4.5 PERENCANAAN BIAYA
4.5.1 Metode Pelaksanaan 4.5.1.1 Pekerjaan Tanah Runway
Pada Gambar 4.8 dapat dilihat WBS untuk pekerjaan struktural RTA. Pekerjaan struktural untuk RTA dibagi lagi menjadi pekerjaan tanah dan perkerasan. Pekerjaan tanah dan perkerasan tersebut kemudian dipisah lagi menjadi pekerjaan untuk masing‐masing runway, taxiway dan apron. Gambar 4. 8 WBS Pekerjaan Runway, Taxiway, dan Apron 4.5.1 Metode Pelaksanaan 4.5.1.1 Pekerjaan Tanah Runway
Pekerjaan tanah runway terbagi atas stripping, land grading, dan kompaksi. Ketiga proses tersebut diharapkan dapat membentuk dan memperkuat tanah agar kuat menahan beban perkerasan dan beban lalu lintas pesawat yang akan melintasi runway.
A. Stripping
Stripping dilakukan dengan tujuan untuk membuang top soil yang jelek, agar timbunan pada saat kompaksi tidak mengalami penurunan. Stripping dilakukan dengan menggunakan bantuan Bulldozer untuk mengupas dan dump truck untuk membuang tanah kupasan ke tempat pembuangan sementara, karena diasumsikan bahwa tanah kupasan tersebut akan digunakan untuk keperluan pengembangan landscape bandara. Antara lokasi pembuangan sementara dari lokasi stripping taxiway diasumsikan berjarak ±100 m. Kedalaman stripping adalah 30 cm dari permukaan tanah asli. Metode pekerjaan stripping: 1. Stripping dilakukan oleh Bulldozer. 2. Tanah yang sudah terkupas akan langsung dimasukkan ke dalam dump truck dan akan dibuang ke lokasi pembuangan sementara. 3. Pengupasan dilakukan sejajar dengan sumbu taxiway. 4. Asumsi alat yang digunakan adalah 5 buah Bulldozer dan 5 buah dump truck. Pekerjaan land grading mempunyai tujuan untuk menjadikan permukaan tanah pada lokasi runway memiliki elevasi yang sama, yaitu pada elevasi 36 m. Persamaan elevasi ini pada akhirnya akan memudahkan pekerjaan tanah selanjutnya, yaitu kompaksi. Land grading terdiri dari pekerjaan galian (cut) dan pekerjaan timbunan (fill). Pada pekerjaan land grading, tanah yang dipakai untuk fill adalah tanah asli dari hasil cut.
B. Land Grading Metode pekerjaan:
1. Penggalian dilakukan oleh Hydraulic Excavator sejajar dengan sumbu runway per stasioning 50 m.
2. Material galian di‐dumping ke dump truck dan langsung dibawa ke lokasi yang memerlukan timbunan.
3. Ketika membawa hasil galian tanah, diusahakan agar tanah galian tidak berjatuhan di jalan dengan cara menutup bak dump truck dengan terpal.
4. Dilakukan dumping tanah hasil galian dari dump truck di lokasi penimbunan.
5. Tanah tersebut kemudian dihamparkan menggunakan motor grader. Motor grader mempunyai fungsi selain menghamparkan material (tanah), juga berfungsi sekaligus untuk meratakan hasil penimbunan. 6. Asumsi alat yang digunakan sebanyak 5 buah, terdiri dari 5 buah excavator, 5 buah dump truck, dan 5 buah motor grader. Dari perhitungan didapat bahwa volume tanah galian berjumlah lebih banyak dari volume tanah yang harus ditimbun. Sisa tanah galian tersebut akan dibuang ke tempat pembuangan sementara.
Disposing
1. Tanah sisa galian diangkut ke tempat pembuangan sementara menggunakan dump truck. 2. Diasumsikan bahwa jarak lokasi pembuangan sementara dengan lokasi land grading
adalah ±300 m.
3. Diasumsikan bahwa tanah tersebut nantinya akan digunakan untuk keperluan pengembangan landscape bandara.
C. Kompaksi
Pekerjaan kompaksi runway dilakukan dengan tujuan untuk menaikkan CBR tanah pada runway yang sudah mengalami land grading. CBR yang diinginkan agar tanah kuat menahan beban perkerasan dan lalu lintas pesawat adalah sebesar 10 %.
