• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

Dalam dokumen Editor: I Nengah Mariasa Arief Sudrajat (Halaman 191-200)

DALAM KARYA MUSIK SLAMET ABDUL SJUKUR YANG BERJUDUL “SVARA”

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif secara deskriptif dan menggunakan pendekatan multidisiplin. Penelitian yang bersifat kualitatif berkaitan dengan fenomena kualitatif, yang berkaitan dengan cara berpikir dan alasan perilaku seseorang dalam melakukan sesuatu (Khotari, 2004: 3). Di dalam penelitian kualitatif terdapat suatu upaya interpretasi terhadap peristiwa sosial budaya menurut pandangan orang atau subyek penelitian. Interpretasi tersebut berdasarkan pada suatu observasi alamiah (Creswell,1998: 15).

Salah satu observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan klasifikasi pada karya-karya musik Slamet Abdul Sjukur. Dari hasil klasifikasi, kemudian dipilih karya musik yang berjudul “Svara”. Pemilihan tersebut dilakukan secara acak dan berdasarkan pengamatan adanya indikasi penggunaan idiom tradisi yang terlihat dengan adanya penggunaan pola melodi pentatonik di dalam notasi karya.

PEMBAHASAN

Sebagai komposer Indonesia yang banyak membuat karya musik baru, Slamet Abdul Sjukur selalu memiliki prinsip tidak akan meninggalkan identitas budaya yang dimiliki, meskipun latar belakang pendidikan musiknya dari pendidikan musik barat. Salah satu hal yang dilakukan dalam proses pembuatan karya adalah dengan menggunakan

idiom musik tradisi di dalamnya, namun dengan cara kerja atau kreativitas karya musik yang sesuai dengan daya kreatifnya saat itu.

Karya musik “Svara” diciptakan oleh Slamet Abdul Sjukur pada tahun 1979 di Paris, Perancis. Karya tersebut dibuat sebagai persembahan untuk anak lelakinya yang bernama Svara. Selain itu, karya tersebut juga dipersembahkan bagi Renaud Gagneux, seorang komponis asal Perancis yang juga murid dari Henry Dutileux, guru komposisi Slamet Abdul Sjukur semasa mengenyam pendidikan tinggi di Paris, Perancis. (Wawancara dengan Slamet Abdul Sjukur melalui email tanggal 14 Oktober 2008)

Pada awalnya karya tersebut dibuat untuk instrumen Carillon, namun kemudian oleh Slamet Abdul Sjukur disempurnakan kembali dan dibuat dalam versi yang ditujukan untuk instrumen Piano. Pada versi untuk instrumen Carillon, karya tersebut dibuat dengan menggunakan bagian improvisasi, dan ketika dibuat dalam versi solo piano, karya musik tersebut dibuat tanpa menggunakan improvisasi dengan durasi 17 menit 25 detik. Karya dalam versi solo piano tersebut sudah dimainkan oleh beberapa pianis, antara lain: Ananda Sukarlan, Yuji Takahashi, Schleiermacher dan John de Paris.

Karya musik “Svara” dibuat oleh Slamet Abdul Sjukur dengan menggunakan tempo awal yang sangat lengang dan sangat lambat (♪= 46) dalam birama 9/4. Gambaran suasana sunyi cukup jelas dituliskan oleh Slamet Abdul Sjukur pada bagian permulaan notasi di birama awal, yaitu hening dikuti tanda G.P (General Pause) dan intensely

Nada C# muncul mengawali melodi pada birama kedua dalam hitungan ¼ atau 1 ketukan secara lambat namun konstan sampai pada hitungan ke delapan, kemudian pola tersebut muncul lagi pada birama ketiga sampai pada hitungan ke tujuh dan di birama keempat muncul sampai hitungan ke enam. Pola tersebut muncul selalu muncul di awal bagian karya dan nanti pada akhir bagian karya. Pola ritme ¼ dalam hitungan 1 ketukan yang muncul secara lambat, konstan dan teratur dapat diibaratkan bagaikan suara instrumen bonang yang mengawali suatu permainan gamelan Jawa.

Notasi 1. Bagian awal karya musik “Svara” yang diawali dalam suasana hening dan dalam tanda mula 1# = C#

Ada sesuatu yang unik dan berbeda dari notasi karya ini. Jika pada notasi konvensional secara umum tanda mula atau key signature dibuat menurut lingkaran kwint atau Circle Quint, yakni jika terdapat tanda 1# berarti tangganada dimulai pada nada G Mayor atau intervalnya naik ke Perfect Quint dari tonalitas C Mayor, dan simbol tanda mula atau key signature 1# ditulis pada nada F atau dalam posisi

interval turun Perfect Quint dari tonalitas C Mayor , namun pada awal karya musik “Svara” tanda mula yang dibuat oleh Slamet Abdul Sjukur adalah 1# pada nada C#.

