• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Pendidikan Anak Usia Dini

BAB II LANDASAN TEORI

G. Metode Pendidikan Anak Usia Dini

Metode menurut bahasa berasal dari dua kata yaitu meta yang berarti

melalui dan hodos yang artinya jalan atau cara. Jadi secara istilah dapat

disimpulkan bahwa metode adalah suatu jalan atau cara yang dilalui untuk

mencapai suatu tujuan.26

24Abdullah Nasih Ulwan, Op.cit., Juz 1, h. 395.

25

Diah Ayu Ningsih, Op.cit.h. 89.

26

Nur Uhbiyati Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Insani, 1999), cet. II, h.

24

Dalam dunia pendidikan terdapat berbagai macam jenis metode dalam mengajar dan mendidik, disebabkan karena metode ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti:

a. Tujuan dan fungsinya yang berbagai jenis.

b. Kemampuan anak didik yang berbagai macam.

c. Situasi yang beragam keadaannya.

d. Fasilitas yang beragam jenisnya.

e. Peribadi guru serta kemampuan profesi yang berbeda-beda.27

Dalam hal ini ada beberapa metode untuk mendidik anak usia dini seperti:

1) Metode Mutual Education

Yaitu suatu metode mendidik secara kelompok yang pernah dicontohkan oleh Nabi Saw. seperti dicontohkan nabi sendiri dalam mengajarkan sholat dengan mendemonstrasikan cara-cara sholat yang baik dan benar. Sebagaimana sabdanya:

ِْنْوُمُتْ يَأَر اَمَك اْو لَص

)يراخبلا اور( ىّلَصُأ

“Sholatlah kamu sekalian sebagaimana kalian melihat aku sholat”

2) Metode bercerita

Yaitu metode dengan mengisahkan peristiwa sejarah hidup manusia masa

lampau yang menyangkut keta’atannya atau kemungkarannya kepada perintah

Allah yang dibawa oleh Rasulullah Saw kepada mereka. seperti beberapa ayat

Al-Qur’an yang mengandung nilai pedagogis dalam sejarah digambarkan Allah

sebagai berikut:

ُهُظِعَي َوُهَو ِهِْبا ُناَمْقُل َلاَقْذِإَو

ِهاِب ْكِرْشُتَا َََُ باَي

ميِظَع مْلُظَل َكْرّشلا َنِإ

"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia

memberi pelajaran kepadanya:"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. 31:13)28

27

Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995), cet. 5, h. 38

Dalam mengisahkan para Nabi hendaknya pendidik memperbandingkan antara orang-orang Mukmin yang mengikuti Rasul dengan orang-orang kafir yang selalu membangkang kepada Rasul dan bagaimana akibat kedua golongan tersebut, sehingga merasa dan meresap dalam hati anak, bahwa orang-orang mukmin itu mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan dunia akhirat, sedangkan orang-orang kafir merugi dan celaka. Dengan hal seperti itu akan mengajak anak untuk selalu patuh dan mengikuti Rasul serta mengamalkan apa yang

diperintahkannya.29

3) Metode Bimbingan dan Penyuluhan

Bimbingan adalah suatu proses memberi bantuan, dalam mengembangkan dan menyalurkan potensi-potensi yang dimiliki anak didik, membantu dan menyalurkan dorongan atau motivasi-motivasinya yang positif, membantu dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dan membantu dalam mencapai

cita-citanya.30

Dalam Al-Qur’an terdapat firman-firman Allah yang mengandung metode

bimbingan dan penyuluhan, karena Al-Qur’an sendiri diturunkan untuk

membimbing dan menasehati manusia agar memperoleh kehidupan batin yang tenang, sehat, serta bebas dari segala konflik kejiwaan.

Pendekatan yang diperlukan dalam melaksanakan metode ini adalah melalui sikap yang lemah lembut dan lunak hati dengan gaya menuntun atau membimbing kearah kebenaran.

Hal ini didasarkan atas firman Allah sebagai berikut:

ِْل ِها َنّم ةَْحَر اَمِبَف

ُْك ْوَلَو ْمََُ َت

ْيِلَغ اًظَف َت

ْ نَا ِبْلَقْلا َظ

َكِلْوَح ْنِم او ضَف

...

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. . . (QS. Al-Maidah[5: 159]).

