• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gunting, bolpoin, penggaris, lemari es, jar, gelas ukur, thickness gauge, tabung Ostwald, piknometer, waterbath, gelas piala, neraca analitik, sudip, inkubator, termometer ruangan dan pipet tetes.

2. Bahan

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah lima jenis kertas dan satu jenis karton yaitu buffalo, HVS 80 g, foto, concord, buku gambar dan karton duplex sebagai medium pembuatan label, 5 jenis tinta yaitu tinta tato permanen, tinta tato non permanen, tinta spidol boardmarker, tinta bak, dan tinta stempel, minyak goreng, oli A, oli B, sebagai zat cair yang digunakan, pewarna minyak dan alkohol.

Prosedur Penelitian Karakterisasi Medium

Uji Gramatur (SNI 0123:2008)

Gramatur adalah massa kertas atau karton dalam g dibagi dengan satu satuan luas dalam meter persegi yang diukur dalam kondisi standar (30.15°C, 1 atm). Prosedur percobaan yang dilakukan untuk menghitung nilai gramatur kertas atau karton yaitu lembaran kertas atau karton dipotong dengan ukuran sampel 20

9 × 1.5 cm. Kemudian potongan sampel ditimbang untuk menentukan massa kertas atau karton. Setiap sampel tersebut diukur panjang dan lebarnya untuk menentukan luas. Gramatur diperoleh dari perhitungan menggunakan rumus nilai gramatur (persamaan 7).

(7) Dimana:

G = Gramatur kertas atau karton (g/m2) m = Massa kertas atau karton (g) L = Luas kertas atau karton (m2)

Uji Rapat Massa (SNI 0123:2008)

Rapat masssa atau densitas adalah besaran yang menyatakan perbandingan antara massa kertas atau karton dibagi dengan volume kertas atau karton, diukur pada kondisi standar. Prosedur percobaan yang dilakukan untuk menghitung nilai rapat massa yaitu lembaran kertas atau karton dipotong sesuai ukuran sampel 20 × 1.5 cm. Kemudian ditimbang untuk menentukan massa masing-masing kertas atau karton. Setiap kertas atau karton diukur panjang dan lebarnya untuk menentukan luas. Selanjutnya kertas atau karton juga diukur nilai ketebalannya. Rapat massa diperoleh dari perhitungan menggunakan rumus nilai rapat massa (persamaan 8).

(8)

Karakterisasi Zat Cair

Uji Densitas (SNI 04-7182-2006)

Piknometer kosong dicuci dengan aquades dan dibilas dengan etanol, ditimbang lalu diisi dengan air dan dimasukkan ke dalam penangas air yang telah ditetapkan suhunya, yaitu 25oC. Kemudian permukaan air diatur sampai pada puncak kapiler, dibiarkan selama 15 menit. Piknometer dipindahkan dari penangas, dikeringkan bagian luarnya dan ditimbang dengan teliti. Piknometer dikosongkan, lalu dibasuh beberapa kali dengan alkohol kemudian dikeringkan kembali. Prosedur di atas diulangi dengan menggunakan sampel yang akan diukur sebagai pengganti air. Densitas sampel dapat diukur dengan rumus berikut:

Bobot jenis sampel pada suhu tertentu dapat dihitung dengan rumus, G = G’ + nilai koreksi (25oC ToC). Nilai koreksi ditambahkan jika pengukuran di atas suhu 15oC, dan dikurangi pada suhu di bawah 15oC.

Dimana:

Bobot jenis (g/mL) = Bobot sampel Bobot air

10

G = bobot jenis sampel pada suhu 25oC

G’ = bobot jenis sampel pada suhu pengukuran (pada To C).

