• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Tinjauan Tentang Kegiatan Keagamaan 1.Pengertian

3. Metode Pembinaan Rasa Keberagamaan a. Metode hiwar Qur’ani dan Nabawi

Hiwar (dialog) adalah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih mengenai suatu topik, dan dengan sengaja diarahkan kepada satu tujuan yang dikehendaki ( dalam hal ini oleg guru). Hiwar mempunyai dampak yang dalam bagi pembicara dan juga bagi pendengar pembicaraan itu karena disebabkan bebrapa hal sebagai berikut:

1) Dialog itu berlangsung dinamis karena kedua pihak terlibat

langsung dalam pembicaraan, tidak membosankan, kedua pihak saling memperhatikan.

2) Pendengar tertarik untuk memperhatikan terus pembiacraan itu

karena ia ingin tahu kesimpulannya. Ini biasanya diikuti dengan penuh perhatian.

3) Metode ini dapat membangkitkan perasaan dan menimbulkan

kesan dalam jiwa, yang membantu seseorang menemukan sendiri kesimpulannya.

4) Bila hiwar dilakukan dengan baik, memenuhi akhlak tuntutan

Islam, maka cara berdialog, sikap orang yang terlibat, itu akan mempengaruhi peserta sehingga meninggalkan pengaruh berupa

pendidikan akhlak, sikap berbicara, menghargai pendapat orang

lain dan sebagainya.61

b. Metode kisah Qur’ani dan Nabawi

Dalam pendidikan Islam, kisah merupakan metode yang sangat penting karena kisah akan mengingatkan kembali akan sejaran perjuangan dan perkembangan Islam dari jaman Nabi sampai sekarang. Dikatakan sangat penting kareena alasan sebagai berikut:

1) Kisah selalu memikat karena mengundang pembaca atau

pendengar untuk mengikuti peristiwanya merenungkan

maknanya.

2) Kisah dapat menyentuh hati manusia karena kisah itu

menampilkan tokoh dalam konteksnya yang menyeluruh.

3) Kisah dapat mendidik keimanan dengan cara:

a) Membangkitkan berbagai perasaan seperti kahuf, rido, dan

cinta.

b) Mengarahkan seluruh perasaan sehingga bertumpuk pada

suatu puncak, yaitu kesimpulan kisah.

c) Melibatkan pembaca atau pendengar kedalam kisah itu

sehingga ia terlibat secara emosional.

c. Metode Amtsal (perumpamaan)

Metode perumpamaan ini biasanya digunakan oleh guru karena mempunyai beberapa keunggulan diantaranya:

61

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perpektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010) hlm. 140.

1) Mempermudah siswa memahami konsep yang abstrak.

2) Perumpamaan dapat merangsang kesan terhadap makna yang

tersirat dalam perumpamaan tersebut.

3) Merupakan pendidikan agar bila menggunakan perumpamaan

haruslah logis, mudah dipahami. Jangan sampai menggunakan perumpamaan malah pengertiannya hilang sama sekali.

4) Amtsal Qur’ani Nabawi memberikan motivasi kepada pendengarnya untuk berbuat amal yang baik dan menjauhi kejahatan. Jelas hal ini amat penting dalam Islam.

d. Metode Teladan

Keteladanan merupakan metode yang biasa digunakan untuk berbagai tujuan tertentu. Apalagi dalam dunia pendidikan, keteladanan sering digunakan guru untuk memberikan contoh langsung kepada siswa agar siswa mengikuti sosok guru sebagai teladan. Terlebih lagi dalam pendidikan Islam, keteladanan merupakan cara yang ampuh untuk membimbing maupun membina seseoorang agar sesuai dengan tujuan pendidikan Islam. Banyak pribadi yang biasa digunakan sebagai contoh orang yang patut diteladani dalam Islam dan yang pasti adalah Rasulullah sendiri

sebagai uswatun hasanah bagi umat Islam.

