• Tidak ada hasil yang ditemukan

19

BAB II

METODE PELAKSANAAN PROGRAM A. Metode Intervensi Sosial

Intervensi sosial adalah upaya perubahan terencana terhadap individu, kelompok, maupun komunitas. Dikatakan „perubahan terencana‟ agar upaya bantuan yang diberikan dapat dievaluasi dan diukur keberhasilannya. Intervensi sosial dapat pula diartikan sebagai suatu upaya untuk memperbaiki keberfungsian sosial dari kelompok sasaran perubahan, dalam hal ini, individu, keluarga, dan kelompok. Keberfungsian sosial menunjuk pada kondisi di mana seseorang dapat berperan sebagaimana seharusnya sesuai dengan harapan lingkungan dan peran yang dimilikinya. 8

Proses metode intervensi sosial dijalankan melalui proses interaksi dengan masyarakat setempat mengenai permasalahan atau kesenjangan yang ada di dalam sistem sosial masyarakat Desa Wirajaya. Hasilnya, didapati bahwa terdapat sejumlah permasalahan dan kesenjangan dalam sistem sosial setempat, seperti; kurangnya kesadaran akan pendidikan yang lebih tinggi, dan tidak tersedianya Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Penggunaan kata „intervensi sosial‟ daripada „intervensi‟ bertujuan menggaris bawahi dua pertimbangan yang pertama, individu merupakan bagian dari sistem sosial sehingga walaupun metode bantuan utama adalah terapi psikologi yang bersifat individu, lingkungan sosialnya juga perlu diberikan „perlakuan‟ atau intervensi. Hal ini didasari pandangan bahwa klien akan dikembalikan kepada lingkungan asalnya kelak setelah „sembuh‟. Apabila lingkungan sosialnya tidak dipersiapkan untuk menerima klien kembali, dikhawatirkan kondisi klien kembali seperti semula sebelum mendapat penanganan. Lalu yang kedua intervensi sosial menunjuk pada area intervensi dan tujuan. Hal ini kemudian akan memunculkan pertanyaan siapakah yang menentukan tujuan.

1. Tujuan Intervensi Sosial

Tujuan utama dari intervensi sosial adalah memperbaiki fungsi sosial kelompok sasaran perubahan. Ketika fungsi sosial seseorang berfungsi dengan baik, diasumsikan bahwa kondisi sejahtera akan semakin mudah dicapai. Kondisi sejahtera dapat terwujud manakala jarak antara

8Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial : Pengantar Pada

20

harapan dan kenyataan tidak terlalu lebar. Melalui intervensi sosial, hambatan-hambatan sosial yang dihadapi kelompok sasaran perubahan akan di atasi. Dengan kata lain, intervensi sosial berupaya memperkecil jarak antara harapan lingkungan dengan kondisi riil klien Tahapan Intervensi

Menurut Pincus dan Minahan, intervensi sosial meliputi tahapan sebagai berikut9 :

1. Penggalian Masalah, merupakan tahap di mana pekerja sosial mendalami situasi dan masalah klien atau sasaran perubahan. Tujuan dari tahap penggalian masalah adalah membantu pekerja sosial dalam memahami, mengidentifikasi, dan menganalisis faktor-faktor relevan terkait situasi dan masalah yang bersangkutan. Berdasarkan hasil penggalian masalah tersebut, pekerja sosial dapat memutuskan masalah apa yang akan ia selesaikan, tujuan dari upaya perubahan, dan cara mencapai tujuan. Penggalian masalah terdiri dari beberapa konten, diantaranya :

Identifikasi dan penentuan masalah Analisis dinamika situasi sosial Menentukan tujuan dan target Menentukan tugas dan strategi Stabilisasi upaya perubahan

2. Pengumpulan Data, merupakan tahap di mana pekerja sosial mengumpulkan informasi yang dibutuhkan terkait masalah yang akan diselesaikan. Dalam melakukan pengumpulan data, terdapat tiga cara yang dapat digunakan, yaitu: pertanyaan, observasi, dan penggunaan data tertulis.

3. Melakukan Kontak Awal

4. Negosiasi Kontrak, merupakan tahap di mana pekerja sosial menyempurnakan tujuan melalui kontrak pelibatan klien atau sasaran perubahan dalam upaya perubahan.

