• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGENAL TAFSĪR AL-KASSHĀF KARYA AL-ZAMAKHSHARY DAN TAFSĪR MAFĀTĪḤ AL-GHAYB KARYA FAKHR AL-DĪN AL-RĀZĪ

1) Metode Penafsiran

52

Zamakhshary seorang yang mempunyai keilmuan luas, terutama dalam menafsirkan ayat Alqur‟an.22

Pada awalnya al-Zamakhshary masih ragu-ragu untuk memenuhi permintaan mereka, namun setelah berpikir panjang dan menyadari akan pentingnya tafsir Alqur‟an yang didasarkan pada ilmu baya>n dan ilmu ma’a>ni. Dengan melihat keadaan-keadaan tersebut akan sesuai dengan situasi dan kondisi, dan telah mempunyai keyakinan bahwa memenuhi permintaan tersebut merupakan suatu kewajiban, akhirnya ia memenuhi permintaan tersebut.23 Dukungan dan motivasi dari berbagai pihak yang diberikan kepada al-Zamakhshary memberikan kekuatan dan keyakinan yang luar biasa, sehingga ia dapat menyelesaikan penulisan Tafsi>r al-Kassha>f.

b. Sistematika Penulisan

1) Metode Penafsiran

a) Metode tafsir bila ditinjau dari segi sumber penafsiran

Adapun Tafsi>r al-Kassha>f bila ditinjau dari segi sumber penasirannya termasuk dalam metode tafsi>r bi al-ra’y,24 adalah cara menafsirkan ayat Alqur‟an berdasarkan ijtihad dan pemikiran

muffasir terhadap tuntutan kaidah bahasa Arab dan

kesusastraannya.25 Ia menafsirkan Alqur‟an secara rasional

22

al-Zamakhshary, Tafsi>r al-Kassha>f…., 23-24. Lihat juga Dhahaby, Tafsīr wa

al-Muffasirūn, Vol. 1, 305-306.

23 Ridlwan Nasir, Metode Tafsir Muqarin, 63.

24 Ibid., 75.

25

53

filosofis berdasarkan pengetahuannya yang mendalam di bidang filsafat dan bahasa.26

b) Metode tafsir bila ditinjau dari segi cara penjelasan

Sedangkan jika ditinjau dari segi cara penjelasannya terhadap tafsiran ayat Alqur‟an termasuk dalam metode tafsi>r al-muqa>ri>n,27

yakni membandingkan ayat dengan ayat yang berbicara dalam masalah yang sama, ayat dengan hadits (isi dan matan), antara pendapat muffasir dengan muffasir lain dengan menonjolkan segi-segi perbedaan.28 Hal tersebut nampak ketika al-Zamakhshary menafsirkan surat al-Baqarah (2) ayat 222. Ia memapaparkan pendapat beberapa ulama, baik dari aliran al-Shafi‟i maupun Hanafi, seperti Abu> H}ani>fah, Abu> Yu>suf, Muh}ammad bin al-H}asan mengenai arti kata ‚i’taza>la‛ dalam ayat tersebut. Dan juga memaparkan beberapa riwayat-riwayat hadits Nabi mengenai persoalan ayat tersebut.29

c) Metode tafsir bila ditinjau dari segi keluasan penjelasan

Bila ditinjau dari segi keluasan penjelasannya, maka tergolong dalam metode tafsi>r bi al-itnabi,30

yaitu menafsirkan ayat Alqur‟an secara rinci/detail dengan uraian-uraian yang panjang lebar, sehingga cukup jelas dan terang yang banyak

26 Ibid., 70.

27 Ibid., 75.

28 Ibid., 16.

29 al-Dhahaby, al-Tafsīr wa al-Muffasirūn, Vol. 1, 335. Lihat juga al-Zamakhshary, Tafsi>r al-Kassha>f…., 129.