Tanda birama atau time signature notasi karya musik “Svara” tersebut juga dibuat berubah-ubah yakni 9/4 kemudian berubah menjadi 6/4, 4/4,3/4,5/4 dan bahkan muncul penulisan tanda birama yang tidak umum pada notasi tersebut. Birama yang tidak biasa tersebut muncul pada bagian birama ke-14 yang memiliki tanda birama 3+6+3+5/4 (bukan 12/4), lalu pada birama ke-21 dan ke-62 dengan tanda birama 4+3/4 (bukan 7/4) atau 3+2+3/4 (bukan 8/4) di bagian birama ke-52.

Notasi 2. Birama 3+6+3+5/4 pada bagian A karya musik “Svara”

Dari segi elemen musikal yang lain, pola ritme yang disusun oleh Slamet Abdul Sjukur pada karya musik “Svara” dibuat sangat statis dan lambat, bahkan cenderung terkesan monoton. Nada-nada utama yang sering digunakan jika dituangkan dalam notasi angka kebanyakan berkisar antara nada C#(la), E(mi), F( re) dan B(sol). Hal itu berlangsung terus menerus sejak dari birama 1-14 atau bagian A.

Pada birama berikutnya atau di bagian B, Slamet Abdul Sjukur mulai keluar dari jalur monoton tersebut. Pola notasi yang dibuat oleh Slamet Abdul Sjukur muncul dengan menggunakan pola nada yang berbeda dari bagian A dan dimainkan beberapa nada secara serentak atau harmonik, namun pola ritme masih mirip dengan beberapa pola ritme pada bagian A. Tanda mula di bagian B mulai dihilangkan.

Pola tersebut selalu muncul pada bagian A. namun nada C#(la) dan E(do) masih menjadi nada yang selalu dimunculkan meski dalam tonalitas yang tidak jelas. Di bagian tersebut Slamet Abdul Sjukur mulai menunjukkan kebebasannya dalam menuangkan elemen-elemen musikal, namun dengan pola ritme yang mirip dan tempo yang masih lambat.

Di bagian C, kembali Slamet Abdul Sjukur menggunakan nada yang sama dengan bagian A namun dengan tambahan pola melodi kedua yang dimainkan pada bagian tangan kiri. Pada bagian ini, tanda mula 1# = C# diletakkan pada bagian treble clef (tangan kanan) dan tanda natural pada posisi nada C di bagian kunci bass (tangan kiri). Pola melodi yang digunakan di bagian tersebut menggunakan nada C#(la), E(do) F(re), G(mi), B(sol). Hal tersebut berlangsung sampai bagian C berakhir.

Notasi 4. Bagian C menggunakan tanda mula 1# = C# pada kunci treble (tangan kanan) dan tanda natural pada posisi C pada kunci bass

(tangan kiri)

Pada bagian D, kenbali Slamet Abdul Sjukur membuat pola yang lebih bebas, dengan menambah alterasi pada notasi yang telah ada sebelumnya. Tonalitas pada bagian ini berubah dengan nada C(la) dan Eb(mi). Perubahan tersebut muncul hanya dalam beberapa birama.Terdapat pula tambahan nada D(si) di beberapa birama pada bagian ini.

Pola permainan beberapa nada yang dimainkan secara serentak dengan ritme yang berlompatan serta pola permainan oktaf cukup

banyak muncul pada bagian ini. Di pertengahan bagian D, kembali nada C# muncul sebagai posisi nada 6 dan E sebagai posisi nada 3. Hal tersebut berlangsung dan mendominasi sampai bagian D berakhir.

Notasi 5. Awal dari bagian D pada karya musik “Svara”

Pada bagian E, atau bagian akhir dari karya ini, suatu pola triol muncul secara terus menerus. Meskipun aksen pada nada yang muncul tidak selalu sama, namun terdapat satu nada yang berposisi sebagai nada 6 yang secara konstan dan terus menerus dibunyikan. Jika digambarkan dapat diibaratkan seperti pukulan bonang yang berbunyi terus menerus pada nada yang sama.

Pola ritme pun tidak selalu jatuh pada pukulan berat, namun terjadi secara sinkop. Efek tempo yang muncul dapat dirasakan lebih cepat dari tempo yang digunakan pada bagian A hingga bagian D. Pada bagian ini, terdapat permainan teknik cluster pada bagian tangan kanan. Hentakan cluster muncul secara tidak beraturan, sehingga

memberi kesan yang benar-benar berbeda dari dinamik lembut yang muncul terus menerus di bagian-bagian sebelumnya. Pada bagian E ini, kesan mengagetkan pada saat bunyi cluster muncul mungkin akan sangat dirasakan audience.

