• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Metodologi Penelitian

2. Metode Pendekatan

a. Persiapan Penelitian

Dalam upaya mengungkapkan permasalahan yang ada, maka penelitian ini bersifat penelitian lapangan (field research) dan dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif.

Kualitatif bermakna kualitas atau mutu konsep atau data. Data kualitatif langsung dikerjakan di lapangan (field) dengan mencatat dan mendeskripsikan gejala-gejala sosial, dihubungkan dengan gejala yang lain. Kemudian penulisannya dilakukan secara deskriptif.

Penulis berusaha memberikan gambaran mengenai aktifitas keberagamaan yang dilakukan oleh komunitas Punk Muslim serta pengaruhnya sesuai dengan apa yang ada di lapangan.

Untuk meneliti masalah perubahan sikap cukup rumit dan karenanya tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu persiapan penelitian ini butuh waktu yang cukup panjang, dan yang

paling penting adalah kesiapan peneliti untuk memahami kondisi komunitas tersebut.

Sebagai dasar utama dalam penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif yaitu dengan mencurahkan perhatian terhadap hubungan antar orang perorang dan kelompok, serta melihat secara langsung (obervasi terlibat) hubungan-hubungan antar orang tersebut. Hal ini menunjukkan adanya interaksi antara peneliti dengan orang yang diteliti, mengenai pemahaman nilai-nilai budaya, kepercayaan, pola perilaku, bahasa dan tata krama serta usaha untuk merasakan atau mengalami motif dan emosi mereka, merupakan ciri utama dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif.

Dari pandangan tersebut akan dapat diperoleh informasi sesungguhnya tentang makna dari data yang diharapkan dari penelitian yang dilaksanakan. Seperti tentang bagaimana komunitas Punk Muslim berpenampilan, proses berlangsungnya pengajian, kemudian perubahan sikap yang komunitas Punk Muslim rasakan dalam hidup mereka.

Selain dari mempersiapkan diri untuk melihat secara langsung, peneliti juga mempersiapkan beberapa pedoman wawancara sebagai pemandu yang digunakan di lapangan. Dan penelitian ini dilakukan secara individual.

Setelah segalanya dianggap cukup, barulah dirancang untuk turun ke lapangan serta tidak lupa membuat jadwal kegiatannya. Hal ini

dimaksudkan agar waktu penelitian dapat digunakan seefesien mungkin oleh penulis dan dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan oleh penulis di awal sebelum penelitian berlangsung.

b. Penentuan Lokasi Penelitian

Agar tujuan penelitian ini dapat tercapai sebagaimana mestinya, maka penelitian ini sengaja menetapkan lokasi di terminal Pulogadung Jakarta Timur. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara purposiv, yaitu lokasi penelitian yang sudah ditentukan sebelumnya. Dalam hal ini penulis menentukan Terminal Pulogadung Jakarta Timur sebagai tempat pelaksanaan penelitian. Alasan penulis memilih lokasi tersebut karena lokasi tersebut merupakan basecamp dari komunitas Punk Muslim.

Base camp yaitu tempat yang biasa mereka gunakan untuk melaksanakan aktivitas Punk Muslim. Sehingga data-data yang diperlukan untuk penelitian ini akan dapat diperoleh dari lokasi ini. Selain itu, lokasi ini pun tempat berkumpulnya komunitas Punk Muslim, maka dengan sendirinya penelitian ini dapat melihat bagaimana mereka berinteraksi baik sesama mereka ataupun masyarakat lainnya. Serta dari lokasi ini juga dapat diketahui bagaimana mereka memahami agama dan melaksanakan ibadah-ibadah lainnya.

c. Pengumpulan Data Lapangan

Untuk menghimpun data-data di lapangan digunakan pendekatan kualitatif, meskipun demikian penelitian ini juga tidak mengabaikan

penggunaan data-data kuantitatif dalam hal-hal tertentu sesuai dengan maksud penelitian ini.

Pendekatan yang bersifat kualitatif dilakukan melalui kegiatan pengamatan secara langsung di lapangan dan wawancara mendalam dengan beberapa informan yang telah direncanakan sebelumnya. Hasil pengamatan tersebut dicatat sesuai dengan prinsip-prinsip pendekatan kualitatif, yaitu sejak dari catatan ringkas atau catatan lapangan, diteruskan kepada bentuk laporan yang diperluas atau dikembangkan dan diakhiri dengan analisa dan interpretasi data.