5. Membentuk Sistem Aksi, merupakan tahap di mana pekerja sosial menentukan sistem aksi apa saja yang akan terlibat dalam upaya perubahan.

9Anne Minahan, dkk., Social Work and Practice : Model and Method (Itaca: F.E.Peacock Publishers, Inc., 1973), h.101-162.

21 6. Menjaga dan Mengkoordinasikan Sistem Aksi, merupakan tahap di mana pekerja sosial melibatkan pihak-pihak yang berpengaruh terhadap tercapainya tujuan perubahan.

7. Memberikan Pengaruh 8. Terminasi

Sistem Pelaksana Perubahan, merupakan sekelompok orang yang memberikan bantuan berdasarkan keahlian yang beragam, bekerja dengan sistem yang beragam, dan bekerja secara profesional. Sistem Pelaksana Perubahan (SPP) dapat dikategorikan menjadi dua berdasarkan tempat di mana ia bekerja, yaitu SPP dalam lembaga dan luar lembaga. Masing-masing di antara keduanya memiliki kekurangan dan kelebihan. Bagi SPP dalam lembaga, kekurangannya adalah cenderung tidak objektif karena dipengaruhi oleh lingkungan dan kepentingan lembaga. Sedangkan, kelebihan yang dimiliki adalah kemudahan dalam mengenali lingkungan karena tersedianya akses terhadap pihak-pihak penyedia informasi, seperti anggota lembaga dan direktur lembaga. Bagi SPP luar lembaga, kekurangannya adalah sulit dalam mengenali lingkungan karena kurangnya akses terhadap pihak-pihak penyedia informasi (mencari informasi sendiri). Sedangkan, SPP luar lembaga memiliki kelebihan dalam hal objektivitas karena tidak dipengaruhi oleh lingkungan dan kepentingan lembaga (mandiri).

Sistem Klien, merupakan sistem yang meminta bantuan, memperoleh bantuan, dan terlibat dalam pelayanan yang diberikan oleh SPP. Sistem klien dikategorikan menjadi dua, yaitu klien potensial dan klien aktual. Disebut sebagai klien potensial manakala ia memiliki masalah, namun belum terjadi kontrak (persetujuan kerjasama) dengan pelaksana perubahan. Disebut sebagai klien aktual manakala ia memiliki masalah dan sudah terjalin kontrak (persetujuan kerjasama) dengan pelaksana perubahan. 10

10Allendan Anne Minahan Pincus, Social Work Practice: Model And Method (Madison: F.E.

22

Sistem Sasaran, merupakan orang-orang atau organisasi yang berpengaruh dalam pencapaian tujuan perubahan. 11

Sistem Aksi, merupakan orang-orang yang bersama-sama dengan pelaksana perubahan berusaha untuk menyelesaikan permasalahan dan mencapai tujuan-tujuan usaha perubahan.12

B. Pendekatan dalam Pemberdayaan Masyarakat

Pendekatan yang kami gunakan dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat di Desa Wirajaya Kecamatan Jasinga, Bogor adalah menggunakan Problem Solving Approach. Menurut Hunsaker (2005) pemecahan masalah (problem solving) didefinisikan sebagai suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidak sesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan.13

Sementara menurut Mu‟Qodin (2002), mengatakan bahwa problem

solving adalah merupakan suatu keterampilan yang meliputi kemampuan

untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang dicapai dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.14

Berdasarkan dari beberapa definisi problem solving yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa problem solving merupakan suatu keterampilan yang meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi dan mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif sehingga dapat mengambil suatu tindakan keputusan untuk mencapai sasaran.

11Allendan Anne Minahan Pincus, Social Work Practice: Model And Method. (Madison: F.E.

Peacock Publishers, Inc). 1973, h. 53-62.

12Allendan Anne Minahan Pincus. 1973, Social Work Practice: Model And Method

.(Madison: F.E. Peacock Publishers, Inc). 1973, h. 53-62.

13Mutia Hafidhyah R., Problem Solving dalam Psikologi Kognitif, diakses dari http://mutiahafidhyahrohmah.blogspot.ae/2013/04/problem-solving-dalam-psikologi-kognitif-.html?m=1, pada tanggal 6 September 2016.

14Ali Alfatih, Problem Solving dan Masalahnya, diakses dari

https://alialfatih.wordpress.com/materi-kuliah/problem-solving-dan-masalahnya/, pada

23

Dokumen terkait