• Tidak ada hasil yang ditemukan

Setidaknya ada 6 (enam) metode pembinaan akhlak dalam perspektif Islam, metode yang diambil dari Al-Qur’an dan Hadis serta pendapat para pakar pendidikan Islam :

a. Metode Uswah (teladan)

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kata “Teladan sesuatu yang patutu di tiru atau baik untuk dicontoh (tentang perbuatan, kelakuan sifat dan sebagainya) dapat di tiru atau diikuti

oleh seseorang. Teladan adalah sesuatu yang pantas diikuti, karena mengandung nilai-nilai kemanusiaan.(Kbbi.web.id).

Manusia teladan yang seharusnya menjadi panutan, dicontoh dan diteladani adalah Rasulullah Saw.Sebagai misi utamanya dalam menyempurnakan akhlak mulia.Sebagaimana Allah berfirman dalam Surah Al-Ahzab ayat 21.











Terjemahannya:

“Sesungguhnya pada diri Rasulullah itu terdapat contoh teladan yang baik bagi kamu sekalian, yaitu bagi orang-orang yang mengharapkan (keridhaab Allah dan(berjumpa dengan-Nya) di hari kiamat dan selalu menyebut nama Allah”. (Departemen

Agama RI. 2014. Al-Qur’an dan Terjemahnya, halaman 420 ). Akhlak yang baik tidak hanya dengan pelajaran, instruksi dan larangan, sebab tabiat jiwa untuk menerima keutamaan tidak cukup dengan perintah dan larangan kata-kata.Menanamkan sopan santun memerlukan pembinaan yang panjang dengan pendekatan yang lestari. Pendidikam (akhlak) tidak akan sukses melainkan dengan disertai pemberian contoh teladan yang baik darinya (Al-Ghazali, 1992 :190-191).

Faktor keteladanan juga mempengaruhi jiwa anak-anak.(Muhammad Rasyid Dimas, 2001 : 7).

Ada dua faktor utama yang menimbulkan gejala penyimpangan moral di kalangan anak, yaitu keteladanan yang buruk dan pergaulan yang rusak (Ulwan, 1992 : 186). Untuk itulah selaku pendidik dan orang tua wajib memberikan keteladanan yang baik dan membatasi anak-anak agar tidak bergaul dengan teman-temanya yang nakal, sehingga mereka tidak mudah terpengaruh dengan kebiasaan-kebiasaan yang menyimpang.Perilaku orang tua dalam kehidupan sehari-hariharus menjadi panutandan rujukan moral anak-anak. Demikian pula halnya seorang guru sebagai pengganti orang tua di rumah, karena kesibukan atau keterbatasan pendidikan yang dimiliki orang tua maka budi pekerti guru sangat penting dalam pendidikan watak anak didik, Guru harus menjadi model teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Diantara tujuan pendidikan yaitu membentu akhlak yang muliapada diri pribadi anak didik dan ini hanya bisa dilakukan jika pribadi guru berakhlak mulia pula. Guru yang tidak berakhlak mulia tidak mungkin dipercaya untuk mendidik (Abd. Rahman Getteng, 2014 : 58)

Jadi sikap dan perilaku yang harus dicontoh adalah sikap dan perilaku Rasulullah Saw.Karena sudah teruji dan dijamin oleh AllahSwt.Sebagaimana ayat yang tersebut diatas.Aplikasi metode teladan, diantaranya adalah sikap dan perilaku tidak menjelek-jelekkan seseorang, menghormati orang lain, membantu orang yang membutuhkan pertolongan, berpakaian yang sopan, tidak berbohong,

tidak mengingkari janji, membersihkan lingkungan dan lain-lain ; yang paling penting orang yang diteladani, harus berprestasi dalam bidang tugasnya.

b. Metode Ta’widiyah (Pembiasaan)

Pembiasaan berasal dari kata dasar biasa merupakam lazim, seringkali. Pembahasan merupakan proses penanaman kebiasaan, mengupayakan suatu tindakan agar terbiasa melakukannya, sehingga terkadang seseorang tidak menyadariapa yang dilakukannya karena sudah kebiasaan. Jadi pembiasaan dalam pendidikan adalah proses pendidikan yang berlangsung dengan jalan membiasakan anak didik untuk bertingkah laku, berbicara, berpikir dan melakukan kativitas tertentu menurut kebiasaan yang baik, sebab tidak semua hal yang dapat dilakukan itu baik. (prodibpi.Wordpress.com).

Dalam ilmu jiwa perkembangan, dikenal teori konvergensi, dimana pribadi dapat dibentuk oleh lingkungannya, dengan mengembangkan potensi dasar yang ada padanya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan potensi dasar tersebut, adalah melalui kebiasaan yang baik. Oleh karena itu, kebiasaan yang baik dapat menempa pribadi yang berakhlak mulia.Imam Al-Ghazali beliau mengatakan, “Anak kecil siap menerima segala ukiran dan akan cenderung pada setiap yang

diucapkan“ Karena, jika mengajari dan membiasakan anak-anak kita dengan kebaikan, maka mereka akan tumbuh dengan kebaikan.(Muhammad Rasyid Dimas, 2001 : 5).

