• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

CPO_INA(-1) 1.000000

CPO_MALAY(-1) 2.116359 -6.30605* CPO_WORLD(-1) -1.291235 3.47301* VOLATILITAS(-1) 25.82126 5.91502* C -1.354117

Ket: * signifikan pada taraf 5%

Nilai t-ADF untuk nilai kritis lima persen sama dengan 1.946

Pada jangka panjang semua variabel berpengaruh signifikan terhadap harga CPO Indonesia. Variabel harga CPO Malaysia berpengaruh positif secara signifikan terhadap perubahan harga CPO Indonesia. Ketika terjadi kenaikan sebesar satu persen pada harga CPO Malaysia, maka akan meningkatkanharga CPO Indonesia sebesar 2,12 persen. Hal ini memungkinkan mengingat kedua negara merupakan negara produsen CPO terbesar di dunia, jadi apabila terjadi peningkatan harga suatu komoditas yang sama yaitu CPO pada salah satu negaraprodusen maka harga negara pesaing yang lain pada jangka panjang akan menaikkan tingkat harganya juga.Hal ini terjadi karena kedua negara ingin mendapatkan keuntungan dari perdagangan dengan meningkatkan harga komoditas yang bersangkutan.

Peningkatan harga CPO Rotterdam (dunia) berpengaruh negatif secara signifikan terhadap harga CPO Indonesia.Ketika terjadi kenaikan sebesar satu

40

persen pada harga CPO dunia, maka akan terjadi penurunkan harga CPO Indonesia sebesar 1,29 persen. Harga CPO Indonesia dipengaruhi oleh harga di Rotterdam karena Rotterdam negara tujuan ekspor Indonesia bila harga di Rotterdam lebih tinggi daripada di Indonesia maka pedagang akan memilih untuk mengekspor ke Belanda dan sebaliknya, sehingga akan mempengaruhi pasokan yang ada di Indonesia dan akan berpengaruh pada perubahan harga CPO dalam negeri.

Variabel selanjutnya yang signifikan berpengaruh terhadap harga CPO Indonesia pada jangka panjang adalah volatilitas harga minyak bumi dunia. Kasus jangka panjang pada variabel volatilitas harga minyak bumi berpengaruh positif secara signifikan terhadap harga CPO Indonesia. Dapat direpresentasikan ketika terjadi kenaikan sebesar satu persen pada volatilitas harga minyak bumi, maka akan meningkatkan harga CPO Indonesia sebesar 26,02 persen. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada saat terjadi fluktuasi harga pada minyak bumi yang cenderung mengalami peningkatan, banyak negara yang mencari alternatif sumber energi baru terutama untuk komoditas CPO. Pada saat permintaan terhadap minyak bumi menurun akibat adanya kenaikan harga, maka permintaan terhadap komoditas CPO mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan CPO merupakan sumber energi substitusi dari minyak bumi. Pada jangka panjang terlihat harga CPO Indonesia mengalami peningkatan yang sangat besar yaitu sekitar 26 persenSehingga pada jangka panjang, akibat adanya peningkatan permintaan para produsen CPO Indonesia meningkatkan harga untuk komoditas CPO untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.Untuk estimasi VECM secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 8.

Hasil Impulse Response Function (IRF)

Impulse Response Function (IRF) adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukan respons suatu variabel endogen terhadap suatu guncangan (shock) tertentu. Guncangan yang terjadi pada suatu variabel biasanya tidak hanya ditransmisikan pada variabel itu sendiri tapi juga terhadap variabel lain. IRF dapat digunakan untuk mengukur pengaruh suatu guncangan pada suatu waktu kepada inovasi variabel endogen pada saat tersebut dan di masa yang akan datang.Dalam analisis ini, jangka waktu yang digunakan dalam menganalisis respon harga CPO Indonesia, harga CPO Malaysia, harga CPO Rotterdam, dan volatilitasharga minyak bumi diproyeksikan dalam 48 bulan (4 tahun) ke depan. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.

41

Gambar 10 Hasil impulse response function harga CPO Indonesia Hasil IRF harga CPO Indonesia dapat dilihat pada Gambar 10. Dari gambar dapat dilihat bahwa apabila terjadi guncangan pada masing-masing variabel sebesar satu deviasi akan menyebabkan harga CPO Indonesia mengalami perubahan. Hal ini ditunjukkan dengan tidak nolnya respon harga CPO Indonesia pada bulan pertama, hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Guncangan harga CPO Malaysia direspon negatif oleh harga CPO Indonesia dan akan stabil pada jangka panjang. Pada lima bulan pertama terdapat guncangan dengan nilai sekitar (-0,25) persen. Responnya akan mulai stabil pada bulan ke-10 dengan respon sebesar (-0,15) persen dari nilai awalnya sebelum terjadinya guncangan. b) Guncangan harga CPO dunia akan direspon positif oleh harga CPO

Indonesia dan akan stabil pada jangka panjang. Pada periode awal hingga bulan ke lima terdapat guncangan sekitar 0,25 persen. Responnya akan stabil mulai bulan ke-15 dengan nilai respon yang kecil sekitar 0,1 dari nilai awalnya sebelum terjadinya guncangan.