29

Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama. (Padang: Hidakarya Agung.

1983), h. 73.

26

Dalam hal ini anak harus dididik dengan perhatian dan penuh kasih sayang, lemah lembut tanpa adanya ancaman dan cercaan yang dapat mengakibatkan jiwa anak menjadi terganggu.

4) Metode Pemberian Contoh dan Teladan

Metode yang sangat besar pengaruhnya dalam mendidik anak adalah medote pemberian contoh dan teladan. Karena sifat anak pada usia dini adalah suka meniru dan mengikuti apa yang ia lihat dan dengar. Untuk itu pendidik dalam hal ini adalah figur terbaik dalam pandangan anak, yang tindak-tanduk dan sopan santunya, disadari atau tidak, akan ditiru oleh anak. Sebagai pendidik harus bisa mencontohkan yang terbaik untuk anak. Dalam hal ini Allah telah menunjukan bahwa contoh keteladanan yang terbaik adalah dari kehidupan Nabi Muhammad. Ia merupakan teladan bagi umat muslim sepanjang sejarah, dan bagi umat manusia di setiap saat dan tempat, sebagai pelita yang menerangi dan purnama yang memberi petunjuk. Semuanya itu mengandung nilai pedagogis bagi kehidupan seluruh manusia. Sebagaimana firman-Nya.

ِثَك َها َرَكَذَو َرِخَلْا َمْوَ يْلاَو َها اوُجْرَ ي َناَك نَمّل ةََسَح ةَوْسُأ ِها ِلوُسَر ِِ ْمُكَل َناَك ْدَقَل

اًي

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari

kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-Ahzab [33:21]).31

Masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam menentukan baik-buruknya anak. Jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani dan menjauhkan diri perbuatan-perbutan yang dilarang agama. Maka anak akan tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan akhlak mulia, berani dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama. Begitu pula sebaliknya, jika pendidik berbohong, khianat, kikir, penakut dan hina. Maka anak akan tumbuh dalam kebohongan, khianat, durhaka, kikir, penakut dan hina. karena bagaimanapun besarnya usaha anak dalam mempersiapkan kebaikannya, dan bagaimanapun kesucian fitrahnya, tidak akan mampu memenuhi prinsip-prinsip kebaikan dan pokok-pokok utama pendidikan, selama ia tidak melihat sang pendidik sebagai teladan dari nilai-nilai moral yang tinggi. Padahal sangat mudah

bagi pendidik untuk mengajari anak dengan berbagai materi pendidikan, tetapi teramat sulit bagi anak untuk melaksanakannya ketika ia melihat orang yang memberikan pengarahan tidak mengamalkannya. Untuk itu tidak ada cara lain bagi para pendidik selain harus bersikap kasih sayang dan menerapkannya dalam setiap aktivitas kehidupan sehari-hari dan dalam menjalankan kewajiban dakwah dan mendidik, agar anak tumbuh dan berkembang dengan akhlak yang baik, dan

terdidik dalam kemuliaan.32

5) Metode belajar sambil bermain

Dalam dunia anak usia dini, bermain dan belajar tidak dapat dipisahkan. Karena alat mainan bagi anak-anak adalah penting dalam pertumbuhan anak itu sendiri, baik perkembangan pikirannya maupun jasmaninya dan yang utama adalah pembentukan tabiatnya. Tabiat yang terbentuk dalam jiwa anak, tidaklah terjadi dengan mendadak, tetapi karena mengulang-ulangi suatu perbuatan maka jadilah kebiasaan dan kemudian kebiasaan itu apabila terus dilakukan maka akan terbentukalah tabiat.

Pada umumnya pembentukan tabiat terjadi pada masa kanak-kanak. Anak-anak mempunyai kegemaran masing-masing untuk memilih alat mainan apa yang akan digunakannya, dan jenis permainan apa yang disukainya. Akan tetapi anak-anak sebelum sekolah, biasanya mempunyai kecenderungan ingin tahu dan ingin meniru cara anak lain atau gerak-gerik orang dewasa. Pikiran mereka memerlukan

tuntunan dan tidak boleh dibiarkan menurut kehendak sendiri.33

Untuk itu pendidik dalam hal ini orangtua harus bijaksana dalam memberikan mainan kepada anak-anaknya. Karena pada anak usia dini cenderung tertarik pada objek yang dapat ia manipulasi seperti mainan yang dimainkannya.