Spesifikasi tanah yang akan digunakan untuk kompaksi:
‐ Tanah yang digunakan sebagai bahan kompaksi adalah cohesive soils (clay), diperoleh dengan cara membeli. ‐ Berat unit kering clay, γdry = 18 kN/m3 ‐ Kohesi clay, c = 50 kN/m2 ‐ Modulus elastisitas clay, Es = 10000 kN/m2 ‐ Indeks plastisitas clay, PI < 30 ‐ Diasumsikan bahwa tanah (clay) yang digunakan untuk kompaksi sudah sesuai dengan kriteria perencanaan dan sudah memenuhi kadar air optimum yang dibutuhkan, sehingga tidak perlu dilakukan pencampuran air dengan clay di lokasi kompaksi. Metode pekerjaan kompaksi: 1. Pengangkutan clay menuju lokasi menggunakan dump truck. 2. Perataan clay di lokasi kompaksi dilakukan dengan menggunakan motor grader. 3. Dilakukan pemadatan menggunakan sheepsfoot roller. 4. Pemadatan dilakukan per lapisan, dengan ketebalan tiap lapisannya sebesar 15 cm. 5. Jumlah lapisan yang dibutuhkan untuk mencapai ketinggian yang diinginkan pada
runway bervariasi, yaitu: Jumlah lapisan pemadatan pada bore hole 1 = 17 lapisan. Jumlah lapisan pemadatan pada bore hole 2 = 12 lapisan. Jumlah lapisan pemadatan pada bore hole 3 = 15 lapisan. Jumlah lapisan pemadatan pada bore hole 4 = 18 lapisan. 6. Jumlah lintasan sheepsfoot roller per lapisan pemadatan adalah 5 lintasan. Untuk lapisan pemadatan yang bervariasi, maka jumlah lintasan roller bervariasi pula pada sepanjang runway, yaitu: Jumlah lintasan roller pada bore hole 1 = 85 lintasan. Jumlah lintasan roller pada bore hole 2 = 60 lintasan. Jumlah lintasan roller pada bore hole 3 = 75 lintasan.
Jumlah lintasan roller pada bore hole 4 = 90 lintasan.
7. Penggilasan dilakukan searah sumbu runway dan diusahakan berlangsung terus tanpa berhenti sampai seluruh permukaan selesai digilas.
8. Pemadatan dilakukan hingga tanah mencapai keadaan CBR = 10.
9. Asumsi alat yang digunakan terdiri dari: 5 buah motor grader, 5 buah dump truck , dan 5 buah sheepsfoot roller.
4.5.1.2 Pekerjaan Tanah Taxiway
Pekerjaan tanah taxiway terbagi atas stripping dan kompaksi. Tidak dilakukan land grading karena diasumsikan bahwa tanah asli mempunyai elevasi yang sama di sepanjang lokasi taxiway sehingga tidak dibutuhkan penggalian dan penimbunan agar elevasi tanah menjadi rata. Kedua proses tersebut diharapkan dapat membentuk dan memperkuat tanah agar kuat menahan beban perkerasan dan beban lalu lintas pesawat yang akan melintasi taxiway. A. Stripping
Stripping dilakukan dengan tujuan untuk membuang top soil yang jelek, agar timbunan pada saat kompaksi tidak mengalami penurunan. Stripping dilakukan dengan menggunakan bantuan Bulldozer untuk mengupas dan dump truck untuk membuang tanah kupasan ke tempat pembuangan sementara, karena diasumsikan bahwa tanah kupasan tersebut akan digunakan untuk keperluan pengembangan landscape bandara. Antara lokasi pembuangan sementara dari lokasi stripping taxiway diasumsikan berjarak ±100 m. Kedalaman stripping adalah 30 cm dari permukaan tanah asli. Metode pekerjaan stripping: 5. Stripping dilakukan oleh Bulldozer. 6. Tanah yang sudah terkupas akan langsung dimasukkan ke dalam dump truck. 7. Pengupasan dilakukan sejajar dengan sumbu taxiway. 8. Asumsi alat yang digunakan adalah 5 buah Bulldozer dan 5 buah dump truck.. Disposing Berikutnya, dilakukan pekerjaan disposing ke tempat pembuangan sementara: 1. Tanah kupasan dibawa oleh dump truck.
2. Tanah kupasan akan dibuang ke pembuangan sementara, karena diasumsikan bahwa tanah tersebut akan digunakan untuk keperluan pengembangan landscape bandara. 3. Agar tanah tidak berjatuhan ketika dibawa ke lokasi pembuangan sementara, digunakan
terpal untuk menutup bak dump truck.