Dalam kenyataannya sering kita jumpai anak yang makan minum atau menulis dengan tangan kiri kemudian disarankan untuk makan minum atau menulis dengan tangan kanan akan sulit dia lakukan karena semua aktivitas yang dilakukannya telah terbiasa dengan tangan kiri. Dengan demikian, maka dalam melakukan dan mengerjakan hal apapun hendaknya dibiasakan begitu pula dengan perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari,danorang tualah mempunyai peranan peting dalam membiasakan anak dengan nilai-nilai akhlakul karimah.

Pembiasaan adalah proses pendidikan yang berlangsung dengan jalan membiasakan anak didik unuk bertingkah laku, berbicara, berpikir dan melakukan aktivitas tertentu menurut kebiasaan yang baik. (prodibpi.worpress.com).

Aplikasi metode pembiasaan tersebut, diantaranya adalah, terbiasa dalam keadaan wudhu’, terbiasa tidur diawal malam (tidak terlalu malam) dan bangun tidak kesiangan, terbiasa membaca Al-Qur’an dan Asma ul-husna, shalat berjamaah dimasjid/mushalla, terbiasa berpuasa sunnat, terbiasa makan dengan tangan kanan dan lain-lain. Pembiasan yang baik adalah metode yang ampuh untuk meningkatkan akhlak peserta didik.

c. Metode Maui’izhah (Nasehat)

Kata mau’izhah adalah perubahan kata dari akar kata dasar (w,a,zh); artinya member nasehat, member peringatan kepada seseorang yang bisa membawanya taubat kepada AllahSwt. Dan baik perjalanannya.(anacarlya.blogspot.co.id).

Memotivasi untuk melaksanakannya dengan perkataan yang lembut. Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 232;























Terjemahannya:

”Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman diantara kalian, yang beriman kepada Allah dan hari kemudian”. (Departemen Agama RI. 2014. Al-Qur’an dan Terjemahnya,

halaman 37).

Aplikasi metode nasehat, diantaranya adalah, nasehat dengan argmen logika, nasehat tentang keuniversalan Islam, nasehat yang berwibawa, nasehat dari aspek hukum, nasehat amar ma’ruf nahi mungkar, nasehat tentang amal ibadah dan lain-lain. Namun yang

paling penting, si pemberi nasehat harus mengamalkan terlebih dahulu apa yang dinasehatkan tersebut, kalau tidak demikian, maka nasehat hanya akan menjadi lips-service.

d. Metode Qishshah (Cerita)

Qishah dalam pendidikan mengandung arti, suatu cara dalam menyampaikan materi pelajaran, dengan menuturkan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya suatu hal, baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan saja.

Dalam pendidikan islam, cerita yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadis merupakan metode pendidikan yang sangat penting, alasannya cerita dalam al-qur’an dan hadis, selalu memikat, menyentuh perasaan dan mendidik perasaan keimanan, contoh surah Yusuf surah Bani Israil dan lain-lain.

Al-Qur’an telah menggunakan kisah dengan sangat luas dalam menanamkan nilai-nilai keimanan dan menghujamkannya kedalam jiwa kaum muslimin.Kisah merupakan salah satu yang dapat merangsang minat pendidikan anak di usia-usia dini, maka akan lebih tertarik kisah (cerita) dari yang lainnya karena ia meninggalkan kesan yang jelas dalam jiwanya. Kisah menanamkan nilai-nilai yang ia sukai melalui empati dan keprihatinan kepada para pemeran. Dan ini mempunyai peran besar dalam menarik perhatian dan merangsang kesadaran dan pemkiran dan akalnya.Misalnya kita menceritakan kisah yang ada dalam Al-Qur’an dengan bahasa yang

sederhana dan mudah dicerna oleh anak.(Muhammad Rasyid Dimas, 2001 : 161-162).

Aplikasi metode qishah ini, diantaranya adalah, mendengarkan caset, video, dan cerita-cerita tertulis atau bergambar, pendidik harus membuka kesempatan bagi anak didik untuk bertanya, setelah itu menjelaskan tentang hikmah qishah dalam meningkatkan akhlak mulia.

e. Metode Amsal (perumpamaan)

Kata amsal (perumpamaan) adalah bentuk jamak dari kata

masal, yang mempunyai banyak arti, antara lain, keserupaan,

keseimbangan, kadar sesuatu, yang menakjubkan / mengherankan, pelajaran yang dapat dipetik, dan peribahasa. Ia berasal dari bahasa Arab. (Mardan, 2010 : 222).

Metode perumpamaan adalah metode yang banyak dipergunakan dalam Al-Qur’an dan Hadis, untuk menunjukkan akhlak mulia.