Secara psikologis sendiri memang manusia membutuhkan sosok teladan dalam hidupnya, dan hal ini adalah fitrah manusia pada umumnya. Dalam lingkup sekolah seorang guru adalah teladan

bagi siswanya, maka dari itu guru dituntut untuk mempunyai kepribadian dan perilaku yang baik tidak hanya di sekolah namun juga diluar sekolah. Siswa akan meniru setiap tindakan yang dilakukan guru karena pada dasarnya siswa selalu menganggap apa

yang dilakukan oleh guru adalah baik.62

e. Metode Pembiasaan

Pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman, yaitu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang. Sebagai contoh jika seorang guru setiap masuk kelas mengucapkan salam, itu telah dikatakan sebagai usaha untuk membiasakan salam ketika masuk dalam

ruangan.63 Metode pembiasaan ini cukup efektif dalam mendidik

siswa karena apabila siswa sudah terbiasa untuk melakukan hal yang baik di sekolah, maka bukan tidak mungkin siswa juga akan membiasakan hal yang baik juga diluar sekolah. Metode pembiasaan biasanya dimulai dari hal-hal yang kecil dan dianggap mudah. Maka dari itu untuk pembinaan sikap metode pembiasaan perlu dilakukan, meskipun untuk menjadi terbiasa biasanya diawali dengan cara paksaan.

f. Metode ibrah dan mau’izah

َكبَر نِ ُنَسْحَأ َيِه ِ لِا مُْ ِداَجَو ِةَنَسَْْا ِةَظِعْوَمْلاَو ِةَمْكِِْْا َكِّبَر ِليِبَس ِ ِ ُ ْدا

ُمَلْعَأ َوُه

َنيِدَتْهُمْلِا ُمَلْعَأ َوُهَو ِهِليِبَس نَع لَ نَِ

62 Ibid,...hlm.142-143. 63 Ibid,...hlm.144 .

Artinya:”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu, Dia-lah yang lebih Mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih Mengetahui siapa yang mendapat

petunjuk.” (QS An-Nahl ayat 125)

Ibrah adalah suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia

kepada sesuatu yang disaksikan, yang dihadapi, dengan

menggunakan nalar yang menyebabkan hati mengakuinya. Adapun

mau’izah adalah nasehat yang lembut yang diterima oleh hati dengan

cara menjelaskan pahala atau ancamannya.64 Mau’izah ini

hendaknya disampaikan dengan cara yang tegas namun tidak

mengarah pada kekerasan. Selain berisi nasehat, mau’izah juga berisi

tentang ajakan kepada seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai

dengan ajakan orang yang bermau’izah.

g. Metode targhib dan tarhib

Targhib adalah janji terhadap kesenangan, kenikamatan akhirat yang disertai bujukan. Tarhib adalah ancaman karena dosa yang dilakukan. Pada intinya targhib dan tarhib adalah bertujuan agar manusia mematuhi aturan Allah. Targhib dan tarhib dalam pendidikan Islam berbbeda dengan metode ganjaran dan hukuman dalam pendidikan Barat. Perbedaan utamanya adalah targhib dan tarhib bersandarkan ajaran Allah, sedangkan ganjaran dan hukuman

ganjaran dan hukuman duniawi.65

64

Ibid,...hlm. 145.

65

Dalam pelaksanaanya dalam pembinaan keagmaan, kedua metode ini membutuhkan keahlian khusus karena pendidik dituntut harus bisa menggambarkan ganjaran dan ancaman yang akan diperoleh oleh manusia karena ganjaran dan ancaman dalam targhib dan tarhib adalah bersifat abstrak. Manusia akan merasakan ganjaran dan dosa yang akan dipertanggung jawabkan di akhirat nanti. Berbeda dengan ganjaran dan hukuman duniawi yang lebih konkrit bisa dirasakan secara langsung.

Dokumen terkait