• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 – Januari Tahun 2017 di Kawasan Ekosistem Mangrove Desa jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Tahap persiapan data meliputi pengumpulan data primer dan data sekunder/data pendukung penelitian, selanjutnya dilakukan survey lapangan dilokasi penelitian (Gambar 3). Identifikasi dan analisis sampel mangrove dan sampel ikan dilakukan di Laboratorium Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah parang, tali rafia, Global Positioning System

(GPS), alat tulis, kamera, kertas milimeter, meteran, refraktometer, thermometer, DO meter, jaring (Fix Gilled Net), buku Panduan Pengenalan Mangrove di

Indonesia (Noor dkk., 2006), buku Freshwater Fishes of Western Indonesia and

Sulawesi (Kottelat dkk., 1993), pH meter, pipet tetes dan tool box.

Bahan yang digunakan adalah daun mangrove sebagai sampel, biota (ikan), kantong plastik, akuades, alkohol 70%, tissue, karet gelang dan kertas label.

Deskripsi Area

Penelitian dilakukan di Kawasan Mangrove Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, pada lokasi ini terdapat ekosistem mangrove dan hutan mangrove ini berada dekat dan berbatasan dengan pemukiman warga dan laut. Warga memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan juga dimanfaatkan sebagai kegiatan perikanan. Adapun penetapan lokasi penelitian ini dilakukan dengan metode Purposive Sampling yaitu teknik yang digunakan apabila sampel yang akan diambil memiliki pertimbangan tertentu. Peneliti menggunakan metode ini berdasarkan pertimbangan terhadap adanya aktivitas masyarakat.

Stasiun I

Stasiun ini merupakan kawasan mangrove yang tidak ditemukan adanya aktivitas masyarakat. Lokasi ini terletak diantara daerah perbatasan antara estuari dan laut. Lokasi ini berada pada letak geografis 03°56'21,60" LU sampai 03°56'47,86" LU dan 098°33'44,01" BT sampai 098°34'11,16" BT. Dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Lokasi Stasiun I

Stasiun II

Pada stasiun ini terjadi pemanfaatan mangrove dan merupakan daerah nelayan meletakkan bubu untuk kegiatan perikanan. Stasiun ini berada pada letak geografis 03°56'23,55" LU sampai 03°56'47,5" LU dan 098°33'58,7" BT sampai 098°34'12,3" BT. Dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Lokasi Stasiun II

Stasiun III

Stasiun ini merupakan stasiun yang berada dekat dengan pemukiman rumah warga dan langsung berbatasan dengan laut. Stasiun ini berada pada letak

geografis 03°56'51,05" LU sampai 03°56'19,21" LU dan 098°34’16,27" BT sampai 098°33’56,27" BT. Gambar lokasi dapat dilihat pada Gambar 6.

.

Gambar 6. Lokasi Stasiun III

Prosedur Penelitian Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah berupa Kerapatan, Frekuensi, Dominansi mangrove, Keanekaraganam, Jenis biota (ikan) pada mangrove, dan Parameter fisika dan kimia perairan. Pengumpulan data dilakukan secara in situ dan pengamatan laboratorium.

Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan adalah hasil transek (pengamatan langsung dilapangan) berupa Kerapatan, Frekuensi, Dominansi mangrove, Keanekaragaman, Jenis biota (ikan) pada mangrove, dan Pengukuran parameter fisika kimia perairan. Pengumpulan data dilakukan secara in situ dan pengamatan laboratorium.

Sementara data sekunder meliputi luas kawasan mangrove dari Kantor Desa Jaring Halus. Teknik pengambilan data yang dipakai dalam penelitian ini dengan cara Purposive Sampling (pengambilan data melalui pertimbangan)

dengan menentukan 3 titik stasiun pengamatan berdasarkan ada tidaknya aktivitas masyarakat dan pada masing - masing stasiun ditentukan transek/plot. Penentuan titik koordinat stasiun dilakukan dengan menggunakan alat GPS.

Data pelengkap pada penelitian ini berupa dokumentasi foto yang digunakan untuk menggambarkan keadaan yang sebenarnya, studi pustaka merupakan teknik yang digunakan untuk mendapatkan data-data sekunder, berupa data kawasan mangrove, lokasi penelitian, luas wilayah dan data-data lain yang dibutuhkan dalam penelitian. Data diperoleh dari Balai atau instansi terkait yang memberikan bantuan data untuk melengkapi hasil penelitian ini.

Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi Mangrove

Pengambilan contoh untuk analisis vegetasi dilakukan dengan menggunakan transek garis (line transect). Identifikasi jenis mangrove dapat langsung ditentukan di lapangan dan jenis mangrove yang belum diketahui jenisnya diidentifikasi di Laboratorium dengan mengacu pada buku identifikasi Noor, dkk (2006). Pada transek pengamatan dibuat petak – petak contoh dengan tingkat tegakan menurut Kusmana (1997) dapat dilihat pada Gambar 3.

1. Pohon, adalah memiliki diameter batang lebih besar dari 10 cm pada petak contoh 10 x 10 meter.

2. Pancang, adalah anakan yang memiliki diameter batang kurang dari 10 cm dengan tinggi lebih dari 1,5 meter pada petak contoh 5 x 5 meter.

3. Semai, adalah anakan yang memiliki tinggi kurang dari 1,5 meter pada petak contoh 2 x 2 meter.

100 m

Arah Rintis Ana

Gambar 7. Transek Pengukuran Vegetasi Mangrove (10m x 10m), Anakan (5m x 5m), dan semai (2m x 2m).

Biota (Ikan) Pada Mangrove

Sampel biota (jenis ikan) pada perairan kawasan mangrove diperoleh dan diamati bersadarkan setiap stasiun selama 8 minggu dengan interval 2 minggu. Sampel ikan diambil dengan menggunakan jaring (Fixed Gill Net) yang ditancapkan dengan pancang pada setiap stasiun yang pengoperasiannya disesuaikan dengan kondisi lapangan. Jaring ini memiliki mesh size 1 inchi, dengan panjang 50 meter, diletakkan ketika perairan pasang pada pagi hari dan akan dilepas ketika perairan pasang kembali pada sore harinya. Pengidentifikasian jenis biota (ikan) yang diperoleh pada perairan mangrove di identifikasi dengan buku Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi (Kottelat dkk., 1993), lalu membandingkan perbedaan antara setiap stasiun, lalu diletakkan dalam bentuk tabel jenis-jenis biota (ikan) apa saja yang ditemukan pada setiap stasiun yang terdapat pada perairan kawasan mangrove.

Parameter Lingkungan

Pengukuran parameter dilakukan pada setiap stasiun. Parameter fisika kimia perairan diukur di setiap stasiun pada saat pasang. Pengambilan sampel

10 x 10 m 5 x 5 m 2 x 2 m 10 x 10 m 5 x 5 m 2 x 2 m

kondisi pasang dilakukan pada rentang waktu pukul 09.00 - 11.00 WIB. Pengambilan sampel dilakukan satu kali di setiap stasiun pengamatan. Beberapa parameter fisika kimia perairan yang diukur dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia Perairan

Parameter Satuan Alat / Metode Lokasi

Fisika :

Suhu °C Thermometer In situ

Kimia : DO Salinitas Ph mg/l ppt - DO meter Refractometer pH Meter In Situ In Situ In Situ Analisis Data

Analisis Kondisi Ekosistem Mangrove

Hasil pengukuran data vegetasi mangrove di Kawasan Mangrove Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara yang telah diperoleh kemudian diolah dan selanjutnya dianalisis sebagai berikut: Kerapatan

Kerapatan Jenis :

K =∑ind

A

Keterangan :

K : Kerapatan jenis dalam satuan Individu/Ha A : Luas Areal Contoh

Kepadatan Relatif :

Kr = K suatu spesies

Frekuensi

Frekuensi suatu jenis menunujukan penyebaran suatu jenis pada suatu area. Frekuensi spesies dapat dihitung dengan rumus (Odum, 1993):

Frekuensi :

F =∑ sub petak ditemukan spesies

∑seluruh sub petak contoh

Frekuensi Relatif :

Fr = F suatu spesies

F total seluruh spesies � 100 %

Dominansi Dominansi : D = A LBDS LBDS =1 4 x π x D Keterangan :

D : Dominansi dalam satuan m2 LBDS : Luas bidang dasar

/Ha

Dominansi Relatif :

DR = D suatu spesies

D total seluruh spesies � 100 %

Indeks Nilai Penting (INP)

Indeks nilai penting merupakan indeks yang memberi suatu gambaran mengenai pentingnya peranan atau pengaruh suatu vegetasi mangrove. Untuk menghitung Indeks Nilai Penting digunakan rumus berikut (Odum,1993):

INP = Kerapatan Relatif (%) + Frekuensi Relatif (%) + Dominansi Relatif (%) Keterangan :