AllahSwt. Berfirman dalam surah Al Baqarahayat 17;







Terjemahannya :

“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api” (Departemen Agama RI. 2014. Al-Qur’an dan Terjemahnya,

Sebagaimana menurut H. Mardan (2014 : 221).

“ Adanya perumpamaan dalam al-qur’an disebabkan karena salah satu pengungkapan yang sering digunakan dalam bahasa Arab, disamping itu, perumpamaan lebih besar pengaruhnya dan kesannya terhadap jiwa daripada suatu pikiran diungkapkan dalam bentuk yang sebenarnya”.

Dalam beberapa literature islam, ditemukan banyak sekali perumpamaan, seperti mengumpamakan orang yang lemah laksana kupu-kupu, orang yang tinggi seperti jerapah, orang yang berani seperti singa, orang gemuk sepertigajah, orang kurus seperti tongkat, orang ikut-ikutan seperti burung beo dan lain-lain. Metode perumpamaan ini akan dapat member pemahaman yang mendalam, terhadap hal-hal yang sulit dicerna oleh perasaan. Apabila perasaan sudah di sentuh akan terwujudlah peserta didik yang akhlak mulia dengan penuh kesadaran.

f. Metode Tsawab (hukuman dan ganjaran)

Metode Hukuman Dan Ganjaran (Reward and Punishment) Ganjaran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia: (1) hadiah (sebagai pembalas jasa); (2) Hukuman; balasan. Ganjaran dalam bahasa Indonesia bisa dipakai untuk balasan yang baik maupun balasan yang buruk. ‘iqab, jaza’ Ganjaran dalam bahasa Arab uqubah pahala,upah, balasan (Tsawab) sebagaimana disebutkan dalam:

- Surah Ali Imran ayat 145, 148

















Terjemahannya :

”Dan siapa yang menghendaki pahala dunia niscaya kami berikan pahala dunia itu dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, kami berikan pula pahala akhirat dan kami berikan balasan kepada orang-orang yang bersyukur”

- Surah Ali Imran:148









Terjemahannya:

“Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allahmenyukai orang-orang yang berbuat kebaikan”.(QS.3:148. Departemen Agama

RI. 2014. Al-Qur’an dan Terjemahnya, halaman 297).











Terjemahannya:

Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. dan Allah Maha mendengar lagi Maha melihat”.

(Departemen Agama RI. 2014. Al-Qur’an dan Terjemahnya, halaman 99). - Al Kahfi : 30









Terjemahannya:

“Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah kami tidak menyia-yiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan baik” (Departemen Agama

RI. 2014. Al-Qur’an dan Terjemahnya, halaman 297).

- Qashash : 80.













Terjemahannya :

”Tetapi orang-orang yang di anugerahi ilmu berkatalah, kecelakaan besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali orang-orang yang sabar”. (QS.28:

80Departemen Agama RI. 2014. Al-Qur’an dan Terjemahnya, halaman 395)

Aplikasi Metode Ganjaran Memberi pujian yang indah diberikan agar lebih bersemangat dalam belajar, Imbalan materi/hadiah, Doa dan tanda penghargaan.Kelebihan dan kekuranganmemberi pengaruh yang cukup besar terhadap jiwa anak didik untuk melakukan perbuatan yang positif dan bersikap progresif. Dapat menjadi pendorong bagi anak-anak didik lainnya untuk mengikuti anak yang telah memperoleh pujian dari gurunya; baik dalam tingkah laku, sopan santun, ataupun semangat dan motivasinya dalam berbuat yang lebih baik.( Safrudin Edi Wibowo, Web.)

Memberikan pujian kepada anak merupakan hadiah yang paling sederhana dan mempunyai pengaruh besar pada jiwanya.Pujian dapat menyentuh perasaannya dan membuatnya segera mengoreksi perbuatan dan perilakunya dengan perasaan lega dan serius.Itulah yang ditegaskan Rasulullah Saw.Beliau mengingatkan urgensi pujian bagi anak, jika kita menginginkan dia merespon dan melaksanakan kewajibannya.(Muhammad Rasyid Dimas, 2001 : 67).

Memberikan ganjaran kepada orang yang berbuat kebaikan memberikan pengaruh besar, terutama bagi anak-anak dan remaja. Sebab pujian tersebut akan memberikan motivasi bagi mereka untuk memperbaiki dan meningkatkan perilaku supaya lebih baik dari sebelumnya. Terkait ganjaran terhadap orang yang melakukan perbuatan positif harus diperhatikan sejumlah masalah penting sehingga ganjaran tersebut akan bernilai dan efektif. Tanpa mempertimbangkan faktor ini, maka ganjaran tidak akan berpengaruh, atau bahkan sebaliknya akan memberikan dampak negatif.Dalam pendidikan dan pengajaran, ganjaran dan hukuman sebagai bentuk penting dari pendidikan yang memainkan peran sentral bagi perkembangan potensi manusia. (www.uzone.id)