• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Problematika Pembinaan Akhlak Siswa di MTs Darul Ulum Ditinjau Dari Sudut Metode

5. Metode Pemberian Hukuman

Metode pembinaan kelima yang lazim diterapkan guru dalam pembinaan akhlak siswa di MTs Darul Ulum adalah pembinaan dengan cara memberikan hukuman. Pemberian hukuman ini diberikan kepada siswa yang melanggar peraturan sekolah. Karena dari hasil wawancara yang dilakukan dengan guru MTs Darul Ulum, tidak semua siswa yang ada di sekolah tersebut, patuh terhadap peraturan yang telah ditetapkan. Beberapa siswa ada juga yang melanggar peraturan yang telah dibuat. Maka bagi mereka yang melanggar, diberikan hukuman, tetapi hukuman yang diberikan bukan hukuman dalam bentuk kekerasan terhadap pisik, misalnya memukul, menampar dan bukan juga dengan kata-kata yang kasar. Bentuk hukuman yang diberikan adalah membersihkan sampah dari sekeliling kelas, berdiri di depan kelas, dan hukuman dalam bentuk menghafal ayat-ayat pendek yang terdapat dalam Al-Qur’an.34

Berdasarkan hasil wawancara yang di atas, dapat dipahami bahwa pemberian hukuman kepada siswa merupakan metode pembinaan yang menekankan kedisiplinan dan menanamkan rasa tanggung jawab pada diri siswa oleh guru. Pemberian hukuman yang dimaksudkan bukan didasarkan atas dasar kekerasan dan tindakan yang melanggar harkat dan martabat manusia. Menurut Abdullah Nashih Ulwan, pemberian hukuman yang seperti dilakukan MTs Darul Ulum sama halnya dengan yang dipakai pada pendidikan Islam dalam upaya memberikan hukuman kepada siswa. Ulwan secara terperinci menjelaskan, ada tiga cara yang perlu diperhatikan dalam memberikan hukuman kepada siswa, yaitu: 1) hukuman harus diberikan dengan lemah lembut dan kasih sayang; 1) hukuman yang diberikan harus menjaga dan memperhatikan tabiat siswa yang

34

Nurlaili Syahfitra, Guru Aqidah Akhlak MTs Darul Ulum Karang Gading, Wawancara di Kantor Guru MTs Darul Ulum Karang Gading, Tanggal 6 April 2016.

salah dalam menggunakan hukuman; 3) dalam upaya pembenahan, hendaknya dilakukan secara bertahap, dari yang paling ringan hingga yang paling keras.35

Ulwan juga menjelaskan bahwa guru harus memperhatikan delapan hal, jika ingin memberikan hukuman kepada siswa.

a. Guru tidak boleh terburu-buru menggunakan metode pukulan, kecuali setelah menggunakan metode yang lembut, mendidik dan membuat jera. b. Guru tidak boleh memukul ketika dalam keadaan sangat marah, karena

dihawatirkan dapat menimbulkan bahaya terhadap siswa.

c. Guru ketika memukul hendaknya menghindari anggota badan yang peka seperti kepala, wajah, dada, dan perut.

d. Pukulan untuk hukuman hendaknya tidak terlalu keras dan tidak menyakiti.

e. Tidak memukul siswa sebelum ia berusia sepuluh tahun.

f. Jika kesalahan siswa adalah untuk pertama kalinya, hendaknya diberi kesempatan untuk bertaubat dan meminta maaf dan berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan yang telah diperbuat.

g. Guru hendaknya memukul siswa dengan tangannya sendiri, dan tidak menyerahkan kepada saudaranya, atau teman-temannya.

h. Jika siswa sudah menginjak usia dewasa dan guru melihat pukulan sepuluh kali tidak membuatnya jera, maka boleh menambah dan mengulanginya, sehingga siswa menjadi baik kembali.36

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa pembinaan akhlak mulia yang dilakukan dengan pemberian hukuman ini bukan didasarkan atas perasaan kebencian dan kejahatan, akan tetapi pemberian hukuman semata-mata dilakukan dengan tetap secara lemah lembut dan kasih sayang kepada pada siswa. Dalam pemberian hukuman kepada siswa, juga tetap dilakukan dengan berusaha menjaga tabiat siswa yang bersalah, serta dilakukan dengan secara bertahap. Pemberian hukuman bagi siswa di MTs Darul Ulum adalah sebagai upaya pemberian efek jera kepada siswa, agar tidak mengulangi kembali kesalahan yang dilakukan. Sebagaimana informasi yang diperoleh penulis dari hasil wawancara dengan salah seorang guru.

Pembinaan akhlak di sekolah ini sekarang sangat baik dan semangat guru- guru untuk melakukan itu sungguh luar biasa. Hampir seluruh aspek prilaku siswa menjadi perhatian dewan guru, meskipun kadang-kadang

35

Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad fil Islam, terj. Khalilullah Ahmas Masjkur Hakim (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999), h. 312.