INP : Indeks Nilai Penting

Analisis Keanekaragaman Ikan

Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon-Wienner

H′=− �[�niN

s

i=1

ln�niN�]

Keterangan :

H’ : Indeks keanekaragaman Shannon - Wienner

Pi : Proporsi jumlah individu spesies ke-i terhadap jumlah individu total yaitu Pi = ni/N dengan ni : jumlah suatu spesies I dan N : total jumlah spesies

Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan keanekaragaman Shannon Wiener dalam Bengen (2000), yaitu:

H’ = < 1 : Keanekaragaman tergolong rendah H’ = 1-3 : Keanekaragaman tergolong sedang H’ = > 3 : Keanekaragaman tergolong tinggi

Indeks Keseragaman (E)

E = H′ Ln S Keterangan : E : Indeks Keseragaman H’ : Indeks Keanekaragaman S : Jumlah Spesies

Menurut Krebs (1998), Indeks keseragaman berkisar antara 0- 1, dimana : E > 0,6 : Keseragaman tinggi

0,4 ≤ E ≤0,6 : Keseragaman spesies sedang E < 0,4 : Keseragaman spesies rendah

Indeks Dominansi (C)

Indeks dominansi digunakan untuk menggambarkan penguasaan atau dominansi jenis tertentu di suatu lokasi. Dalam penelitian ini menggunakan rumus Simpson (1949) dalam Odum (1993) :

�= � ��

�=�

Keterangan :

C : Indeks dominansi

Ni : Jumlah individu jenis ke-i N : Jumlah total individu

Kriteria indeks dominansi ialah sebagai berikut: 0 < C ≤ 0,5 : Tidak ada jenis yang mendominasi 0,5 < C ≤ 1 : Terdapat jenis yang mendominasi

Indeks Similaritas (IS)

Indeks Similaritas (IS) dihitung dengan rumus Similaritas Sorensen (Barbour et al, 1987) berikut :

IS = C

A + B−C × 100 %

Keterangan :

A : Jumlah jenis yang hanya dijumpai pada stasiun I B : Jumlah jenis yang hanya dijumpai pada stasiun II C : Jumlah jenis yang hanya dijumpai pada stasiun I dan II

Kriteria Indeks Similaritas Sorensen IS < 0,25 : Sangat rendah IS > 0,25 – 0,50 : Rendah IS . 0,50 – 0,75 : Tinggi IS > 0,75 : Sangat tinggi

Indeks Kesamaan Bray-Curtis

Untuk mengetahui tingkat pengelompokkan berdasarkan kesamaan spesies ikan digunakan Indeks Kesamaan Bray-Curtis (Krebs, 1989), dengan rumus :

�= ∑ni1[Xij−Xik]

ni1(Xij + Xik)

Keterangan :

B : Pengukuran Ketidaksamaan Bray-Curtis

Xij, Xik : No. Individu dalam spesies I dalam tiap sampel I, J : Baris dalam kolom ke- 1,2,3…..x

Indeks similaritas Bray Curtis berkisar antara 0-1. Nilai S = 0 menunujukkan tingkat kesamaan paling rendah, dan nilai S = 1 menunjukkan kesamaan yang paling tinggi. Kumpulan indeks similaritas Bray-Curtis digunakan untuk membuat matriks similaritas dan kemudian dikombinasikan untuk membentuk dendogram berdasarkan metode keterkaitan (ikatan) rata-rata antar kelompok. Dari nilai tingkat keterkaitan dibuat hirarki kelompok stasiun pengamatan (habitat).

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Luas mangrove di Indonesia sekitar 23% dari total mangrove dunia. Saat ini mangrove telah mengalami degradasi karena berbagai sebab dan permasalahan yang dihadapinya. Degradasi hutan mangrove Indonesia terjadi akibat pemanfaatan yang kurang tepat atau mengalami perubahan fungsi, salah satunya menjadi areal pertambakan udang. Di samping itu, kegiatan pemanfaatan kayu hutan bakau untuk bahan baku arang dan kayu bakar menjadi pendorong menurunnya kualitas hutan mangrove. Hutan mangrove yang terdegradasi akan mengganggu keseimbangan ekosistem mangrove sehingga fungsi alaminya terganggu (Pribadi dkk., 2013).