Notasi 6. Pola kluster dan pola ritme triol pada bagian E karya musik “Svara”

Akhir dari bagian karya musik “Svara”, kembali Slamet Abdul Sjukur menuliskan suasana yang ia inginkan, seperti pada suasana bagian awal karya musik ini. Suasana kembali hening dengan diberi tanda G.P (General Pause) hingga akhirnya suasana hening tersebut terlengkapi (completely quiet). Suasana hening tersebut dituliskan persis pada birama terakhir, hingga kemudian benar-benar mengakhiri keseluruhan karya.

Notasi 7. Suasana hening hingga akhirnya terlengkapi pada bagian birama terakhir dari karya musik “Svara”

Jika dihubungkan dengan tradisi Jawa sebagai bagian budaya asal kehidupan Slamet Abdul Sjukur, dan dilihat dari notasi yang dibuat karya musik “Svara”, sangat berkaitan. Sejak dulu, gamelan Jawa sebagai musik tradisional, dimainkan secara alami sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari oleh masyarakat Jawa yang awam dengan musik dan notasi barat. Gamelan diajarkan kepada masyarakat dengan cara tradisi lisan, bahkan cara pengajarannya dilakukan dengan metode pemberian cara yang sama dengan kegiatan sehari-hari masyarakat seperti saat menabur dan memanen, membangun tempat tinggal tradisional dan sebagainya (Sunarto, 2018:5).

Dari hal tersebut, maka notasi karya musik “Svara” dibuat oleh Slamet Abdul Sjukur supaya dapat menjembatani pemain, agar bisa lebih mudah menangkap secara langsung, musik yang ingin Slamet Abdul Sjukur sampaikan. Hal itu juga dilakukan dengan maksud memberi kemudahan serta tanpa memberi batasan jika pemain tidak dapat bertemu secara langsung dengan komponis. (Wawancara dengan Slamet Abdul Sjukur melalui email tanggal 27 Agustus 2012)

Dilihat dari pola melodi yang digunakan dalam notasi musik “Svara”, secara utama Slamet Abdul Sjukur banyak menggunakan nada C# (la), E (do) F (re), G (mi) dan juga B (sol). Meskipun terdapat penggunaan melodi yang lebih bebas (bahkan keluar dari notasi tersebut), terutama di bagian B dan C, nada-nada tersebut di atas tetap selalu muncul bahkan mendominasi (terutama nada la dan do).

Hal tersebut jika dihubungkan dengan penggunaan nada pada pola melodi musik gamelan Jawa, nada-nada pada notasi karya musik “Svara” mengadaptasi laras Slendro. Di bagian B dan D bahkan Slamet

Abdul Sjukur menggunakan nada lainnya yang mirip dengan pola melodi laras Pelog. Pada kedua bagian tersebut dapat diindikasikan bahwa Slamet Abdul Sjukur membuat pola melodi yang lebih bebas dan keluar dari pola melodi bagian lainnya, namun masih tetap mengadaptasi dari pola laras nada gamelan Jawa.

Dari segi instrumen dan penalaan, cukup jelas Slamet Abdul Sjukur menggunakan instrumen yang jauh berbeda dengan penalaan instrumen gamelan Jawa. Tuning diatonik pada instrumen piano berbeda dengan tuning yang ada pada instrumen-instrumen gamelan Jawa. Meskipun demikian, tujuan utama Slamet Abdul Sjukur adalah membuat karya yang memiliki ciri khas budayanya, yaitu budaya Jawa. Hal tersebut dapat tercapai dengan penggunaan pola melodi yang berisi nada-nada yang mirip dan mengadaptasi laras gamelan Jawa.

SIMPULAN

Slamet Abdul Sjukur adalah komponis Indonesia yang telah banyak berjuang dalam perkembangan musik baru di Indonesia. Sebagai seorang komponis Indonesia yang berasal dari lingkungan keluarga yang sangat kental dengan tradisi budaya Jawa, dan pernah mengenyam pendidikan formal musik barat cukup lama (selama 14 tahun di Paris, Perancis), Slamet Abdul Sjukur memiliki suatu prinsip berpijak pada apa yang telah dijalani dan dialami, tanpa perlu meninggalkan warisan tradisi dan budaya yang dimiliki.

Dari hal tersebut Slamet Abdul Sjukur mengembangkan orientasi yang bertolak dari budaya Indonesia secara keseluruhan pada karya-karya musiknya, terutama budaya Jawa. Latar belakang

Dalam dokumen Editor: I Nengah Mariasa Arief Sudrajat (Halaman 191-200)