Uji Viskositas (SNI 04-7182-2006)

Analisis ini dilakukan dengan menggunakan alat viskosimeter. Aquades dipanaskan pada suhu 40°C dan dimasukkan ke dalam tabung viskosimeter Ostwald. Waktu yang diperlukan untuk mencapai tanda tera dicatat. Selanjutnya zat cair dipanaskan pada suhu 40°C dan dimasukkan ke dalam tabung viskosimeter Ostwald. Kemudian waktu yang diperlukan untuk mencapai tanda tera dicatat. Viskositas diperoleh dari perhitungan menggunakan rumus nilai viskositas (persamaan 9).

(9) Dimana:

µ = viskositas aquades suhu 40°C d1 = densitas aquades suhu 40°C (g/mL)

t1 = waktu yang diperlukan aquades untuk mengalir (detik) d2 = densitas zat cair suhu 40°C (g/mL)

t2 = waktu yang diperlukan untuk zat cair mengalir (detik)

Pemilihan Kesesuaian Jenis Cairan dan Medium

Pada penelitian ini akan dilakukan pencarian jenis medium dan zat cair yang sesuai dengan kebutuhan untuk pembuatan label cerdas pencatat umur simpan produk. Pada tahap ini dilakukan uji peresapan zat cair pada medium. Medium peresapan yang digunakan terdiri dari buffalo, HVS 80 g, foto, concord, gambar dan karton duplex. Zat cair sebagai indikator peresapan pada medium dipilih dari dua cairan yang berbeda. Dua jenis cair yang digunakan dipilih berdasarkan perbedaan viskositas dimana zat cair yang satu mempunyai viskositas tinggi dan zat cair lainnya mempunyai viskositas rendah. Adapun masing-masing jenis zat cair dibedakan lagi berdasarkan jenisnya. Zat cair viskositas tinggi meliputi minyak goreng, oli A dan oli B, sedangkan zat cair dengan viskositas rendah meliputi tinta tato permanen, tinta tato non permanen, tinta spidol boardmarker, tinta bak, dan tinta stempel

Pembuatan Label dengan Indikator Viskositas Rendah

Kertas atau karton dipotong persegi panjang (label) dengan ukuran 20 × 1.5 cm, kemudian tinta diteteskan di salah satu ujung kertas atau karton. Selanjutnya didiamkan selama 10 detik dan diberi tanda pada batas penyebaran setelah tinta diteteskan sebagai batas pengamatan pada jam ke-0. Ilustrasi pemberian tanda batas untuk pengamatan jam ke-0 indikator viskositas rendah dapat dilihat pada Gambar 1. Selanjutnya label disimpan pada suhu ruang selama 96 jam dengan

11

Kertas / karton

Sampel yang ditetesi tinta

Label

Nilai Panjang peresapan

Nilai Panjang peresapan dan Ea

melakukan pencatatan panjang peresapan zat cair. Adapun diagram alir pembuatan label cerdas dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 1 Ilustrasi pemberian tanda batas untuk pengamatan jam ke-0 indikator viskositas rendah

Gambar 2 Diagram alir pembuatan label cerdas I t = 0 tinta

kertas

Start

Dipotong ukuran 20 × 1.5 cm dan ditetesi tinta pada salah satu ujungnya

Didiamkan (selama 10 detik) dan dibuat tanda batas penyerapan awal

(jam ke-0)

Label disimpan selama 96 jam pada suhu ruang dan dicatat panjang peresapan jam ke-24, 48, 72 dan 96)

medium

End

Kertas atau Karton

Tetapan laju dan energi aktivasi dihitung dari nilai panjang peresapan

Nilai tetapan laju dan Energi Aktivasi

12

Label dengan tanda batas pencelupan

Sampel kertas atau karton

Label

Nilai panjang peresapan

Kertas atau karton

Jar berisi minyak

Nilai panjang peresapan

Minyak, pewarna

Pembuatan Label dengan Indikator Viskositas Tinggi

Kertas atau karton atau karton dipotong persegi panjang dengan ukuran 20 × 1.5 cm kemudian dicelupkan ke dalam jar berisi zat cair yang telah diberikan pewarna sebelumnya. Kertas atau karton atau karton diberi tanda pada bagian ujungnya sebelum dicelupkan untuk memudahkan pengukuran pengamatan mulai jam ke-0. Ilustrasi pemberian tanda batas jam ke-0 indikator viskositas tinggi dapat dilihat pada Gambar 3. dengan metode pembuatan label cerdas dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 3 Ilustrasi pemberian tanda batas jam ke-0 indikator viskositas tinggi