42

c) Guncangan volatilitas harga minyak bumi akan direspon negatif dan akan stabil pada jangka panjang. Responnya akan stabil mulai bulan ke-10 dengan respon sebesar (-0,25) persen dari nilai awalnya sebelum terjadinya guncangan.

Waktu yang dibutuhkan oleh variabel harga-harga CPO untuk memberikan respon yang stabil terhadap guncangan volatilitas harga minyak dunia secara keseluruhan tidak melebihi 10 bulan dan rata-rata respon yang diberikan oleh harga CPO Indonesia cukup kecil sekitar 0,25 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh guncangan pada masing-masing variabel terhadap harga CPO Indonesia merupakan pengaruh yang tidak permanen.

Dari hasil IRF dapat diketahui bahwa harga CPO Indonesia dipengaruhi oleh shock harga yang terjadi di Rotterdam karena Rotterdam merupakan negara tujuan ekspor CPO Indonesia, bila harga di Rotterdam lebih tinggi daripada di Indonesia maka pedagang akan memilih untuk mengekspor ke Belanda dan sebaliknya, sehingga akan mempengaruhi pasokan yang ada di Indonesia dan akan berpengaruh pada perubahan harga CPO dalam negeri. Shock pada harga CPO Malaysia juga ikut memengaruhi harga yang terjadi di Indonesia karena Malaysia adalah negara pesaing dalam hal ekspor CPO. Shock terhadap volatilitas harga minyak bumi juga berpengaruh terhadap perkembangan harga CPO Indonesia, karena CPO Indonesia dalam hal ini merupakan substitusi energi dari minyak bumi.

Hasil Forecast Error Varianceof Decomposition (FEVD)

Analisis variance decomposition menggambarkan relatif pentingnya setiap variabel di dalam sistem karena adanya shock. Analisis ini berguna untuk memprediksi kontribusi persentase dari setiap variabel tertentu di dalam sistem sehingga akan diketahui sumber variasi dari model yang dibentuk. Hasil analisis dapat menunjukkan seberapa besar perubahan suatu variabel berasal dari dirinya sendiri dan seberapa besar berasal dari pengaruh variabel lain.

Gambar 11 Hasil forecast error variance of decomposition(FEVD) 95 96 97 98 99 100 101 5 10 15 20 25 30 35 40 45 CPO_INA CPO_MALAY

CPO_W ORLD VOLATILITAS

43 Berdasarkan analisis Forecast Error Variance of Decomposition (FEVD) atau analisis dekomposisi yaitu pada periode hingga empat tahun mendatang, tampak pada Gambar 12. Di bulan pertama, guncangan harga CPO Indonesia dipengaruhi oleh harga CPO itu sendiri, yakni sebesar 100 persen. Keragaman mulai terlihat pada bulan kedua, sementara pada bulan pertama keragaman hanya terjadi pada harga CPO Indonesia saja. Pada gambar terlihat harga CPO Indonesia mendominasi dalam memengaruhi harga CPO Indonesia itu sendiri. Variabel harga CPO Indonesia mampu memengaruhi hingga 96,71 persen, besarnya kontribusi harga CPO Indonesia terhadap dirinya sendiri dapat dijelaskan oleh pernyataan Arifin (2001) bahwa pergerakan harga CPO Indonesia terkesan unik, yaitu keseimbangan harga barunya tidak murni ditentukan oleh pasar tetapi lebih banyak karena faktor psikologis dan faktor kepanikan yang ditentukan faktor eksternal.

Sedangkan harga CPO Malaysia, harga CPO dunia, dan volatilitas harga minyak bumimasing-masinghanya mampu memengaruhi sebesar 1,53 persen, 0,52 persen, dan 1,24 persen terhadap harga CPO Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing variabel yaitu variabel harga CPO Malaysia, harga CPO dunia, dan volatilitas harga minyak bumi tidak banyak memberikan kontribusi terhadap variabilitas harga CPO Indonesia. Pada bulan-bulan awal kontribusi harga CPO dunia lebih besar dibanding dengan kontribusi dari variabel harga CPO Malaysia dan volatilitas harga minyak bumi. Namun setelah bulan ke-10 kontribusi variabel harga CPO dunia semakin kecil dan mulai stabil pada bulan ke-15. Sedangkan kontribusi variabel harga CPO Malaysia dan volatilitas harga minyak bumi mulai stabil pada bulan ke-15. Hal ini dapat menjelaskan bahwa variabel-variabel tersebut belum menunjukkan kontribusi yang berarti terhadap harga CPO Indonesia dari bulan ke-1 hingga ke-48. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10.

44

Dokumen terkait