Ekosistem mangrove merupakan satu diantara beberapa ekosistem yang terdapat di wilayah pesisir. Ekosistem ini dipengaruhi oleh faktor daratan dan juga lautan. Ekosistem mangrove memiliki peranan yang sangat penting bila ditinjau dari aspek fisik, ekologi dan ekonomi. Manfaat yang dapat diperoleh dari ekosistem ini sudah banyak dirasakan oleh masyarakat pesisir seperti buah mangrove yang dapat diolah menjadi bahan pangan, kayu yang dapat digunakan sebagai arang, serta bahan bangunan, lain-lain.

Sebagai salah satu bagian dari ekosistem pesisir, ekosistem ini memiliki fungsi fisik berupa mencegah intrusi air laut dan penahan gelombang. Fungsi ekologi sebagai daerah asuhan (nursery ground), tempat mencari makan bagi biota perairan (feeding ground), dan tempat pemijahan (spawning ground). Fungsi ekonomis mangrove ialah sebagi penghasil kayu bakar, bahan bangunan, dll. Oleh

karena fungsi tersebut, masyarakat selalu memanfaatkan ekosistem mangrove tanpa memperhatikan keseimbangan dari ekosistem tersebut dan dengan adanya pengaruh dari aktivitas masyarakat sehingga dapat menurunkan kualitas dan fungsi dari ekosistem mangrove itu sendiri.

Fungsi ekologi mangrove berupa daerah asuhan (nursery ground), tempat mencari makan bagi biota perairan (feeding ground), dan tempat pemijahan (spawning ground) ikan. Kondisi ini menjadikan mangrove sebagai habitat dengan berbagai kondisi yang dihuni oleh berbagai jenis ikan, misalkan ikan dari famili Gobiidae. Hal ini didukung dengan hasil penelitian Indriani dkk., (2008), yang menyatakan spesies ikan yang banyak tertangkap yaitu dari ordo Perciformes yang berasal dari famili Toxotidae, Belontiidae, Gobiidae dan ordo Siluriformes berasal dari famili Bagridae. Perbedaan jumlah, komposisi spesies dan famili pada setiap stasiun kemungkinan dipengaruhi oleh kondisi vegetasi mangrove yang terdapat di setiap stasiun. Hasil identifikasi dan analisa menunjukkan bahwa terdapat pola dimana semakin meningkat intensitas gangguan yang terdapat pada kawasan mangrove, maka semakin rendah jumlah spesies ikan yang dimiliki oleh kawasan tersebut (Basmi, 2007).

Desa Jaring Halus merupakan sebuah desa di daerah pesisir yang berlokasi di Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. Hutan mangrove yang terdapat di desa ini merupakan hutan desa yang dikelola secara bersama-sama oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Besarnya manfaat yang terdapat pada ekosistem mangrove menjadikannya sangat rentan terhadap degradasi lingkungan dan aktivitas masyarakat, sehingga mengakibatkan dapat menurunkan fungsi mangrove tersebut. Namun, belum adanya data tentang

keanekaragaman mangrove yang terdapat di kawasan tersebut sehingga diperlukan informasi dasar yang menunjang mengenai kondisi mangrove melalui analisis vegetasi dan mengetahui keanekaragaman jenis ikan yang terdapat di perairan kawasan mangrove berdasarkan kondisi lingkungan yang dapat digunakan untuk memberikan rekomendasi pengelolaan mangrove di daerah tersebut secara berkelanjutan.

Perumusan Masalah

Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang sangat penting pada wilayah pesisir. Terdapatnya aktivitas manusia yang semakin meningkat serta pemanfaatan ekosistem mangrove yang tidak seimbang dapat menyebabkan penurunan kualitas dan fungsi fisik mangrove. Kondisi ini menyangkut berkurangnya kerapatan mangrove maupun menurunkan fungsi mangrove sebagai habitat bagi biota perairan serta terjadinya perubahan lingkungan (fisika kimia) pada Ekosistem Mangrove di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Analisis vegetasi mangrove dan keanekaragaman jenis ikan yang terdapat di ekosistem mangrove dapat memberikan gambaran mengenai ekosistem mangrove dan perubahan lingkungan yang terjadi akibat aktivitas manusia serta studi analisis vegetasi dan keanekaragaman mangrove belum pernah dilakukan di kawasan mangrove tersebut, hal ini mengakibatkan belum adanya data mengenai keanekaragaman mangrove di kawasan Desa Jaring Halus. Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengkaji analisis vegetasi dan

keanekaragaman mangrove serta jenis ikan di kawasan mangrove tersebut sebagai informasi bagi masyarakat setempat serta pihak yang membutuhkan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi vegetasi dan keanekaragaman mangrove di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara?

