BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Akhlak
4. Metode Pendidikan Akhlak
Adapun metode pendidikan akhlak adalah sebagai berikut: a. Metode Keteladanan
36Tim Dosen PAI UM, Aktualisasi Pendidikan Islam: Respon Terhadap Problematika Kontemporer..., hlm. 146-148
37Tim Dosen PAI UM, Aktualisasi Pendidikan Islam: Respon Terhadap Problematika Kontemporer..., hlm. 148
38Tim Dosen PAI UM, Aktualisasi Pendidikan Islam: Respon Terhadap Problematika Kontemporer..., hlm. 149
22
Metode keteladanan yaitu suatu metode pendidikan dengan cara memberikan contoh yang baik kepada peserta didik, baik di dalam ucapan
maupun perbuatan.39 Abdullah Ulwan mengatakan bahwa pendidik akan
merasa mudah mengkomunikasikan pesannya secara lisan. Namun anak akan merasa kesulitan dalam memahami pesan itu apabila pendidiknya tidak
memberi contoh tentang pesan yang disampaikannya.40 Akhlak yang baik
tidak dapat dibentuk hanya dengan pembelajaran, instruksi dan larangan, karena tabiat jiwa untuk menerima keutamaan itu, tidak cukup dengan hanya seorang pendidik dengan hanya mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjakan
itu.41 Metode ini berdasarkan al-Qur‘an yang berbunyi:
َه َهّللا َس َه َذ َو َس ِخالآ َمْىَُْلاَو َهّللا ىُحْسًَ َناَو ًَْ ِالإ ٌتَى َسَح ٌةَى ْسُأ ِهّللا ٌِى ُسَز يِف ْمُىَل َناَو ْدَلَل
اًريِث
Artinya ―Sesungguhnya telah ada para (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah
(suri tauladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah‖ (QS. Al-Ahzaab:21)
Dari ayat di atas, kata teladan diibaratkan dengan kata-kata uswah yang diletakkan dengan kata hasanah, sehingga menjadi padanan kata uswatun
hasanah yang artinya teladan yang baik. Metode ini dianggap penting karena
aspek agama yang terpenting adalah akhlak yang termasuk dalam kawasan afektif yang terwujud dalam bentuk tingkah laku, untuk mempertegas keteladanan Rasulullah itu, Al-Qur‘an lebih lanjut menjelaskan akhlak Nabi
39 Syahidin, Metode Pendidikan Qur‟ani: Teori dan Aplikasi, (Jakarta: CV Misaka Galiza, 1999), Cet. 1, hlm. 135
40
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. I, hlm. 178
41 Abdullah Nasih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, (Semarang: CV. Asy Syifa, 1981), hlm. 163
23
Muhammad disajikan secara tersebar di berbagai ayat dalam al-Qur‘an. Satu
ayat yang menjelaskannya yaitu surah Al-Ahzaab ayat 21.42
b. Metode Pembiasaan
Metode pembiasaan mempunyai pengaruh terhadap pendidikan pada tahap permulaan, akan tetapi bisa juga pembiasaan itu bisa membahayakan apabila hanya sekedar pembiasaan saja. Pembiasan harus memproyeksikan terbentuknya mental dan akhlak yang lemah lembut untuk mencapai nilai-nilai akhlak. Di sinilah kita perlu mengakui bahwa metode pembiasaan berperan penting dalam membentuk perasaan halus, khususnya pada tahapan
pendidikan awal.43
Menurut Erwita Aziz metode pembiasaan dan pengulangan yang digunakan Allah dalam mengajar Rasul-Nya amat efektif sehingga apa yang disampaikan kepadanya langsung tertanam dengan kuat di dalam kalbunya. Di dalam ayat 6 surah Al-A‘la, Allah menegaskan metode itu :
ي سْيَج َلاَف ًَُئِسْلُى َس
Artinya: ―Kami akan membacakan (Al Quran) kepadamu (Muhammad) maka
kamu tidak akan lupa‖ (QS. Al-A‘la: 6).