Gambar 4 Diagram alir pembuatan label cerdas II medi

Jar + zat

Label dicelupkan dalam jar dan disimpan (suhu ruang, lemari es, dan inkubator) dengan panjang peresapan

dicatat jam ke-24, 48, 72 dan 96 Dicampur dan diambil 10 mL dengan

gelas ukur untuk dituang ke jar

Diberi garis batas pencelupan dengan jarak

0.5 cm dari ujungnya Dipotong ukuran 1.5 × 20

cm medium

10 mL minyak,

0.05 g Pewarna Kertas atau karton

Label

Start Start

Tetapan laju dan energi aktivasi dihitung dari nilai panjang

peresapan

Nilai tetapan laju dan Energi Aktivasi

13

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakterisasi Medium Gramatur

Gramatur adalah massa lembaran kertas atau karton dalam g dibagi dengan satuan luas kertas atau karton dalam meter persegi, diukur pada kondisi standar (BSN 2008). Pada dasarnya nilai gramatur setiap jenis kertas atau karton berbeda-beda. Nilai gramatur setiap kertas atau karton yang berbeda tersebut tergantung dari jenis dan komposisi bahan (pulp) yang digunakan dalam proses pembuatannya. Keragaman gramatur, ketebalan, dan rapat massa memiliki hubungan yang sangat erat satu sama lain, begitu pula dengan panjang dan lebarnya. Hal ini disebabkan karena formulasi gramatur dapat diperoleh dari perbandingan berat kertas atau karton (g) dengan luasan kertas atau karton(m2), sedangkan untuk rapat massa merupakan perbandingan gramatur (g/m2) dengan ketebalan. Maka dari itu antara rapat massa, ketebalan dan gramatur saling berkaitan dalam menentukan sifat lembaran kertas atau karton (karton) (Nurminah 2002). Berdasarkan perhitungan gramatur yang dilakukan, maka nilai gramatur setiap kertas atau karton yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Grafik hubungan jenis medium dengan nilai gramatur

Dari Gambar 5 menunjukkan hubungan jenis kertas atau karton yang digunakan dengan nilai gramaturnya. Nilai gramatur dihitung menggunakan persamaan 7. Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat bahwa nilai gramatur dari kertas buffalo, HVS 80 g, foto, Concord, gambar dan karton duplex secara berturut-turut yaitu 152.222 g/m2, 85.556 g/m2, 235.556 g/m2, 231.111 g/m2, 151.111 g/m2, dan 1055.556 g/m2. Dari perhitungan nilai gramatur tersebut dapat dinyatakan bahwa medium yang mempunyai nilai gramatur paling tinggi yaitu

50 170 290 410 530 650 770 890 1010

Buffalo HVS 80 g Foto Concord Gambar Karton Duplex G r a m a tur ( g /m 2 ) Jenis Medium

14

kertas HVS 80 g dan medium yang mempunyai nilai gramatur paling rendah yaitu karton duplex.

Rapat Massa

Rapat massa adalah massa lembaran karton dalam kilog dibagi dengan satuan volume karton dalam meter kubik, dihitung dari besarnya gramatur dibagi tebal karton, diukur pada kondisi standar (BSN 2008). Seperti halnya nilai gramatur kertas, nilai rapat massa juga berbeda untuk setiap jenisnya. Nilai rapat massa akan berkaitan erat dengan nilai gramatur dan ketebalan seperti yang telah dijelaskan pada pengukuran nilai gramatur. Berdasarkan perhitungan rapat massa yang dilakukan, maka nilai rapat masing-masing medium yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 6.