30

54

disenangi oleh orang cerdik dan pandai.31 Hal tersebut nampak ketika al-Zamakhshary menafsirkan ayat-ayat Alqur‟an dengan memaparkan langkah-langkah dalam penafsirannya sebagai berikut:32

Pertama: menjelaskan sebuah surat dari segi makiyyah atau madaniyah. Sebagai contoh ketika menafsirkan surat al-Fa>tih}ah dijelaskan bahwa surat tersebut adalah makiyyah.33 Kedua: menjelaskan nama sebuah surat dan wajh tasmiyah (alasan pemberian nama surat) dan menyebutkan jumlah ayat dari surat tersebut. Contoh dalam surat al-Fa>tih}ah disebut dengan umm al-Qur’a>n karena mengandung seluruh makna yang terdapat dalam Alqur‟an. Surat ini terdiri dari 7 ayat.34

Ketiga: menjelaskan masalah-masalah khila>fiyah yang terjadi di kalangan ulama, baik dari kalangan qurra>’ (ahli baca Alqur‟an) maupun fuqaha>’ (ahli fiqih). Misalkan firman Allah:

“ميحرلا نحمرلا للها مسب”

pada ayat ini

terdapat perbedaan di kalangan ulama qurra>’ dan ulama Madinah, Bas}rah dan Sha>m tidak memasukkan ayat tersebut sebagai salah satu ayat dalam surat al-Fa>tih}ah, dan tidak pula disetiap awal surat. Sedangkan di kalangan qurra>’ dan fuqaha>’ Makkah dan Ku>fah memasukkan ayat tersebut ke dalam salah satu ayat dalam

31

Ibid., 16.

32 „Ali Āyāzī, al-Muffasirūn Ḣayātuhum wa Manhajuhum, 575.

33 al-Zamakhshary, Tafsi>r al-Kassha>f…., 25.

34

55

surat al-Fa>tih}ah dan pada surat-surat lainnya.35 Keempat: menjelaskan perbedaan qira>’a>t dan penyebab perbedaan qira>’a>t tersebut terhadap maknanya.36 Kelima: menjelaskan ayat dari sudut kajian bahasa, nah}wu, bala>ghah, dala>lah sesuai dengan masalah yang terkait dengan yang ditafsirkan.37 Keenam: menjelaskan ayat muh}kama>t dan mutasha>biha>t. Ia berpendapat muh}kam adalah ungkapannya pasti, terjaga dari kemungkinan dan kerancauan arti. Sedangkan mutasha>bih adalah ayat-ayat yang mengandung arti relative. Ayat-ayat muh}kam itu merupakan umm al-Kita>b, dimana ayat-ayat mutasha>biha>t harus mengacu dan dikembalikan kepada Allah Swt.38

Aspek lain dari Tafsi>r al-Kassha>f adalah metode dialog, ketika menjelaskan makna satu kata, kalimat, atau kandungan ayat, selalu menggunakan ungkapan ‚fain qulta‛ (jika anda mengatakan begitu). Kemudian menjelaskan makna kata atau frase itu dengan ungkapan ‚qultu‛ (maka saya mengatakan begini).39 Kata tersebut selalu digunakan seakan-akan berhadapan dan berdialog dengan seseorang atau dengan kata lain penafsirannya merupakan jawaban atas pertanyaan yang dikemukakan.

35 Ibid.

36 Ibid., 25-26. Lihat juga „Ali Āyāzī, al-Muffasirūn Ḣayātuhum wa Manhajuhum, 575.

37 al-Zamakhshary, Tafsi>r al-Kassha>f…., 25-30.

38 Ibid., 161. Lihat juga al-Dhahaby, al-Tafsīr wa al-Muffasirūn, Vol. 1, 321

39

56

d) Metode tafsir bila ditinjau dari segi sasaran dan tertib ayat

yang ditafsirkan

Jila dilihat dari segi sasaran dan tertib ayat yang ditafsirkan maka termasuk dalam metode tafsi>r al-tah}li>ly,40 yaitu menafsirkan ayat Alqur‟an secara urut dan tertib sesuai dengan uraian ayat-ayat dan surat-surat dalam mus}h}af, dari awal Surat al-Fa>tih}ah hingga akhir Surat al-Na>s.41

Hal tersebut nampak bahwa al-Zamakhshary menafsirkan ayat-ayat Alqur‟an layaknya seperti apa yang ada dalam mus}haf Alqur‟an, di mulai dari awal surat al-Fa>tih}ah sampai dengan akhir surat al-Na>s.42