4. Asumsi alat yang digunakan adalah 5 buah dump truck. B. Kompaksi
Pekerjaan kompaksi dilakukan dengan tujuan untuk menaikkan CBR tanah pada taxiway yang sudah mengalami pengupasan. CBR yang diinginkan agar tanah kuat menahan beban perkerasan dan lalu lintas pesawat adalah sebesar 10%.
Spesifikasi tanah yang akan digunakan untuk kompaksi:
‐ Tanah yang digunakan sebagai bahan kompaksi adalah cohesive soils (clay) diperoleh dengan cara membeli. ‐ Berat unit kering clay, γdry = 18 kN/m3 ‐ Kohesi clay, c = 50 kN/m2 ‐ Modulus elastisitas clay, Es = 10000 kN/m2 ‐ Indeks plastisitas clay, PI < 30 ‐ Diasumsikan bahwa tanah (clay) yang digunakan untuk kompaksi sudah sesuai dengan kriteria perencanaan dan sudah memenuhi kadar air optimum yang dibutuhkan, sehingga tidak perlu dilakukan pencampuran air dengan clay di lokasi kompaksi. Metode pekerjaan kompaksi: 1. Pengangkutan clay menuju lokasi menggunakan dump truck. 2. Perataan clay di lokasi kompaksi dilakukan dengan menggunakan motor grader. 3. Dilakukan pemadatan menggunakan sheepsfoot roller. 4. Pemadatan dilakukan per lapisan, dengan ketebalan tiap lapisannya sebesar 15 cm. 5. Jumlah lapisan yang dibutuhkan untuk mencapai ketinggian yang diinginkan pada
taxiway adalah sebanyak 26 lapisan.
6. Jumlah lintasan sheepsfoot roller per lapisan pemadatan adalah 5 lintasan. Untuk lapisan pemadatan pada taxiway dilakukan sebanyak 130 lintasan.
7. Penggilasan dilakukan searah sumbu taxiway dan diusahakan berlangsung terus tanpa berhenti sampai seluruh permukaan selesai digilas.
8. Pemadatan dilakukan hingga tanah mencapai keadaan CBR = 10.
9. Asumsi alat yang digunakanterdiri dari: 5 buah motor grader, 5 buah dump truck , dan 5 buah sheepsfoot roller.
4.5.1.3 Pekerjaan Tanah Apron
Pekerjaan tanah apron terbagi atas stripping dan kompaksi. Sama seperti taxiway, Tidak dilakukan land grading karena diasumsikan bahwa tanah asli mempunyai elevasi yang sama di lokasi apron sehingga tidak dibutuhkan penggalian dan penimbunan agar elevasi tanah menjadi rata. Proses stripping dan kompaksi diharapkan dapat membentuk dan memperkuat tanah agar kuat menahan beban perkerasan rigid dan beban lalu lintas pesawat yang akan melintasi dan berhenti untuk parkir di apron.
A. Stripping
Stripping dilakukan dengan tujuan untuk membuang top soil yang jelek, agar timbunan tidak mengalami penurunan. Stripping dilakukan dengan menggunakan bantuan Bulldozer untuk mengupas dan dump truck untuk membuang tanah kupasan ke tempat pembuangan sementara. Antara lokasi pembuangan sementara dari lokasi stripping apron diasumsikan berjarak ±100 m. Diasumsikan tanah kupasan tersebut akan digunakan untuk keperluan
pengembangan landscape bandara. Kedalaman stripping adalah 30 cm dari permukaan tanah asli. Metode pekerjaan stripping: 1. Stripping dilakukan oleh Bulldozer. 2. Tanah yang sudah terkupas akan langsung dimasukkan ke dalam dump truck. 3. Asumsi alat yang digunakan adalah 5 buah Bulldozer dan 5 buah dump truck. Disposing Berikutnya, dilakukan pekerjaan disposing ke tempat pembuangan sementara: 1. Tanah kupasan dibawa oleh dump truck.
2. Tanah kupasan akan dibuang ke pembuangan sementara, karena diasumsikan bahwa tanah tersebut akan digunakan untuk keperluan pengembangan landscape bandara. 3. Agar tanah tidak berjatuhan ketika dibawa ke lokasi pembuangan sementara, digunakan
terpal untuk menutup bak dump truck.