Catatan atau laporan-laporan ringkas dalam bentuk deskripsi dibuat setiap kegiatan pengamatan yang dilakukan. Itulah sebabnya penulis membekali diri dengan alat perekam sebagai pembantu catatan dan ingatan, sepertitape recorder,camera digital, dan alat-alat tulis.

Analisa sementara ini bukan saja ditujukan kepada data hasil rekaman dari pengamatan secara langsung, tetapi juga ditujukan kepada data-data hasil wawancara, baik wawancara mendalam ataupun wawancara terstruktur. Hal ini dimaksudkan agar hasil pengamatan dan wawancara tersebut dapat dimengerti dan dipahami pada saat penulisan dimulai. Analisa akhir dilaksanakan setelah seluruh data terkumpul, selanjutnya didapat kesamaan pandangan mengenai maksud dan tujuan penelitian. Kegiatan selanjutnya adalah merancang waktu dan pelaksanaan pembuatan laporan.

Selain instrumen pengumpulan data yang telah dipersiapkan sebelumnya, penelitian menggunakan wawancara mendalam untuk menghimpun data tentang pendapat dan pandangan seseorang terhadap masalah yang telah, sedang, dan akan terjadi dari masalah yang sedang diteliti. Karena tujuan wawancara ini adalah untuk memeroleh informasi mengenai pandangan seseorang tentang sesuatu maka informasi terpaksa digali berulang-ulang, atau adakalanya pandangan narasumber itu diuji dengan pendapat narasumber yang lainnya. Hal ini di maksudkan untuk memahami makna sesungguhnya dari suatu fenomena tertentu, atau dikatakan sebagai suatu upaya untuk memahami konsep yang digunakan para informan mengenai suatu hal.

Untuk melengkapi data yang diperlukan diperukan juga data-data tertulis, baik berupa hasil tulisan atau penelitian pribadi ataupun dari instansi-instansi tertentu. Misalnya tentang monografi kelurahan, statistik-statistik kelurahan, jumlah anggota Punk Muslim, kegiatan-kegiatannya, dan berbagai identifikasi yang diperkirakan mempunyai hubungan dengan masalah dan tujuan penelitian.

Agar kegiatan di lapangan dapat berjalan sebagaimana mestinya, maka disusunlah tahapan-tahapan penelitian sebagai berikut:

Pada tahap awal ini ditetapkan tugas utama penulis adalah untuk memberikan gambaran umum mengenai lokasi penelitian, serta merancang beberapa informan yang akan digunakan dalam penelitian ini.

Untuk menetapkan lokasi yang tepat untuk penelitian, sebelumnya diadakan penelitian pendahuluan, hal ini dimaksudkan agar data yang diharapkan dapat diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian, selain itu pada penelitian awal (prelimenery research) ini ditetapkan pula beberapa informan, hal ini dimaksudkan agar pada lokasi penelitian itu telah tersedia beberapa informan yang dapat memberikan informasi kepada peneliti dan mengenai ragam masalah yang diteliti. Padaprelimenery research ini pula diadakan pendekatan dengan berbagai pihak yang diperkirakan dapat memberikan bantuan untuk kelancaran penelitian.

Setelah penelitian awal dilaksanakan, maka dirancang pembuatan instrumen, dengan mempertimbangkan berbagai hal terutama yang terkait dengan tujuan dan maksud penelitian serta lokasi dan informan yang dituju. Pertimbangan-pertimbangan itu dianggap penting karena yang satu dan lainnya saling terkait dan tidak dapat diabaikan salah satu di antaranya.

Selain daripada persiapan penelitian sebagaimana di atas, maka yang tidak kalah pentingnya yaitu mengurus hal-hal yang berkenaan dengan administrasi, seperti izin kepada pembimbing komunitas Punk Muslim karena yang akan menjadi obyek penelitian.

