasilkan. Biaya penyusutan dihitung dengan dasar satuan hasil produksi, sehingga penyusutan setiap periode akan berfluktuasi dengan fluktuasi produksi. Untuk dapat menghitung beban penyusutan, pertama kali dihitung tarif penyusutan dapat dicari dengan rumus :

Penyusutan = (HP – NS) X Jumlah dihasilkan tahun pertama N

Contoh :

Sebuah mesin dibeli harga Rp. 125.000.000,-. Mesin tersebut ditaksir akan dapat menghasilkan 500.000 unit barang. Taksiran nilai residu mesin adalah Rp. 25.000.000,-. Apabila pada tahun pertahun mesin tersebut menghasilkan 50.000 unit produk, maka jumlah penyusutan untuk tahun seperti yang diuraikan dibawah ini.

Penyusutan = (Rp. 125.000.000 – Rp.25.000.000) x 50.000 Unit 500.000 unit

= Rp.

10.000.000,-- Metode Penyusutan Menurut IFRS (2009:287)

a. Straight –Line

Adalah metode penyusutan dimana beban penyusutan lebih tinggi pada tahun-tahun awal masa manfaat aktiva dan lebih rendah di tahun kemudian.

Rate = (1- n √residual value/cost) x 100 Staright-Line Rate = 1

b. Double Declining Balance

Adalah metode penyusutan di mana dua kali lipat jumlah penyusutan diambil linier pada tahun pertama, maka persentase diterapkan dengan jumlah yang belum diamortisasi pada tahun-tahun berikutnya.

Depreciation = 2 x Staright–Line Rate x Book Value at Beginning of years

c. Sum Of-Year Digits (SYD)

Adalah metode penyusutan di mana jumlah yang diakui di awal masa manfaat aktiva lebih besar daripada yang diakui pada periode berikutnya. Depreciation = (Cost less salvage value) x Applicable Fraction Applicable Fraction = Number of years of estimated life remaining as

The beginning of the years SYD

SYD = n (n+1) = Estimated Useful Life 2

Contoh kasus untuk Metode Straight-Line, Double Declining Balance, Sum Of-Year Digits (SYD) adalah sebagai berikut :

PT. Gratia JayaSentosa membeli sebuah mesin pada bulan Januari 2001 sebesar Rp 125.000.0000 dengan estimasi umur 5 tahun dengan nilai residu Rp 25.000.000. Beban penyusutan untuk setiap tahun penuh aktiva dihitung sebagai berikut :

Akumulasi Penyusutan = Rp 125.000.0000 - Rp 25.000.000 = Rp 100.000.000

Tabel 3. Perhitungan Penyusutan Menurut IFRS Tahun 2009

Years Straight-Line Double-Declining Balance Sum Of-Years Digits 1 100.000.000 : 5 = 20.000.000 50% x 125.000.000 = 62.500.000 5/10 x 100.000.000 = 50.000.000 2 100.000.000 : 5 = 20.000.000 50% x 62.500.000 = 31.250.000 4/10 x 100.000.000 = 40.000.000 3 100.000.000 : 5 = 20.000.000 50% x 31.250.000 = 15.625.000 3/10 x 100.000.000 = 30.000.000 4 100.000.000 : 5 = 20.000.000 50% x 15.625.000 = 7.812.500 2/10 x 100.000.000 = 20.000.000 5 100.000.000 : 5 = 20.000.000 50% x 7.812.500 = 3.906.250 1/10 x 100.000.000 = 10.000.000

Sumber : IFRS Tahun 2009

Tabel 4. Perbandingan Penyusutan Menurut PSAK Tahun 2009 dan IFRS Tahun 2009 METODE STRAIGHT-LINE MENURUT PSAK TH 2009 METODE STRAIGHT-LINE MENURUT IFRS TH 2009

Akhir Tahun Harga Pokok Penyusutan Akumulasi Penyusutan

Nilai Buku Akhir Tahun Harga Pokok Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku 0 125.000.00 0 - - 125.000.00 0 0 125.000.00 0 - - 125.000.00 0 1 125.000.00 0 20.000.00 0 20.000.00 0 105.000.00 0 1 125.000.00 0 20.000.00 0 20.000.00 0 105.000.00 0 2 125.000.00 0 20.000.00 0 40.000.00 0 85.000.00 0 2 125.000.00 0 20.000.00 0 40.000.00 0 85.000.00 0 3 125.000.00 0 20.000.00 0 60.000.00 0 65.000.00 0 3 125.000.00 0 20.000.00 0 60.000.00 0 65.000.00 0 4 125.000.00 0 20.000.00 0 80.000.00 0 45.000.00 0 4 125.000.00 0 20.000.00 0 80.000.00 0 45.000.00 0 5 125.000.00 0 20.000.00 0 100.000.00 0 25.000.00 0 5 125.000.00 0 20.000.00 0 100.000.00 0 25.000.00 0 Total 100.000.00 0 Total 100.000.00 0