2. Bagaimana keanekaragaman ikan berdasarkan kondisi lingkungan yang terdapat di Perairan Kawasan Mangrove Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara?

Kerangka Pemikiran

Ekosistem mangrove memiliki peranan yang sangat penting. Terdapatnya aktivitas masyarakat dapat mempengaruhi kondisi lingkungan dan vegetasi ekosistem mangrove. Belum adanya data mengenai kondisi vegetasi dan keanekaragaman mangrove serta keanekaragaman jenis ikan yang terdapat di Kawasan Perairan Mangrove Desa Jaring Halus, sehingga diperlukan kajian mengenai analisis vegetasi dan kanekaragaman mangrove. Kajian ekosistem mangrove dilihat dari kondisi lingkungan, vegetasi mangrove maupun jenis ikan, dan dari hasil yang didapat maka dapat diketahui bagaimana status ekosistem mangrove tersebut. Pengelolaan merupakan salah satu upaya yang dilakukan agar kawasan mangrove Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara dapat dimanfaatkan secara tepat dan berkelanjutan. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengkaji kondisi vegetasi dan keanekaragaman mangrove di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

2. Mengkaji keanekaragaman ikan berdasarkan kondisi lingkungan di Perairan Kawasan Mangrove Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Kajian Ekosistem Mangrove

Kondisi Lingkungan dan Perairan

Kondisi Vegetasi Mangrove

Keanekaragaman Jenis Ikan

Rekomendasi Pengelolahan Ekosistem Mangrove Desa Jaring Halus

Ekosistem Mangrove Desa JaringHalus

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kondisi vegetasi dan keanekaragaman jenis ikan yang dapat dijadikan sumber informasi oleh masyarakat sekitar dalam pengelolaan dan pemanfataan ekosistem mangrove secara berkelanjutan di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

ABSTRAK

DHIANDRA PUTERI. Analisis Vegetasi dan Keanekaragaman Ikan di Perairan Kawasan Mangrove Desa Jaring Halus Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Dibawah bimbingan HASAN SITORUS dan AHMAD MUHTADI.

Ekosistem mangrove merupakan satu diantara beberapa ekosistem yang terdapat di wilayah pesisir. Mangrove yang terdapat di Desa Jaring Halus merupakan hutan desa yang dikelola secara bersama-sama oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ekosistem mangrove dan keanekaragaman jenis mangrove serta mengetahui keanekaragaman jenis ikan berdasarkan kondisi lingkungan perairan kawasan ekosistem mangrove. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2016 sampai dengan Januari 2017. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Purposive Sampling dengan interval 2 minggu selama 2 bulan. Jenis mangrove yang ditemukan di lokasi penelitian terdiri atas 11 spesies yakni

Avicennia alba, Acanthus ilicifolius, Bruguiera sexangula, Ceriops decandra, Ceriops tagal, Excoecaria agallocha, Nypa fruticans, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa dan Xylocarpus granatum. Jenis-jenis ikan yangditemukan di lokasi penelitian pada 3 stasiun terdiri atas 19 jenis ikan yang termasuk ke dalam 8 ordo, 14 famili, dan 16 genus. Indeks keanekaragamannya yaitu tergolong kategori sedang.

ABSTRACT

DHIANDRA PUTERI. Analysis of Vegetation and Fish Diversity in The Waters of Mangrove Area in Jaring Halus Village, Langkat District of North Sumatra. Under academic supervision of HASAN SITORUS and AHMAD MUHTADI.

Mangrove ecosystem is one among the few ecosystems that found in coastal areas. This mangrove in Jaring Halus village is managed together to fulfill the needs of their community. This research aims to determine the condition and biodiversity of mangrove ecosystem, also to know the diversity of fish spesies based on the environmental condition its. This research was conducted in December 2016 until January 2017. Research done by using Purposive Sampling method with two-week intervals for two months. Mangrove species that found at the research site as many as 11 species of the Avicennia alba, Acanthus ilicifolius, Bruguiera sexangula, Ceriops decandra, Ceriops tagal, Excoecaria agallocha, Nypa fruticans, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa dan Xylocarpus granatum. The kind of fish species that found in the research site was 19 species that belonged to the 8 orders, 14 families 16 genera. The diversity index is classified as moderate.

Keyword : Mangrove vegetation, fishes diversity, Jaring Halus village.

ANALISIS VEGETASI DAN KEANEKARAGAMAN IKAN DI

Dokumen terkait