2. Tahap Pendekatan Kepada Anggota Punk Muslim

Karena penelitian sangat mengandalkan informan, maka ketepatan menentukan informan serta pendekatan kepada mereka adalah hal-hal penting yang harus dilakukan. Salah satu syarat bagi seorang informan adalah memahami persoalan yang sedang diteliti, atau mereka yang berperan dan mempunyai pengetahuan yang luas tentang permasalahan yang sedang diteliti.

Setelah ditetapkan beberapa orang informan maka langkah selanjutnya adalah, berkenalan dan membina hubungan sebaik mungkin dengan mereka, untuk itu pada kunjungan pertama sengaja tidak difokuskan untuk melakukan wawancara, tetapi lebih banyak ditujukan untuk memperkenalkan diri, mendengarkan cerita dari informan serta mengenal para informan lebih jauh. Pada tahap ini dikenali tentang keluarga, keberadaan mereka, pendidikan, hobi, pekerjaan, dan beberapa hal lainnya yang berkenaan dengan informan.

3. Tahap Pengumpulan Data

a) Observasi, yaitu mengadakan pengamatan secara langsung untuk memperoleh data tentang pola interaksi antar sesama mereka, atau dengan para ustadz, dan dengan masyarakat umumnya. Kemudian juga obeservasi ini dapat melihat kegairahan mereka dalam belajar

membaca Al Qur’an, mendiskusikan agama, dan melaksanakan

diperoleh data tentang perubahan sikap komunitas Punk Muslim setelah mereka mengikuti pengajian.

b) Wawancara, wawancara dilakukan antara peneliti dengan beberapa informan yang terdiri dari ustadz-ustadz sebagai Pembina keagamaan mereka dengan beberapa anggota komunitas Punk Muslim. Terutama untuk mengetahui yang berkenaan dengan latar belakang mereka membentuk komunitas tersebut serta pandangan mereka tantang agama.

c) Dokumentasi Data, penulis mengumpulkan data yang diperoleh dari komunitas Puk Muslim, buku, makalah, artikel, catatan, surat kabar, dan sebagainya yang berhubungan dengan komunitas Punk Muslim dan kegiatannya. Digunakan untuk keperluan penelitian karena instrument tersebut berguna sebagai sumber yang stabil, kaya, yang berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian, bersifat alamiah sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks, membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diteliti.

Untuk data tertulis baru dapat diselesaikan setelah 14 hari, karena beberapa di antara data tertulis didapatkan dari informan yang berbeda dan bertempat tinggal yang berjauhan. Sedangkan untuk wawancara mendalam berlangsung 2 hari, hal itu disebabkan oleh umumnya wawancara dilakukan pada malam hari karena pada siang hari masing-masing mereka

bekerja. Karena umumnya wawancara hanya dilakukan malam hari, maka siang hari dapat dilakukan pengumpulan dan penyusunan data.

Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan dapat diketahui makna yang terkandung dari suatu tindakan atau fenomena yang berlaku dalam komunitas yang sedang diteliti. Atau dengan wawancara yang dilakukan secara berulang-ulang serta observasi terlibat, diperoleh informasi tentang konsep dan teori yang digunakan para informan dalam menjelaskan beberapa masalah yang diamati dalam susatu penelitian.

Dalam rangka mengembangkan hasil wawancara peneliti menempuh dua cara yang berbeda, namun saling melengkapi. Yaitu meningkatkan hubungan antara peneliti dengan beberapa responden ataupun informan dan menguji informasi yang telah diperoleh, serta mengembangkannya ke arah suatu pembentukan deskripsi yang valid. Terciptanya hubungan yang baik antara peneliti dengan informan akan mendororng informan untuk menceritakan tentang komunitas Punk Muslim serta perubahan sikap setelah para informan mengikuti pengajian. Sehingga peneliti bisa memahami dan mempelajari perubahan tersebut secara leluasa.

Hasil bahasan yang telah dipelajari secara seksama itulah yang dijadikan informasi dalam penelitian ini dan hasil ini akan memperlihatkan berbagai bentuk dan latar belakang yang mendasari perubahan sikap informan tersebut. Meskipun langkah ini dianggap tidak terlalu mudah

untuk ditempuh, namun jalan ini adalah jalan tepat yang harus dilalui oleh setiap peneliti di lapangan.