36

luput dari pemantauan. Bagi siswa yang melanggar peraturan sekolah akan diberikan hukuman, agar siswa tersebut jera dan tidak lagi mengulangi kesalahannya. Misalnya, hal-hal kecil berantam dengan sesama teman akan dipanggil siswanya dan disuruh saling memaafkan. Sedangkan bagi siswa yang merokok misalnya karena dianggap pelanggaran berat, akan dipanggil orang tuanya.37

Berdasarkan informasi di atas, dapat dipahami bahwa pembinaan akhlak siswa dilakukan secara berkesinambungan oleh guru. Kelima metode pembinaan akhlak mulia yang telah dijelaskan di atas, adalah metode yang lazim dilakukan di MTs Darul Ulum. Kadang-kadang kelima metode tersebut dilaksanakan secara bersaman pada saat melakukan pembinaan akhlak siswa. Tetapi problematika yang dihadapi sekolah dalam menerapkan metode ini, bahwa tidak semua guru mampu menyesuaikan diri dengan apa yang diharapkan. Misalnya, pada saat seorang siswa melakukan kesalahan, guru tidak boleh marah-marah dan membenci siswa. Tetapi secara realitas penulis lihat, pada saat siswa berbuat salah, guru sangat marah dan memberikan hukuman yang tidak layak bagi siswa. Misalnya siswa dihukum membersihkan kamar mandi, siswa dihukum berdiri di bawah tiang bendera. Kondisi ini memicu semakin kuatnya rasa melawan siswa terhadap guru.

Bila diperhatikan kelima metode di atas, semua metode tersebut dapat diterapkan baik secara bersamaan maupun secara tersendiri sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan siswa. Perlunya pertimbangan kondisi dalam menerapkan metode yang akan diterapkan disebabkan karena bagaimanapun juga tidak ada satu metode yang paling baik, semuanya tetap harus disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi oleh guru. Untuk mendapatkan hasil pembinaan akhlak mulia yang lebih maksimal, tentu akan sangat mungkin dicapai dengan melakukan pembinaan akhlak dengan metode komprehensif. Artinya, semua metode tersebut dilakukan secara terpadu.

Dari informasi yang diuraikan di atas, dapat dipahami bahwa pembinaan akhklak siswa tidak berjalan begitu saja. Tetapi pembinaan dilakukan secara

37

Almunir, Guru IPS MTs Darul Ulum Desa Karang Gading, Wawancara di Kantor MTs Darul Ulum Karang Gading, Tanggal 6 April 2016.

terarah dan terencana. Dari identifikasi penulis, pihak MTs Darul Ulum merancang pembinaan akhlak siswa dengan menggunakan strategi pendekatan yang konfrehensif, sehingga tercipta kebiasaan baik yang diinginkan pada diri siswa. Dari identifikasi yang dilakukan, strategi pendekatan yang digunakan MTs Darul Ulum untuk menciptakan kebiasaan akhlak mulia adalah:

a. Pendekatan Sistem

Pembinaan akhlak siswa MTs dilakukan dengan menggunakan pendekatan sistem terpadu. Pendekatan ini merupakan gerakan yang menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan dengan melibatkan semua sub-sub sistem yang saling berkaitan, misalnya kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru mata pelajaran, guru agama, bagian tata usaha. Menyeluruh dalam hal ini juga terlihat bahwa kegiatan pembinaan akhlak yang dilakukan menyentuh semua aspek kegiatan di sekolah, termasuk dalam hal ini aspek pribadi, sosial dan keagamaan siswa juga menjadi perhatian yang menyeluruh. Pembinaan akhlak tersebut dilakukan secara berkesinambungan, istiqomah. Semuanya melakukan, baik itu dari tenaga pendidik, yaitu guru maupun dari tenaga kependidikan, staf dan tata usaha. Perbaikan dan evaluasi secara terus menerus berkesinambnungan juga dilakukan sehingga menjadi kebiasaan.

b.Penciptaan komitmen bersama.

Strategi ini diperlukan untuk memastikan adanya kebersamaan warga sekolah. Adalah sangat sulit merubah atau membuat kebiasaan baru pada suatu lembaga tanpa adanya komitmen bersama. Oleh sebab itu, salah satu upaya pembinaan akhlak yang dilakukan guru di MTs Darul Ulum adalah membangun komitmen bersama di antara semua elemen sekolah, bahwa mewujudkan akhlak siswa adalah tanggung jawab bersama. Komitmen bersama di antara guru-guru MTs Darul Ulum di awali sejak seorang guru menyatakan kesediannya untuk mengajar di sekolah tersebut.

c. Pengelolaan dengan program yang jelas.

Dari informasi yang diperoleh sebagaimana telah diuraikan di atas, terlihat dengan jelas, bahwa pembinaan akhlak siswa dilakukan dengan program- program yang jelas, misalnya infak setiap hari Jum’at, melaksanakan peringatan

hari besar Islam, pesantren kilat, dan shalat berjama’ah. Apa yang dilakukan di MTs Darul Ulum merupakan proses pembiasaan akhlak, dengan tujuan siswanya mampu membudayakan akhlak dalam pergaulan sehari-hari.

d.Perbaikan berkesinambungan

Dari pengamatan yang dilakukan penulis terhadap kegiatan pembinaan akhlak yang dilakukan di MTs Darul Ulum, pihak sekolah terus melakukan perbaikan yang berkesinambungan terhadap metode-metode pembinaan akhlak yang telah dilakukan selama ini. Menurut pengamatan penulis, perbaikan berkesinambungan yang dilakukan adalah dengan memberikan pelatihan bagi guru-guru. Upaya tersebut merupakan usaha konstan untuk mengubah dan membuat sesuatu tindakan lebih baik secara terus menerus. Namun yang menjadi persoalan dalam kaitannya ini, pimpinan atau kepala sekolah dituntut untuk memperbaiki setiap aspek dalam sistem organisasi sekolah pada setiap kesempatan. Kepala sekolah harus memiliki visi yang jauh ke depan sesuai dengan pembinaan akhlak yang diinginkan. Jika satu cara tidak berhasil, kepala sekolah harus memikirkan cara lain, sehingga ini menuntut kejelian kepala sekolah.

D. Problematika Pembinaan Akhlak Siswa di MTs Darul Ulum Ditinjau

Dokumen terkait