Nilai rapat massa dihitung menggunakan persamaan 8. Berdasarkan Gambar 6 dapat dilihat bahwa nilai rapat massa dari kertas buffalo, HVS 80 g, foto, concord, gambar dan karton duplex secara berturut-turut yaitu 10.111 kg/m3, 10.267 kg/m3, 10.928 kg/m3, 8.832 kg/m3, 10.264 kg/m3, dan 7.561 kg/m3. Dari perhitungan nilai gramatur tersebut dapat dinyatakan bahwa medium yang mempunyai nilai rapat massa paling rendah yaitu karton duplex dan medium yang mempunyai nilai rapat massa paling tinggi yaitu foto. Secara teknis rapat massa mempunyai hubungan erat dengan daya ikatan antar seratnya (Casey 1961 dalam Nurminah 2002). Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai rapat massa maka semakin besar daya ikatan antar seratnya. Dan sebaliknya, semakin rendah nilai rapat massa, maka semakin kecil juga daya ikatan antar seratnya.

Gambar 6 Grafik hubungan jenis medium dengan nilai rapat massa 0 2 4 6 8 10 12

Buffalo HVS 80 g Foto Concord Gambar Karton Duplex Ra p a t m a ss a ( k g /m 3 ) Jenis medium

15

Karakterisasi Zat Cair Densitas

Densitas merupakan hasil pengukuran massa setiap satuan volume benda atau zat. Nilai densitas suatu fluida tertentu tidak akan sama pada semua suhu. Adanya perubahan suhu akan mempengaruhi densitas fluida. Nilai densitas suatu jenis fluida berbeda dengan fluida yang lain. Semakin tinggi densitas suatu benda atau zat maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Uji densitas hanya dilakukan pada zat cair viskositas tinggi yaitu minyak goreng, oli A dan oli B. Hal ini dikarenakan tingkat volatilitas tinta yang sangat tinggi sehingga tidak dapat dilakukan uji densitas tersebut. Hubungan antara perubahan densitas dan suhu pada minyak goreng, oli A dan oli B tersebut dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Grafik hubungan antara densitas dan suhu pada minyak goreng, oli A dan oli B

Berdasarkan Gambar 7 dapat dilihat bahwa pengukuran densitas zat cair pada suhu 25°C, 40°C, dan 50°C berbeda. Setiap zat cair menunjukkan kecenderungan penurunan nilai densitas terhadap penurunan suhu. Pada suhu 25°C untuk minyak goreng, oli A dan Oli B mempunyai nilai densitas sebesar 0.910 g/mL, 0.818 g/mL dan 0.804 g/mL. Pada suhu 40°C nilai densitas minyak goreng, oli A dan oli B yaitu 0.907 g/mL, 0.817 g/mL dan 0.803 g/mL, sedangkan nilai densitas pada suhu 50°C untuk minyak goreng, oli A dan oli B yaitu 0.906 g/mL, 0.810 g/mL, 0.802 g/mL. Nilai densitas paling tinggi dari minyak goreng, oli A dan oli B terjadi pada suhu 25°C dan nilai densitas paling rendah terjadi pada suhu 50°C. Berdasarkan Gambar 7, maka dapat diperoleh nilai laju penurunan densitas minyak goreng, oli A dan oli B secara berturutan yaitu 0.0002 g/mL per jam, 0.0003 g/mL per jam dan 0.0001 g/mL per jam. Hal ini menunjukkan bahwa nilai densitas dari suatu zat cair akan dipengaruhi oleh suhunya. Semakin tinggi suhu fluida maka akan semakin tinggi pula nilai densitasnya. Sebaliknya, semakin rendah suhu fluida maka semakin rendah juga nilai densitasnya. 0.780 0.800 0.820 0.840 0.860 0.880 0.900 0.920 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 Densi ta s (g /m L ) Suhu °C Minyak Goreng Oli A Oli B