Dari gambaran di atas terlihat dengan jelas bahwa penelitian telah melaksanakan hampir keseluruhan dari prosedur penelitian dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan memanfaatkan observasi terlibat serta wawancara mendalam secara terbuka dengan beragam informan, agar dapat difahami pandangan, perasaan, dan pola prilaku seseorang atau sekelompok orang yang dijadikan sebagai sasaran penelitian, dengan pemahaman tersebut dapat dimengerti makna yang terkandung secara utuh (entity).

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan serta teraturnya skripsi ini dan memberikan gambaran yang jelas serta lebih terarah mengenai pokok permasalahan yang dijadikan pokok dalam skripsi ini, maka peneliti mengelompokkan dalam lima bab pembahasan, yaitu sebagai berikut:

BAB I Merupakan bab pendahuluan yang membahas tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Bab ini menjelaskan teori-teori yang relevan digunakan dalam penulisan skripsi untuk menganalisa dan merancang sistem yang diperoleh dari berbagai sumber seperti buku referensi, rekaman

video, dan internet yang menjadi landasan penulisan skripsi ini di antaranya terdapat pembahasan tentang perubahan dan pembentukan sikap serta faktor-faktor yang mempengaruhi dan indikator dari sikap keberagamaann.

BAB III Bab ini berisi gambaran lebih jauh tentang komunitas Punk Muslim, sejarah terbentuknya, aktifitas, dan anggota dari komunitas Punk Muslim.

BAB IV Merupakan bab analisis dan pembahasan. Bab ini membahas hasil dari temuan data dan analisis data, yakni analisis hasil pengamatan dan wawancara kepada informan terkait sikap keberagamaan komunitas Punk Muslim.

BAB V Bab ini merupakan penutup dari penelitian yang berisi kesimpulan dan saran.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS A. Pengaruh

Pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.1 Berdasarkan definisi di atas, penelitian ini mendefinisikan pengaruhh sebagai suatu daya untuk meningkatkan pengetahuan dan perubahan sikap setelah mengikuti pengajian.

Pengaruh dapat dirasakan oleh setiap orang ketika mengalami sesuatu peristiwa yang dialaminya secara berulang-ulang. Jika orang tersebut sangat menyukainya bahkan bersikap fanatik terhadap apa yang dialaminya bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh positif pada dirinya baik perbuatan bahkan kepercayaan.

Yang dimaksud dengan pengaruh di sini adalah berupa kekuatan yang dapat merubah suatu keadaan sikap keberagamaan seseorang setelah mengikuti pengajian rutin.

B. Pengajian

Pengajian menurut bahasa berasal dari kata “kaji” yang berarti membaca, menderas, atau mengaji berarti membaca Al Qur’an.2 Kata “kaji” diberi awalan pe- dan akhiran –an menjadi “pengajian” yang berarti mengkaji Al Qur’an dan berarti pula mengkaji Islam.

1

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 849.

2

Purwo Darminto WJS.,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 22.

Arti pengajian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses pengajaran agama Islam, menanamkan norma agama melalui dakwah.3 Pada umumnya pengajian berbentuk seperti kuliah terbuka di mana narasumber (ulama)

memberikan ceramah kemudian jama’ah mendengarkan, menyimak, mencatat pelajaran yang diberikan narasumber.4

Sedangkan pengajian menurut istilah yaitu kegiatan agama Islam. Dengan demikian ada berbagai jenis dan bentuk yang paling awal dan umum adalah pangajian Al Qur’an untuk anak-anak di masjid ataupun di rumah ustadz atau guru mengaji. Ini merupakan pelajaran dasar yang berisi pengenalan huruf dan tata bahasa Arab sederhana (disebut alif-alifan), tata cara shalat, wudhu (disebut praktek ibadah), dan menghafal beberapa ayat-ayat Al Qur’an (disebut hafalan).5

PunKajian atau pengajian merupakan kegiatan komunitas Punk Muslim yang senantiasa berusaha untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan, meningkatkan ketaqwaan, dan pengetahuan agama Islam serta kecakapan dalam rangka mencari ridho Allah SWT. Dengan demikian pengajian adalah kegiatan Islam yang bercorak sederhana sebagai media penyampaian dakwah Islam yang dilaksanakan secara berkala, teratur, dan diikuti oleh para anggota komunitas Punk Muslim.

