• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.3 Metode Penelitian

4.1.1 Metode penangkapan

Purse seine atau lebih dikenal dengan istilah Rengge/Gae (Bahasa Makassar) banyak digunakan oleh masyarakat di Kabupaten Takalar dan sekitarnya untuk menangkap ikan-ikan pelagis. Purse seine ini dapat dioperasikan pada waktu malam dan siang hari. Pada waktu malam hari, alat tangkap ini menggunakan lampu untuk menarik ikan-ikan untuk berkumpul dan selanjutnya akan ditangkap dengan menggunakan purse seine. Sedangkan pada waktu siang hari, alat tangkap ini dioperasikan pada daerah yang telah banyak ikannya.

Operasi penangkapan purse seine di daerah Takalar, melalui beberapa tahapan kerja, yaitu:

1) Tahapan persiapan

Sebelum kapal berlayar, maka semua bahan yang dibutuhkan untuk pelayaran maupun operasi penangkapan sudah harus disiapkan, seperti bahan bakar, makanan dan air minum, ABK (kru kapal), jaring yang sudah diatur rapih di bagian sisi kiri kapal, semua peralatan tali temali, rumpon dan sebagainya. Selain itu kapal harus dalam keadaan baik dan dapat digunakan. Setelah segala sesuatunya lengkap barulah kapal bisa bertolak menuju fishing ground. Keberangkatan kapal dari pelabuhan umumnya pada waktu sore menjelang malam dengan perhitungan pada waktu pagi harinya sudah bisa tiba di daerah penangkapan;

2) Pemasangan rumpon

Setelah tiba di daerah penangkapan yang dianggap baik, mulailah pekerjaan pertama dilakukan yaitu pemasangan rumpon. Biasanya satu kapal membawa 7 sampai 9 buah rumpon untuk kebutuhan dua trip penangkapan.

Rumpon terdiri dari daun-daun kelapa yang diikatkan pada seutas tali dan diletakkan secara vertikal ke bawah dengan memakai jangkar/pemberat dari batu serta pelampung dari bambu yang disebut “bulo”. Jarak pemasangan antara rumpon yang satu dengan rumpon yang lainnya, sejauh sampai 3 jam pelayaran;

3) Menunggu rumpon

Setelah pemasangan rumpon selesai, diperlukan waktu sekitar 4 hari untuk menunggu agar ikan-ikan dapat berkumpul disekitar rumpon. Selama waktu ini, kapal dibiarkan berlabuh dan ini merupakan kesempatan baik bagi nelayan untuk memancing di malam hari.

Kapal berlabuh cukup jauh dari tempat pemasangan rumpon sehingga setelah 4 hari berlalu dibutuhkan lagi waktu untuk mencari rumpon;

4) Mencari rumpon

Mencari rumpon sama artinya dengan mencari gerombolan ikan. Pencarian rumpon dilakukan dengan mata telanjang dengan arah arus dan haluan kapal pada waktu pemasangan rumpon. Pencarian rumpon ini dilakukan pada siang hari;

Rumpon dapat diketahui, dengan adanya pelampung bambu atau tendak yang mencuat ke atas permukaan air. Setelah terlihat adanya tendak (sebatang bambu yang diikat pada antang), maka kapal bergerak ke arah tendak untuk melihat apakah ada gerombolan ikan ataukah tidak. Bila gerombolan ikan dianggap cukup menguntungkan untuk ditangkap maka operasi penangkapan akan segera dilakukan pada sore harinya. Untuk mengetahui besar tidaknya gerombolan ikan, dapat ditaksir melalui pengalaman-pangalam dengan melihat adanya ikan yang muncul atau berloncatan ke permukaan air ataupun riak-riak air di sekitar tendak.

Apabila gerombolan ikan yang dijumpai dianggap tidak menguntungkan, maka pada rumpon dipasang pelampung tambahan yang agak tinggi letaknya yang disebut “umbul”. Hal ini untuk mempermudah pencarian kembali, kemudian pencarian rumpon diteruskan lagi.

Bila operasi tidak dapat dilakukan pada sore hari, maka pada rumpon selain dipasang umbul, ditambah lagi dengan sebuah penerangan yang biasanya digunakan lentera atau kadang–kadang juga petromak. Pemasangan lampu ini bertujuan agar mudah untuk mencarinya dengan tujuan penangkapan pada pagi hari, juga sebagai peransang agar ikan berkumpul di sekitar rumpon. 5) Penebaran dan pengangkatan jaring

Bila gerombolan ikan yang ditemukan dalam jumlah yang besar maka operasi penangkapan segera simulai.

Mula-mula kapal bergerak mendekati rumpon kemudian bulo dan bagian rumpon yang lainnya dinaikkan keatas kapal. Sampai setengah dari bagian rumpon naik ke kapal, maka tali rumpon dipotong dan pada bagian yang pertama diberi pemberat yang cukup, kemudian bagian ini diturunkan lagi, sedangkan bagian lainnya (bagian yang setengah) yang merupakan sisanya diangkut diatas kapal. Pekerjaan ini dilakukan oleh 3 orang nelayan.

Tujuan meletakkan kembali bagian rumpon yang pertama ini agar ikan tetap berkumpul disekitarnya. Selain itu pada waktu penarikan tali kolor, rumpon tidak merupakan penghalang. Setelah sebagian rumpon diletakkan kembali, maka kapal menjauh dari rumpon, dengan perhitungan jarak bila gerombolan ikan dilingkari, kedua ujung jaring bisa bertemu. Bagian rumpon yang

ditinggalkan tadi dijaga oleh seorang nelayan yang disebut ‘juru tarik rumpon’ dengan menggunakan perahu jukung. Juru tarik rumpon inilah yang kemudian memberi kode kepada nahkoda bahwa ikan telah berkumpul kembali. Apabila tanda sudah diberikan maka atas perintah nahkoda maka jaring mulai ditebarkan. Bertepatan dengan itu maka seorang juru renang menyebur kelaut dan memegang ujung jaring yang pertama.

Kapal akan bergerak dengan kecepatan penuh pada waktu melingkari gerombolan ikan. Setelah kedua ujung jaring bertemu maka penarikan jaring dengan menarik tali kolor (purse line). Penarikan purse line ini menggunakan winch atau garden. Untuk menata tali kolor digunakan 3 sampai 4 orang tenaga kerja. Selesai penarikan tali kolor, maka rumpon dinaikkan ke atas . selanjutnya tubuh jaring ditarik dengan menggunakan tenaga manusia. Penarikan tubuh jaring ini dilakukan oleh 15 sampai 20 orang tenaga kerja. Apabila ikan sudah terkumpul pada bagian kantong, maka pengangkatan dilakukan dengan stenjor (derek) bila hasil tangkapan banyak dan tidak sanggup ditarik langsung oleh manusia. Selanjutnya hasil tangkapan ini dimasukkan kedalam basket yang sudah disediakan, diberi es dan disimpan dalam palka.

Operasi penangkapan ini dilakukan beberapa kali sampai sirasakan hasil tangkapan sudah cukup, barulah kapal kembali lagi ke pelabuhan.

Dokumen terkait