• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode mujahadah dan riyadhoh

BAB II KAJIAN TEORI KAJIAN TEORI

MATERI PENDIDIKAN AKHLAK

E. METODE PENDIDIKAN AKHLAK IMAM AL-GHAZALI

9. Metode mujahadah dan riyadhoh

Metode mujahadah dan riyadhoh sering disebutkan Imam Al-Ghazali di kitab-kitabnya. Bahkan metode ini yang paling banyak disebutkan oleh Imam Al-Ghazali dibanding metode-metode yang lain. Berikut ini adalah uraian singkat tentang metode mujahadah dan riyadhoh :

207

“Jika kita ingin melemah lembutkan dan menuntun marah dan nafsu syahwat dengan latihan dan kesungguh-sungguhan (mujahadah dan riyadhoh), niscaya kita dapat menguasai keduanya. Dan sungguh kita telah diperintahkan demikian. Dan yang demikian itu menjadi sebab keselamatan kita dan sampainya kita kepada Allah Ta‟ala.”

“Dengan demikian, maka engkau telah mengerti secara pasti bahwasanya akhlak yang bagus ini dapat diusahakannya dengan latihan (riyadhoh). Yaitu, permulaannya dengan memberi beban perbuatan-perbuatan yang dilakukannya, agar pada akhirnya perbuatan itu menjadi tabiat hati. Ini adalah di antara keajaiban hubungan antara hati dan anggota-anggota tubuh, yakni jiwa dan tubuh manusia. Karena semua sifat yang lahir dalam hati itu pengaruhnya membekas pada anggota tubuh, maka bekasnya naik ke hati. Hal itu dapat diketahui dengan satu contoh, yaitu seseorang yang menginginkan kecerdasannya menulis itu menjadi satu sifat kejiwaan sehingga ia menjadi seorang penulis dengan tabiatnya, maka tidak ada jalan lain kecuali ia mengerjakan dengan anggota tubuh tangan apa yang dikerjakan oleh seorang penulis yang pandai. Ia membiasakan pada pekerjaan ini dalam waktu yang panjang, mencontoh tulisan yang bagus. Pekerjaan seorang penulis adalah tulisan bagus. Kemudian ia menyamakan diri dengan penulis itu dengan berat. Kemudian ia selalu melakukan yang demikian, sehingga ia menjadi satu sifat yang melekat pada jiwanya. Dan pada akhirnya ia dapat memunculkan satu tulisan yang bagus secara tabiat sebagaimana ia memunculkan pada masa permulaan dengan perasaan berat. Maka tulisan yang bagus itu, dialah yang menjadikan tulisan itu halus secara tabiat. Kemudian turun dari hati ke anggota tubuh. Maka ia dapat menulis tulisan yang bagus secara tabiat. Demikian pula orang yang menginginkan dirinya menjadi seorang yang ahli fikih jiwanya. Maka itu tidak ada jalan lain baginya kecuali bila ia melakukan perbuatan-perbuatan ahli fiqih, yaitu mengulang-ulang fiqih sehingga dirinya berlipat pada hatinya satu sifat faqih. Maka ia menjadi seorang yang ahli fiqih jiwanya. Demikian pula orang yang menginginkan dirinya menjadi orang yang pemurah, memelihara kehormatan diri, penyantun, dan tawadhu. Maka ia wajib melakukan perbuatasn-perbuatan mereka (ulama fiqih) dengan rasa berat pada pertama kali. Sehingga ia menjadi tabiat bagi dirinya.” “Dan jalan untuk mujahadah dan riyadhah itu berbeda-beda bagi masing-masing manusia, berbeda menurut perbedaan hal ihwalnya..”208

Watak manusia itu berbeda-beda. Sebagian itu cepat menerima perubahan dan sebagian lain lambat menerima perubahan. Perbedaan itu disebabkan karena dua hal. Pertama, karena kekuatan watak itu pertama kali

207

Abu Hamid, Ihya‟ Ulumuddin,...Hlm. 57.

208

Imam Al-Ghazali, Ihya‟ Ulumuddin, terj. Moh. Zuhri, (Semarang : Asy-Syifa‟, 2003), jilid V, hlm. 128-129

ada di dalam diri manusia sejak manusia itu lahir dan terlalu lamanya watak itu dibiarkan berlebihan. Naluri syahwat lebih mulai wujud dari pada naluri amarah. Naluri amarah baru tumbuh pada anak usia tujuh tahun, sedangkan naluri syahwat sejak manusia lahir. Maka merubah naluri syahwat lebih sulit dibanding merubah naluri amarah. Kedua, karena kurangnya pembiasaan mengganti akhlak yang buruk dengan akhlak yang baik. Semakin sering akhlak buruk diganti dengan akhlak baik, maka akan semakin mudah manusia tersebut memiliki akhlak baik dan menghilangkan akhlak buruk. Demikian pula sebaliknya, bila tidak terlalu sering, maka sulitlah akhlak manusia berganti menjadi akhlak yang baik.209

Yang dimaksudkan oleh Imam Al-Ghazali bukanlah memusnahkan semua syahwat dan amarah, akan tetapi mengendalikan syahwat dan amarah ke jalan syariat Islam. Syahwat tidak boleh dimusnahkan, karena dengan syahwat manusia bisa terus makan sehingga terus hidup, dan dengan syahwat manusia bisa menikah sehingga terjaga kelestarian jenisnya. Amarah juga tidak boleh dimusnahkan karena dengan amarah manusia bisa menjaga diri dari hal-hal yang membahayakannya. Apabila manusia tidak diberi amarah, maka ia akan binasa dan tidak bisa berbuat apa-apa bila ada bahaya yang mengancamnya.