16

Beberapa minyak nabati yang telah diteliti menunjukkan kecenderungan penurunan densitas secara linier terhadap peningkatan suhu. Penurunan densitas disebabkan telah terjadinya peningkatan volume CPO dengan massa konstan pada suhu yang tinggi (Noureddini et al 1992 dalam Permatasari 2011). Adanya peningkatan volume ini disebabkan oleh pecahnya molekul-molekul minyak akibat pengaruh suhu yang tinggi sehingga molekul-molekul menempati volume yang lebih besar dibandingkan saat suhu rendah (Cuah et al. 2008 dalam Permatasari 2011). Hal demikian juga berlaku pada zat cair jenis oli Adan oli B.

Peristiwa peningkatan suhu yang mengakibatkan pecahnya molekul-molekul di dalam suatu zat cair inilah yang mengakibatkan adanya penurunan densitas pada kondisi suhu tinggi untuk minyak goreng, oli A dan oli B. Dengan adanya penambahan volume suatu zat cair pada suhu tinggi ini akan meningkatkan daya serapnya pada suatu medium dibandingkan dengan perlakuan pada suhu rendah. Sehingga daya serap zat cair pada suatu medium dalam kondisi suhu tinggi akan lebih besar daripada daya serap zat cair pada suatu medium dalam kondisi suhu rendah.

Viskositas

Viskositas merupakan resistensi atau ketidakmauan bahan mengalir apabila dikenai gaya (mengalami penegangan) atau gesekan internal dalam cairan dan merupakan suatu ukuran terhadap kecepatan aliran. Semakin lambat aliran berarti viskositasnya tinggi, dan sebaliknya semakin cepat aliran berarti viskositasnya makin rendah (Kanoni 1999). Uji viskositas juga hanya dilakukan pada zat cair viskositas tinggi yaitu minyak goreng, oli A dan oli B. Hal ini dikarenakan tingkat volatilitas tinta yang tinggi sehingga tidak dapat dilakukan uji viskositas. Tingkat viskositas zat cair yang digunakan mempengaruhi daya serapnya terhadap suatu medium yang dilewati. Medium yang dilalui oleh zat cair berupa minyak goreng dan oli tersebut yaitu kertas. Perbedaan tingkat viskositas antara minyak goreng dan oli akan berpengaruh pada perbedaan panjang serapan masing-masing zat cair tersebut pada kertas.

Secara visual, viskositas antara minyak goreng, oli A dan oli B sangat berbeda. Minyak goreng mempunyai tingkat viskositas yang lebih rendah dibandingkan dengan oli A dan oli B, sedangkan Oli A dan oli B mempunyai tingkat viskositas yang hampir sama. Namun kedua jenis oli tersebut tetap mempunyai nilai viskositas yang berbeda. Perbedaan tingkat viskositas antara oli A dan oli B dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Perbedaan viskositas minyak goreng, oli A dan oli B

Jenis zat cair Viskositas pada 40°C (cSt)

Minyak goreng 23.365

Oli A 56.491

17 Berdasarkan Tabel 1 dengan pengukuran nilai viskositas minyak goreng pada suhu 40°C telah terjadi penurunan viskositasnya. Viskositas suatu cairan akan menurun jika terjadi kenaikan suhu, dan sebaliknya. Viskositas akan meningkat jika terjadi penurunan suhu. Kondisi tersebut juga terjadi pada zar cair lain yaitu oli. Semakin kental pelumas maka akan semakin berat bobotnya. Oli cenderung menjadi encer dan mudah mengalir ketika panas, dan menjadi kental dan tidak mudah mengalir ketika dingin. Tetapi masing-masing kecenderungan tersebut tidak sama untuk semua oli. Kekentalan atau berat oli dinyatakan oleh angka yang disebut indeks kekentalan. Jika indeksnya rendah berarti oli tersebut encer. Sebaliknya, jika indeksnya tinggi berarti olinya kental (Soedarmo 2008).