Pengajian dilihat dari tujuannya termasuk ke dalam pelaksanaan dakwah sebagai syi’ar Islam yang berlandaskan Al Qur’an dan Al Hadits. Selain itu pengajian juga merupakan salah satu strategi pembinaan umat sekaligus wahana

3

Departemen Pendidikan Nasional,Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 491. 4

Dawan Raharjo,Pesantren dan Pembaharuan, (Jakarta: LP3S, 1995), h. 5. 5

Pradjarta Dirdjosanjoto, Memelihara Umat, Kiai Pesantren, Kiai Langgar di Jawa, (Yogya: LKIS, 1999), h. 12.

dakwah Islamiyah yang murni ajarannya.6 Pengajian merupakan kegiatan pendidikan Islam yang senantiasa meningkatkan ketaqwaan dan pengetahuan agama Islam serta kecakapan dalam rangka mencari ridha Allah SWT.

Salah satu ajaran Islam yang paling penting dan berorientasi praktis serta strategis (strategic oriented) adalah ajakan kepada manusia agar berada dan tetap berada dalam jalan yang benar yang popular disebut dakwah. Islam, baik yang disebut sebagai agama maupun kumpulan nilai-nilai dan ajaran-ajaran tidak akan berarti apa-apa, terutama menyangkut aspek Sosiologis, apabila nilai-nilai yang terdapat di dalamnya tidak dipahami dan diamalkan. Karenanya, dakwah dalam Islam menjadi built in dalam keseluruhan bangunan sentral kajian dan praktek Islam.7

Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan umatnya untuk menyebarkan dan menyiarkan Islam seluruh umat manusia. Sebagai rahmat bagi seluruh alam, Islam dapat menjamin terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia, bilamana ajaran Islam mencakup segenap aspek kehidupan itu dijadikan sebagai pedoman hidup dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.8















































6

M. Firmansyah R.,Respon Jama’ah Terhadap Pengajian Kitab Fikih Shalat di Masjid Riyadhul Jannah Gunung Putri, (Jakarta: Skripsi Bimbingan dan Penyuluhan Islam, 2008), h. 15.

7

Acep Aripudin dan Syukriandi Sambas, Dakwah Damai: Pengantar Dakwah Antarbudaya,h. 147.

8

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS: An Nahl: 125).9

Usaha untuk menyebarluaskan Islam, begitu pula untuk merealisir ajarannya di tengah-tengah kehidupan umat manusia adalah merupakan usaha dakwah, yang dalam keadaan bagaimanapun dan di manapun harus dilaksanakan oleh umat Islam. Dan pengajian adalah termasuk salah satu dalam kegiatan dakwah Islam.10

Islam termasuk salah satu agama dakwah seperti juga agama-agama lain, yakni agama samawi (dari langit atau Tuhan) yang harus disebarkan dan di bumikan. Keharusan menyebarkan agama kepada segenap manusia, terlebih-lebih pada masa sekarang, telah menjadi keharusan kemanusiaan karena menjadi kebutuhan universal dan asasi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyuburnya mental materialis, hedonis, kemiskinan, pengangguran, dan goncangan. Banyaknya gangguan psikis manusia telah memperkukuh eksistensi agama sebagai alternatif yang terlupakan dalam mengatasi persoalan-persoalan ini.

Untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut dalam teori dan praktek Islam hanya bisa dilakukan melalui dakwah, yakni upaya mengajak manusia

9

Departemen Agama RI,Al Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Bumi Restu, 1975), h. 421.

10

kembali kepada asas ketuhanannya sebagai nilai kemanusiaan dan mengembangkan potensi-potensi kemanusiaannya dalam dimensi lain.11

Kegiatan dakwah adalah sebuah proses di mana di dalam proses dakwah terdapat faktor yang saling berhubungan dan memengaruhi antara satu faktor dengan faktor yang lainnya. Faktor-faktor tersebut adalah:

a. Pelaksana dakwah (da’i), da’i merupakan kunci yang menentukan keberhasilan dan kegagalan dakwah. Oleh karena itu, faktor ini terdapat ciri-ciri serta persyaratan-persyaratan jasmani maupun rohani yang sangat kompleks bagi pelaksana yang sekaligus menjadi penentu dan pengendali sasaran dakwah.