4. Asumsi alat yang digunakan adalah 5 buah dump truck. B. Kompaksi
Pekerjaan kompaksi dilakukan dengan tujuan untuk menaikkan CBR tanah pada lokasi apron yang sudah mengalami pengupasan. CBR yang diinginkan agar tanah kuat menahan beban perkerasan, lalu lintas pesawat, serta beban pesawat ketika parkir adalah sebesar 10%. Spesifikasi tanah yang akan digunakan untuk kompaksi:
‐ Tanah yang digunakan sebagai bahan kompaksi adalah cohesive soils (clay) diperoleh dengan cara membeli. ‐ Berat unit kering clay, γdry = 18 kN/m3 ‐ Kohesi clay, c = 50 kN/m2 ‐ Modulus elastisitas clay, Es = 10000 kN/m2 ‐ Indeks plastisitas clay, PI < 30 ‐ Diasumsikan bahwa tanah (clay) yang digunakan untuk kompaksi sudah sesuai dengan kriteria perencanaan dan sudah memenuhi kadar air optimum yang dibutuhkan, sehingga tidak perlu dilakukan pencampuran air dengan clay di lokasi kompaksi. Metode pekerjaan kompaksi: 1. Pengangkutan clay menuju lokasi menggunakan dump truck. 2. Perataan clay di lokasi kompaksi dilakukan dengan menggunakan motor grader. 3. Dilakukan pemadatan menggunakan sheepsfoot roller. 4. Pemadatan dilakukan per lapisan, dengan ketebalan tiap lapisannya sebesar 15 cm. 5. Jumlah lapisan yang dibutuhkan untuk mencapai ketinggian yang diinginkan pada
6. Jumlah lintasan sheepsfoot roller per lapisan pemadatan adalah 5 lintasan. Untuk lapisan pemadatan pada apron dilakukan sebanyak 140 lintasan.
7. Penggilasan dilakukan searah panjang apron dan diusahakan berlangsung terus tanpa berhenti sampai seluruh permukaan selesai digilas. 8. Pemadatan dilakukan hingga tanah mencapai keadaan CBR = 10. 9. Asumsi alat yang digunakan terdiri dari: 5 buah motor grader, 5 buah dump truck , dan 5 buah sheepsfoot roller. 4.5.1.4 Pekerjaan Perkerasan Runway Perkerasan pada runway didesain menggunakan perkerasan lentur (flexible pavement). Total tebal lapis perkerasan yang direncanakan sesuai dengan perhitungan menggunakan kurva desain adalah 80 cm. Metode pekerjaan perkerasan lentur pada runway : 1. Material campuran penyusun perkerasan lentur dibawa ke lokasi dengan menggunakan dump truck. 2. Dilakukan penghamparan dan perataan menggunakan motor grader
3. Dilakukan pemadatan dengan menggunakan pneumatic rubber tired roller. Untuk pneumatic rubber tired roller, tebal lapisan pemadatan untuk satu kali pelapisan diambil sebesar 25 cm. Jadi, untuk perkerasan pada runway yang mempunyai ketebalan rencana 80 cm, diperlukan kuirang lebih 4 kali pelapisan untuk mencapai ketebalan yang diinginkan. Untuk satu lapisan, dilakukan lintasan sebanyak 5 kali lintasan.
4. Pekerjaan perkerasan ini dilakukan searah dengan sumbu runway. 4.5.1.5 Pekerjaan Perkerasan Taxiway
Perkerasan pada taxiway didesain menggunakan perkerasan lentur (flexible pavement). Total tebal lapis perkerasan yang direncanalan sesuai dengan perhitungan menggunakan kurva desain adalah sebesar 80 cm. Metode pekerjaan perkerasan pada taxiway mempunyai tipikal yang sama dengan pekerjaan perkerasan pada runway. Metode pekerjaan perkerasan lentur pada taxiway : 1. Material campuran penyusun perkerasan lentur dibawa ke lokasi dengan menggunakan dump truck. 2. Dilakukan penghamparan dan perataan menggunakan motor grader
3. Dilakukan pemadatan dengan menggunakan pneumatic rubber tired roller. Untuk pneumatic rubber tired roller, tebal lapisan pemadatan untuk satu kali pelapisan diambil sebesar 25 cm. Jadi, untuk perkerasan pada runway yang mempunyai ketebalan rencana 80 cm, diperlukan kuirang lebih 4 kali pelapisan untuk mencapai ketebalan yang diinginkan. Untuk satu lapisan, dilakukan lintasan sebanyak 5 kali lintasan.