Ayat ini menegaskan bahwa Allah membacakan Al Quran kepada Nabi Muhammad SAW., kemudian Nabi mengulanginya kembali sampai ia tidak lupa apa yang telah diajarkan-Nya. Dalam ayat 1 – 5 Surah Al Alaq, Jibril
membacakan ayat tersebut dan Nabi mengulanginya sampai hafal.44
42 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), hlm. 147
43
Miqdad Yaljan, Kecerdasan Moral: Pendidikan Moral yang Terlupakan, terjemah Tulus Musthofa, (Yogyakarta: Talenta, 2003), hlm. 29
24
c. Metode Nasihat
Abdurrahman al-Nahlawi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan nasihat adalah penjelasan kebenaran dan kemaslahatan dengan tujuan menghindarkan orang yang dinasihati dari bahaya serta menunjukkan ke jalan
yang mendatangkan kebahagiaan dan manfaat.45 Metode ini telah ada di
dalam surah Luqman yang berbunyi:
ٌمُْ ِظَع ٌمْلُظَل َنْس ِّشلا ّنِإ ِللهاِب ْنِس ْشُحَلا ّيَنُباًَ ُهُظِعَََىُهَو ِهِىْبِلا ُناَمْلُل ٌَاَك ْذِإَو
Artinya: ―Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar‖(QS. Luqman: 13)
Ayat di atas menunjukkan bahwa al-Qur‘an secara eksplisit menggunakan metode nasihat sebagai salah satu cara untuk menyampaikan suatu ajaran. Al-Qur‘an berbicara tentang penasihat (pendidik), yang dinasihati (peserta didik), obyek nasihat (materi), situasi nasihat, dan latar beakang nasihat. Karenanya sebagai suatu metode pengajaran nasihat dapat
diakui kebenarannya.46
d. Metode Kisah
Metode kisah merupakan salah satu upaya untuk mendidik anak agar mengambil pelajaran dari kejadian di masa lampau. Apabila kejadian tersebut merupakan kejadian baik, maka harus diikutinya, sebaliknya apabila kejadian tersebut kejadian yang bertentangan dengan agama Islam maka harus dihindari.47
45Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam....,hlm. 190
46 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam...., hlm. 152
47Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga, Sekolah dan
25
ًَِالإ ِهِلْبَ َك ًِْم َذْىُه ْنِإَو َنآْسُلْلا اَرَٰه ًََُْلِإ اَىَُْحْوَأ اَمِب ِظَطَلْلا ًَ َسْحَأ ًََُْلَع ُظُلَه ًُْحَه
ْلا
َنيِلِفاَغ
Artinya: ―Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan
mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui.‖ (QS. Yusuf: 3)
Kata yang menggambarkan secara langsung pada metode bercerita adalah naqushshu yang berarti Kami menceritakan. Naqushshu berasal dari kata qashsha-yaqhushshu yang berarti menceritakan. Dalam ayat diatas tampak secara jelas bahwa terdapat guru yang mengajarkan yaitu Allah SWT sendiri, guru memberikan isi cerita yang terbaik ‗ahsanal qashash‘ sebagai materi pembelajaran. kata al-qashash menurut Qurais Syihab adalah bentuk jamak dari qishash/kisah. Ia terambil dari kata qashsha yang pada mulanya berarti mengikuti jejak. Kisah adalah upaya mengikuti jejak peristiwa yang benar-benar terjadi atau imajinatif sesuai dengan urutan kejadiannya dan