Peristiwa perubahan viskositas dapat dijelaskan dengan teori termodinamika yang menyatakan bahwa semakin tinggi suhu suatu fluida, molekul fluida akan bergerak cepat sehingga secara makro akan meningkatkan tekanan. Jika tidak terdapat batas pada materi tersebut maka materi akan mengembang dan memperlebar jarak antar molekulnya. Jarak antar molekul yang lebar akan mengakibatkan viskositas semakin menurun.

Tabel 1 menunjukkan bahwa viskositas pada suhu 40°C minyak goreng lebih rendah dibandingkan dengan oli A, dan viskositas oli B lebih rendah dibandingkan dengan oli A. Viskositas paling rendah yaitu minyak goreng dan tingkat viskositas paling tinggi yaitu oli A. Semakin tinggi nilai viskositas cairan, maka akan semakin baik pula dalam penggunaan cairan sebagai indikator dalam pembuatan label cerdas. Hal ini dikarenakan label cerdas akan diaplikasikan di dalam lemari es pada suhu lebih rendah ±5°C, maka dari itu dibutuhkan zat cair yang lebih kental agar memiliki daya serap yang lebih rendah. Semakin kental zat cair yang digunakan maka akan semakin rendah juga daya resapnya pada suatu medium. Sehingga ukuran kertas atau karton yang digunakan sebagai medium akan semakin pendek dan memudahkan aplikasi label cerdas pada lemari es karena lebih praktis dan menghemat ruang penyimpanan.

Pemilihan Kesesuaian Jenis Cairan dan Kertas

Label cerdas yang dihasilkan akan digunakan untuk mengetahui umur simpan produk selama 4 hari penyimpanan. Label cerdas akan diaplikasikan untuk produk yang disimpan dalam lemari es. Dalam kurun waktu tersebut, zat cair dalam label harus mampu meresap pada medium untuk mencatat masa penyimpanan produk. Sebelum diketahui jenis medium dan zat cair yang sesuai, maka terlebih dahulu dilakukan pemilihan kesesuaian jenis cairan dan kertas.

Zat cair yang digunakan sebagai indikator dibedakan berdasarkan viskositas menjadi dua jenis yaitu viskositas rendah dan viskositas tinggi. Zat cair viskositas tinggi meliputi minyak goreng, oli A dan oli B, sedangkan zat cair dengan viskositas rendah meliputi tinta tato permanen, tinta tato non permanen, tinta spidol boardmarker, tinta bak, dan tinta stempel. Medium peresapan yang digunakan dalam pembuatan label cerdas yaitu kertas. Medium yang digunakan juga memanfaatkan 5 jenis medium dan 1 jenis karton yang ada di pasaran yaitu buffalo, HVS 80 g, foto, concord, buku gambar dan karton duplex.

Penelitian yang menggunakan tinta sebagai indikator menunjukkan hasil yang tidak sesuai antara jenis zat cair dan medium yang digunakan. Tinta yang

18

diteteskan pada medium hanya mampu meresap pada jam ke-1. Setelah itu tinta mengering dan tidak dapat meresap lagi. Padahal pengamatan panjang peresapan tinta harus dilakukan sebanyak 4 kali selama 4 hari penyimpanan pada jam ke-24, 48, 72 dan 96. Hal ini disebabkan tinta yang ada di pasaran umumnya mempunyai tingkat volatilitas yang cukup tinggi dan viskositas rendah sehingga tinta yang diteteskan pada medium akan lebih cepat mengering. Peresapan panjang tinta pada medium jam ke-0 sampai jam ke-1 dapat dilihat pada Lampiran 1.