4. Pekerjaan perkerasan ini dilakukan searah dengan sumbu taxiway. 4.5.1.6 Pekerjaan Perkerasan Apron
Perkerasan pada apron didesain menggunakan perkerasan kaku (rigid pavement). Hal ini dilakukan karena apron harus menahan beban yang lebih berat daripada runway dan taxiway, yaitu beban pesawat ketika sedang parkir. Tebal total lapis perkerasan yang diinginkan adalah 48 cm. Spesifikasi base course yang akan digunakan dalam perkerasan rigid: 1. Material penyusunnya terdiri dari decomposed granite treated 2. Mempunyai modulus reaksi tanah dasar (subgrade strength) k, sebesar 80 MN/m3. Spesifikasi plain concrete yang akan digunakan dalam perkerasan rigid: 1. Plain concrete bersambung tanpa tulangan. 2. Mempunyai tegangan lentur 40 Kg/cm2 3. Mempunyai kuat lentur tarik (Mr) minimal 500 Kg/cm2 (beton K‐500) 4. Slump pada beton adalah 12 Merode pekerjaan perkerasan kaku pada apron :
1. Dimulai dari membuat pekerjaan base course. Material campuran dibawa ke lokasi dengan menggunakan dump truck. Selanjutnya dilakukan penghamparan serta perataan menggunakan motor grader. Kemudian dilakukan pemadatan menggunakan vibro roller. 2. Setelah dilakukan pekerjaan base course, yang selanjutnya adalah pekerjaan plain concrete.
Material penyusunnya adalah beton K‐500 slump 12. Yang pertama dilakukan adalah pembuatan bekisting sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan. Bekisting untuk pekerjaan ini sebaiknya terbuat dari besi dan harus dalam kondisi baik. Pemasangan bekisting dilakukan setelah diadakan pengukuran untuk menentukan posisi bekisting secara benar. Pastikan bahwa kedudukan bekisting benar‐benar kokoh, lurus, dan rata pada permukaannya serta mempunyai elevasi yang benar sesuai rencana
3. Install rel untuk mendudukkan alat paver maupun spreader di atasnya. Pastikan agar rel berdiri kokoh dan tidak bergoyang. Kegagalan pemasangan rel yang baik akan menyebabkan paver dapat terguling atau macet.
4. Pemasangan alat (paver dan spreader) di rel. Pastikan alat tersebut dapat berjalan dari ujung ke ujung lainnya tanpa hambatan. Perhatikan terutama di sambungan rel.
5. Pengecoran beton dapat dimulai. Beton dituangkan perlahan‐lahan sampai diperkirakan cukup untuk suatu area tertentu sampai ketebalan yang direncanakan. Beton kemudian dihamparkan dan disebarkan menggunakan paver. Cuaca saat pengecoran dilakukan disarankan cerah, tidak hujan. Untuk pemerataan beton ke seluruh permukaan jalan, diperlukan spreader agar pelaksanaannya menjadi lebih cepat karena alat tersebut dapat mengerjakannya dalam volume besar.
6. Dilakukan pemadatan beton dengan menggunakan vibrator. Vibrator digunakan agar kepadatan beton dapat terpenuhi. Ada juga vibrator yang langsung terpasang di bawah alat paver sehingga dapat bekerja bersamaan saat paver bekerja.
7. Perataan dan penghalusan permukaan beton dapat digunakan menggunakan jidar. Hasil permukaannnya akan menjadi lebih halus.
8. Dilakukan pekerjaan grooving atau pemberian texture permukaan. Pekerja yang melaksanakan pekerjaan ini haruslah pekerja yang terampil yang sudah mengenal tingkat kekerasan beton, karena bila beton yang sudah terlalu keras tidak dapat dibentuk texture‐nya, di lain pihak beton belum mengeras juga kurang baik bila dilaksanakan grooving karena akan terlalu lembek hingga texture tidak akan terlihat rapih.
9. Pemotongan beton perlu dilakukan pada joint‐joint yang sudah diberi tanda. Pemotongan dilakukan dengan mesin pemotong khusus (cutter beton) yang digerakkan dengan mesin. Pemotongan dilakukan sedemikian rupa pada saat beton masih cukup lunak namun belum keras sekali atau kira – kira jam ke‐12 s/d jam ke‐18. Setelah beton dipotong, lubang hasil potongan perlu diisi dengan joint sealant, yang merupakan campuran karet dan aspal. Pengisian dilakukan sedemikian rupa hingga memenuhi seluruh lubang yang telah dipotong.
10. Pekerjaan curing dilakukan untuk melindungi beton dari retak‐retak rambut akibat terlalu cepatnya susut beton. Perawatan dilakukan dengan menutup permukaan beton dengan karung goni yang dibasahkan. Curing dilakukan selama ± 1 minggu.