Sumber : PSAK No. 16 Tahun 2009 dan IFRS Tahun 2009

F. Pengeluaran Modal dan Pengeluaran Penghasilan (Capital expenditure and Revenue expenditure)

Pengeluaran-pengeluaran untuk aktiva tetap akan timbul selama kita menggunakan aktiva tetap tersebut, biasanya pengeluaran itu mempunyai pengaruh terhadap harga pokok yang akan mempengaruhi biaya penyusutan. Jadi biaya sehubungan dengan penambahan, perbaikan atau penggantian

komponen aktiva tetap yang memperpanjang masa manfaat, meningkatkan kapasitas atau ditangguhkan atau dikapitalisasi dengan mendebit perkiraan aktiva atau perkiraan akumulasi penyusutannya. Pelaksanaan perlakukan biaya ini tergantung pada kebijakan perusahaan yang antara lain didasarkan pada pertimbangan materialistis jumlah bersanggkutan.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009:16,5, 23) adalah sebagai berikut :

“Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aktiva tetap yang memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi masa manfaat keekonomisan di masa yang akan dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, harus ditambahkan pada jumlah tercatat aktiva yang bersangkutan”.

Pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Pengeluaran Penghasilan (Revenue expenditure)

Pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dirasakan dalam periode akuntansi yang bersangkutan oleh karena itu, pengeluaran ini dicatat dalam rekening biaya. (misalnya biaya pemeliharaan, biaya penyusutan)

Contoh : Selama tahun 2009, biaya pemeliharaan yang dikeluarkan untuk kendaraan serta peralatan yang masih beroperasi sebesar Rp.

120.340.000,-Jurnal yang dibuat perusahaan untuk mencatat biaya pemeliharaan pada tahun 2009 :

Biaya pemeliharaan Rp. 120.340.000

Kas Rp. 120.340.000

Misalnya : Selama tahun 2009, biaya penyusutan aktiva tetap perusahaan yang sudah di susutkan sebesar Rp 348,954,083.33

Jurnal yang dibuat perusahaan untuk mencatat biaya penyusutan pada tahun 2009 :

Biaya Penyusutan Rp 348,954,083.33

Akumulasi Penyusutan Rp 348,954,083.33

b. Pengeluaran Modal (Capital expenditure)

Pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi yang bersangkutan. Pengeluaran ini dicatat dalam rekening aktiva atau rekening akumulasi depresiasi. ( misalnya: kendaraan, inventaris, peralatan, mesin)

Contoh : Pada bulan Agustus 2009 perusahaan membeli 1 unit mesin Forklift sebesar Rp 195.400.000 seraca kredit.

Jurnal yang dibuat perusahaan untuk mencatat biaya penyusutan pada bulan Agustus 2009 :

Mesin Forklift Rp 195.400.000

Dasar pertimbangan dalam pencatatan pengeluaran-pengeluaran untuk aktiva tetap adalah berapa masa manfaat pengeluaran tersebut dapat dirasakan, hanya satu periode atau lebih dari datu periode akuntansi. Untuk lebih praktis pengeluaran-pengeluaran tertentu dikelompokkan dalam pengeluaran penghasilan apabila ;

- Jumlah pengeluaran itu relatif kecil

- Manfaat di masa yang akan datang tidak begitu berarti - Sulit untuk mengukur manfaat dimasa yang akan datang

Beberapa pengeluaran yang terjadi setelah perolehan aktiva tetap antara lain :

1. Pemeliharaan dan Reparasi (Maintenance and Repair)

Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memelihara untuk memelihara aktiva agar tetap dalam kondisi yang baik biaya ini sifatnya biasa dan berulang-ulang dan tidak menambah umur aktiva pengeluaran ini dianggap sebagai revenue expenditure. Reparasi alat-alat yang rusak sehingga menjadi baik dan dapat dipergunakan kembali. Jika pengeluaran itu biasanya hanya dimanfaat untuk periode berjalan maka dianggap sebagai revenue expenditure.

Ada dua cara untuk mencatat biaya tersebut, yaitu : a. Menambah harga perolehan aktiva tetap

Bila biaya ini dikeluarkan untuk menambah nilai kegunaan aktiva dan tidak menambah umumnya.

b. Mengurangi akumulasi penyusutan

Bila tujuan adalah untuk memperpanjang umur aktiva tetap dan mungkin juga nilai residunya.

2. Penggantian (Replacement)

Adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengganti aktiva atau suatu bagian aktiva dengan unit baru yang tipenya sama, misalnya penggantian busi pada mesin, Penggantian ini digolongkan dalam revenue

expenditure.

3. Perbaikan (Betterment and Inprovement)

Perubahan dari bentuk dan kerangka aktiva sehingga meningkatkan kapasitas dan jasa yang diberikan maka disebut

betterment atau improvement. Jika pengeluaran ini sifatnya biasa dan

jumlah kecil, maka diangkat sebagai biaya reparasi.

4. Penambahan (Addition)

Menambah atau memperluas fasilitas yang dimiliki suatu aktiva disebut addition. Pengeluaran ini dianggap sebagai capital expenditure dan harus disusutkan selama umur penggunaannya.

5. Penyusutan kembali aktiva tetap / Perombakan (Rearrangement)

Merupakan perombakan mesin dan peralatan kemudian dipasang kembali sehingga lebih ekonomis dan lebih efisien. Pengeluaran ini harus dikapitalisir dan disusutkan selama periode penggunaannya. Dalam

hal jika keuntungan yang diperoleh dari pemasangan ini lebih dari satu periode maka harus dibuka perkiraan baru dan disusutkan secara sistematis dan dibebankan ke Laba Rugi

Dokumen terkait