Secara umum, susunan komponen tinta terdiri atas tiga kelompok, yaitu bahan perwarna/pigmen, zat pengikat/varnish/vehicle, dan zat aditif/ bahan penolong/zat tambahan (additional agent). Komponen bahan pewarna mempunyai beberapa fungsi diantaranya untuk memberikan warna pada tinta, membentuk bodi pada tinta dan memberikan lapisan warna pada permukaan hasil cetakan. Pada komponen zat pengikat/varnish/vehicle atau sering disebut juga varnish merupakan medium untuk mengikat bahan pewarna dan bahan penolong sehingga keduanya dapat tercampur dengan baik. Vehicle/varnish terdiri dari pelarut (solvent), resin, dan minyak pengerin. Sedangkan zat aditif/ bahan penolong/zat tambahan (additional agent) merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam tinta selain bahan pokok tinta (pigmen dan varnish) (Adhi dan Susanto 2013).

Fungsi bahan penolong (additive agents) adalah untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu pada tinta, baik sifat-sifat kimia (mengatur proses pengeringan tinta) maupun sifat fisika tinta (sifat alir tinta, ketahanan gosok tinta dan sebagainya). Yang termasuk bahan-bahan penolong (additive agent) antara lain bahan pengisi (filler), bahan pengering (drier), bahan anti-kering, lilin (wax/compound), bahan pengencer (reducer), bahan pelemas (plasticizer) dan bahan pendispersi (Adhi dan Susanto 2013). Pada dasarnya tinta yang diproduksi di pasaran dikhususkan untuk menghasilkan tulisan atau gambar yang dibuat sedemikian rupa untuk segera digunakan. Sehingga tinta tidak cocok digunakan sebagai zat cair pada pembuatan label cerdas.

Penelitian yang menggunakan zat cair dengan viskositas tinggi menunjukkan hasil yang sesuai dengan prinsip pemanfaatan difusi zat cair pada medium untuk mencatat umur simpan selama 4 hari penyimpanan. Tingkat viskositas dari setiap zat cair akan mempengaruhi daya serapnya pada kertas. Cepat aliran yang dipengaruhi oleh viskositas tersebut menunjukkan kemampuan panjang serapan minyak goreng, oli A dan oli B pada medium yang digunakan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, rata-rata panjang peresapan minyak goreng, oli A dan oli B pada setiap medium yang digunakan dari jam ke-24 sampai jam ke-96 pada suhu ruang (30.15°C) dapat dilihat pada Gambar 8, Gambar 9 dan Gambar 10.

Dari panjang peresapan minyak goreng, oli A dan oli B pada Gambar 8, Gambar 9, dan Gambar 10, menunjukkan bahwa nilai panjang peresapan yang berbeda-beda. Pada indikator minyak goreng, medium dengan nilai panjang serapan paling besar yaitu kertas concord dan medium dengan panjang serapan paling kecil yaitu kertas buffalo. Pada indikator oli A dan oli B menunjukkan hasil yang sama untuk jenis medium dengan panjang serapan paling besar yaitu kertas concord, sedangkan jenis medium dengan panjang serapan paling kecil yaitu kertas foto. Nilai panjang serapan dari setiap jenis medium pada indikatornya minyak goreng, oli A dan oli B penyimpanan jam ke-24 sampai jam ke-96 pada suhu ruang (30.15°C) dapat dilihat pada Lampiran 2.

19

Gambar 8 Grafik hubungan panjang serapan minyak goreng pada medium

Gambar 9 Grafik hubungan panjang serapan oli A pada medium

Gambar 10 Grafik hubungan panjang serapan oli B pada medium 0 5 10 15 20 25 0 24 48 72 96 P a nja ng s er a pa n ( cm ) Jam ke HVS 80 gr Foto Concord Gambar Karton Duplex Buffalo 0 5 10 15 20 0 24 48 72 96 Pan jan g ser ap an (c m ) Jam ke Buffalo HVS 80 gr Foto Concord Gambar Karton Duplex 0 5 10 15 20 0 24 48 72 96 P a nja ng Sera pa n ( cm ) Jam ke Buffalo HVS 80 gr Foto Concord Gambar Karton Duplex

20

Berdasarkan Gambar 6, Gambar 7 dan Gambar 8 dapat dipilih tiga jenis

Dokumen terkait