dengan jalan menceritakannya satu episode atau episode demi episode.48
e. Hukuman
Strategi ini sebenarnya tidak mutlak diperlukan, tetapi manusia tidaklah sama seluruhnya dalam berbagai hal, sehingga dalam menguatkan al-akhlak
al-karimah perlu adanya hukuman dalam menerapkannya, bagi orang-orang
yang keras, tidaklah cukup hanya diberikan teladan, pembiasaan, dan
nasihat.49 Berkaitan dengan metode hukuman ini, Allah SWT telah berfirman:
ا َم ُه َي ِدًْأ اىُعَ طْكا َف ُت َكِزا ّسلاَو َ ُقِزا ّسلاَو
ٌمُ ِى َح ٌصٍِصَع ُهّللاَو ۗ ِهّللا ًَِم ًلااَيَه اَب َسَه اَمِب ًءاَصَح
48
Quraisy Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Quran, (Jakarta: Lentera Hati, 2012), hlm. 12
26
Artinya: ―Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah
tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.‖( Q.S. Al-Maidah ayat 38)
Ayat di atas menunjukkan bahwa metode hukuman dalam pendidikan Islam khususnya dalam mendidik akhlak diakui dalam Islam dan digunakan dalam rangka membina umat manusia melalui kegiatan pendidikan. Dalam suatu hadits, Rasulullah SAW bersabda:
َؤ ُم اَىَث َد َح
ما َش ِه ًْب س ّم
-
ْيِسُى ْشِّلْا ي ِنْعٌَ
-
َةَص ْم َح ْيِبأَزا ّى ُس ًَْع ،لُِْعا َم ْسِإ اَ َىَث َد َح
-
،د ُوا َدا ْىُبأ ٌَا َكَ
ي ِف َرْي َطلْا يِّواَصُالإْا ِةَصْمَحلا ىُبَأ دُواَد ًُْب زاَى ُس َىُهَو
-
ِه ّد ِح ًَْع ، ِهُِْبأ ًْ َع ، ِبَُْعَ ُش ًْب وِسْمَع ًَْع
َز ٌَاَك ، ٌَاَك
،نْيِى ِس ُحْب َس ُءاَىْبأ ْم ُه َو ِةَ َلاّطلاِب ْمُهَد َلاْوَأ ا ْوُسُم" ،َمّل َسَو ِهَُْلَع ُالله ىّلَض ِالله ٌُْى ُس
". ِح ِجاَضَالإْا ْيِف ْمُهَنَُْب اْىُكَسَفَو ، َنْيِى ِس ُس ْشَع ُءاَىْبَأ ْمُهَو اَهْيَلَع ْمُهاْىُبِسْضاَو
)
دواد ىبأ هاوز
(
Artinya: ―Menceritakan kepada kami Mu‟ammar ibn Hisyam, yakni
al-Yasykuri, menceritakan kepada kami Isma‟il, dari Suwwar ibn Abi Hamzah- berkata Abu Dawud, “Dia adalah Suwwar ibn Dawud Abu Hamzah al-Muzanni al-Shairafi- dari „Amr ibn Syu‟aib, dari ayahnya, dari kakeknya, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “perintahkanlah anak-anakmu salat ketika usia mereka tujuh tahun, dan pukullah mereka jika meninggalkannya saat mereka berusia sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka.‖
(H.R. Abi Dawud).
Hadits di atas menunjukkan bahwa orang tua (dalam hal ini pendidik) diizinkan atau dibolehkan untuk memberikan hukuman kepada anak (peserta didik) yang tidak menaati aturan. Menurut Abuddin Nata bahwa keberadaan metode hukuman dan ganjaran diakui dalam Islam dan digunakan dalam rangka membina ummat manusia melalui kegiatan pendidikan. Hukuman dan ganjaran ini diberlakukan kepada sasaran pembinaan yang lebih khusus.
27
Hukuman untuk orang yang melanggar dan berbuat jahat, sedangkan pahala
untuk orang yang patuh dan menunjukkan perbuatan baik.50
f. Metode Motivasi
Penggunaan metode motivasi sejalan dengan apa yang ada dalam psikologi belajar disebut sebagai law of happines atau prinsip yang
mengutamakan suasana menyenangkan dalam belajar.51