Manusia bisa mencapai akhlakul karimah dengan dua jalan. Pertama, melalui bawaan lahir seperti para Nabi dan Rosul. Kedua, melalui pendidikan akhlak, seperti orang awam. Pendidikan akhlak ini dengan cara membiasakan pada perbuatan-perbuatan yang berbalikan dengan yang

209

disenangi nafsu, baik nafsu syahwat maupun nafsu amarah. Sehingga tercapai keseimbangan. Dalam mengelola harta, nafsu hendaknya ditundukkan, sehingga tidak terjerumus kepada terlalu boros, juga tidak terjerumus kepada terlalu kikir. Yang dicari adalah tengah-tengah antara boros dan kikir, yaitu akhlak dermawan. Begitu pula dalam hal-hal lainnya, selalu dicari yang berada di tengah-tengah, tidak terlalu berlebihan dan juga tidak terlalu berkekurangan.

Semua akhlak yang terpuji bisa berhasil dengan cara demikian. Kemudian akhlak terpuji tersebut dibiasakan oleh peserta didik yang menghendaki memiliki akhlak yang baik sehingga ia melakukan akhlak terpuji tersebut dengan enak. Orang yang pemurah itu adalah orang yang merasa enak memberikan harta yang ia berikan, bukan orang yang memberikan harta dengan perasaan terpaksa. Demikian pula orang yang tawadhu. Orang yang tawadhu adalah orang yang merasa enak berlaku tawadhu.

Semakin umur bertambah, semakin akhlak baik itu melekat dan lebih sempurna. Karena itulah para Nabi dan para Wali menyukai umur panjang yang digunakan untuk taat kepada Allah Subhanahu Wata‟ala. Dan juga karena dunia itu sawah ladangnya akhirat. Dan bilamana ibadah itu semakin lebih banyak dengan bertambahnya umur, niscaya pahalanya itu lebih banyak, hati lebih bersih, dan lebih suci. Akhlakul karimah lebih kuat dan lebih melekat pada hati. Sesungguhnya maksudnya terus-menerus beribadah itu adalah agar ibadah itu membekas pada hati. Dan sesungguhnya

dengan memperbanyak membiasakan ibadah akan lebih kuat pengaruh ibadah pada hati.

Dan batas terakhirnya akhlakul karimah bilamana kecintaan pada dunia terputus dari hati dan kecintaan kepada Allah semakin melekat pada hati. Maka tidak ada sesuatu yang lebih dicintai daripada cinta bertemu Allah

Subhanahu Wata‟ala. Ia tidak menggunakan semua hartanya kecuali pada

jalan yang bisa menyampaikannya pada Allah Subhanahu Wata‟ala. Sifat marah dan syahwatnya termasuk yang dikuasainya. Maka itu tidak digunakannya kecuali pada jalan yang bisa menyampaikannya pada Allah

Subhanahu Wata‟ala. Sesudah itu semua ibadah terasa enak.210

Imam Al-Ghazali mengumpamakan jiwa atau kalbu manusia itu bagaikan tubuhnya sendiri. Apabila tubuh manusia itu sehat, teratur, dan seimbang, maka tubuh itu pun akan sehat dari penyakit-penyakit. Sesuai dengan hadits Nabi Muhammad Shallallahu „Alaihi Wasallam. Demikian pula halnya dengan akhlak. Keseimbangan akhlak menunjukkan bahwa jiwa atau kalbunya sehat. Sebaliknya, penyimpangan akhlak menunjukkan bahwa jiwanya pun sakit. Dengan menghilangkan penyakit dari tubuh manusia, maka tubuh itu akan sembuh dan sehat. Begitu pun jika kotoran-kotoran ruhani dibuang dan segala gejolak dalam hati disucikan, maka jiwa itu akan sembuh dari berbagai penyakitnya.211

Al-Ghazali mengatakan, bahwa penyembuhan badan memerlukan seorang dokter yang tahu tentang tabiat badan serta macam-macam penyakitnya, dan tentang cara-cara penyembuhannya. Demikian pula halnya

210

Imam Al-Ghazali, Ihya‟ Ulumuddin,...Hlm.126.

211

dengan penyembuhan jiwa dan pendidikan akhlak. Keduanya memerlukan pendidik yang tahu tentang tabiat dan kelemahan jiwa manusia serta tentang cara memperbaiki dan mendidiknya. Kebodohan dokter akan merusak kesehatan orang sakit. Begitupun kebodohan guru dan pendidik akan merusak akhlak muridnya. Sesungguhnya setiap penyakit mempunyai obat dan cara penyembuhannya.212

Dokumen terkait