Dengan cara demikian, anak belajar mengenai sifat objek yang dimainkannya.34

Dalam hal ini terdapat beberapa mainan yang dapat diberikan kepada anak-anak sesuai dengan perkembangan jiwanya.

32Abdullah Nasih Ulwan, Op.cit.Juz 2, h. 33.

33

M. H. Wauran, Pendidikan Anak Sebelum Sekolah. (Bandung: Indonesia Publishing House. 1982), cet. 6. h.84.

34

Shoba Dewey Chugani, Anak yang cerdas, Anak yang bermain. (Jakarta: PT Gramedia

28

a. Umur 3 bulan. Benda-benda yang berwarna terang seperti gelang-gelangan

dari plastik, dapat diberikan dengan cara menggantungkannya di atas tempat tidurnya, sejauh kemampuan anak untuk meraih.

b. Umur 4-5 bulan. Benda-benda yang berwarna dan berbunyi seperti

rammelear” (kerincing) dapat diberikan dengan menggantungkan pula di

atas tempat tidurnya.

c. Umur 6-7 bulan. Benda-benda dari karet yang berwarna, berbunyi dan

diberikan sedemikian rupa agar bisa diraih.

d. Umur 8-11 bulan. Umumnya anak-anak senang diberi kotak atau

genderengan yang dapat dipukul, bola untuk dilemparkan, dan binatang-binatangan yang dari plastik atau kain yang dapat dipermainkan.

e. Umur 1 tahun. Anak-anak umumnya senang dengan balok-balokan kayu yang

berwarna atau kotak-kotak kecil yang dapat dikeluar masukkan seperti korek api.

f. Umur 1 setengah tahun. Anak mulai senang memanjat-manjat, menggeser

kursi atau meja, boneka, beruang-beruangan, bola serta kotak dari plastik. Ember kecil berisikan air atau pasir, balok-balokan kayu yang disusun secara vertikal.

g. Umur 2 tahun. Anak mulai meniru apa yang dilihatnya, misalnya memberi

makan bonekanya, disamping ia suka bermain pasir, air dan mobil-mobilan. Balok-balokan kayu sudah mulai diajarkan seperti kereta api. Dengan diberi pensil dan kertas, maka anak mulai senang membuat coret-coretan.

h. Umur 2 setengah tahun. Boneka dan binatang-binatangan masih tetap

disenanginya, ia juga senang membuat kue-kuean dari pasir atau tanah, bermain dengan air, dengan busa sabun membuat balon-balon, dan ditiupnya. Pada masa ini mulai menggambar dengan coret-coretan, balok-balokan mulai disusunnya menjadi bangunan yang vertilan dan horizantal.

i. Umur 3 tahun. Boneka dan binatang-binatangan masih berharga baginya.

Pada masa ini mereka mulai sepeda roda tiga, main rumah-rumahan, toko-tokoan, dan berbicara sendiri, selain itu suka membuat terowongan dengan pasir dan suka mengangkut pasir dengan mobil-mobilannya.

j. Umur 4 tahun. Anak masih senang dengan sepeda roda tiga. Mulai senang bermain dengan teman sebayanya untuk bermain rumah-rumahan, kereta api-kereta apian, loncat-loncatan. Disini anak mulai membuat gambar-gambar dengan pensil warna.

k. Umur 5 tahun. Anak senang main rumah-rumahan dengan meja atau kursi,

dan boneka dianggapnya sebagai anaknya, dimandikannya dan diberi makan, selain itu ia senang dengan alat masak-masakan, berlari-lari, loncat-loncat, naik-naik, menari-menari dan menyanyi sering tampak pada anak-anak masa ini. Anak mulai belajar sepeda roda dua, dan dalam menggambar anak mulai sering mencontoh huruf ataupun angka yang sederhana.

l. Umur 6 tahun. Pada masa ini anak senang bermain loncat-loncat dengan tali,

main kucing-kucingan dengan teman-temannya, berlomba naik sepeda roda

tiga atau berlari, lempar-lemparan bola dan main sekolah-sekolahan.35

35

Suahartin Citrobroto, Serba-Serbi Pendidikan. (Jakarta: Bhratara Karya. 1983),

30

Dokumen terkait