b. Objek dakwah (mad’u), objek atau sasaran dakwah berupa manusia yang harus dibimbing dan dibina menjadi beragama sesuai dengan tujuan dakwah. Objek dakwah dilihat dari aspek psikologis memiliki variabilitas yang luas dan rumit menyangkut pembawaan dan pengaruh lingkungan yang berbeda menuntut pendektan berbeda pula.

c. Lingkungan dakwah, suatu faktor yang besar pengaruhnya bagi perkembangan sasaran dakwah, berupa individu maupun kelompok manusia serta kebudayaan.

d. Media dakwah, faktor yang dapat menentukan kelancaran proses pelaksanaan dakwah. Faktor ini kadang-kadang disebut defent variables,

11

Acep Aripudin dan Syukriandi Sambas, Dakwah Damai: Pengantar Dakwah Antarbudaya, h. 148.

artinya dalam penggunaannya atau efektivitasnya tergantung pada faktor lain terutama orang yang menggunakannya. Namun kegunaannya bisa polypragmatis (kemanfaatan berganda) atau monopragmatis (kemnafaatan tunggal) dalam rangka mencapai tujuan dakwah.

e. Tujuan dakwah, suatu faktor yang menjadi pedoman dan arah proses yang dikendalikan secara sistematis dan konsisten.12

Keberhasilan dakwah, terjadi melaui proses yang sangat intensif dan gelombang yang terkadang memilukan. Islam diterima umat manusia, tidak hanya kalangan bangsawan, ningrat, dan kalangan terpelajar saja. Tetapi kaum pinggiran pun memuluk Islam. Mustad’afin (fakir, miskin, dan anak-anak terlantar) pun masuk Islam. Mereka dari kalangan dan latar belakang berbagai ragam suku, budaya, agama, dan sebagai konsekuensinya melahirkan pemikiran-pemikiran dan sikap keberagamaan yang berbeda pula.13

C. Sikap

Sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap bisa pula berarti kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.14 Sedangkan menurut Arifin, pengertian sikap didefinisikan berdasarkan pendapat dari para ahli Psikologi, di antaranya:

12

Faizah dan H. Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2006), h. 136-138.

13

Acep Aripudin dan Syukriandi Sambas, Dakwah Damai: Pengantar Dakwah Antarbudaya, h. 149.

14

Sarlito W. Sarwono,Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003, cet. Ke-9), h. 100.

a. Charles Bird mengartikan sikap sebagai suatu yang berhubungan dengan penyesuian diri seseorang kepada aspek-aspek lingkungan sekitar yang dipilih atau kepada tidakan-tindakannya sendiri. Bahkan lebih luas lagi, sikap dapat diartikan sebagai predisposisi (kecenderungan jiwa) atau orientasi kepada suatu masalah, institusi, dan orang-orang lain.

b. F. H. Allport berpendapat bahwa sikap adalah suatu persiapan bertindak berbuat dalam satu arahan tertentu. Dibedakan adanya 2 macam sikap, yakni sikap individual dan sikap sosial.15

Sedangkan menurut Prof. Dr. Mar’at yang dikutip oleh Rahmat Jalaluddin menerangkan bahwa meskipun belum lengkap Allport telah menghimpun sebanyak 13 pengertian tentang sikap. Prof. Dr. Mar’at merangkumnya menjadi 11 rumusan, yaitu:

a. Sikap merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui pengalaman dan interaksi yang terus menerus dengan lingkungan (attitudes are learned). b. Sikap selalu dihubungkan dengan objek seperti manusia, wawasan,

peristiwa ataupun ide (attitudes have referent).

c. Sikap diperoleh dalam berinteraksi dengan manusia lain baik di rumah, sekolah, tempat ibadah ataupun tempat lainnya melalui nasihat, teladan atau percakapan (attitudes are social learning).

d. Sikap sebagai wujud dari kesiapan untuk bertindak dengan cara-cara tertentu terhadap objek (attitudes have readiness to respond).

15

e. Bagian yang dominan dari sikap adalah persaan dan afektif, seperti yang tampak dalam menentukan pilihan, apakah positif, negatif atau ragu

Dokumen terkait