• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis penelitian yang digunakan adalah desain penelitian sensus ex post facto, yaitu bentuk penelitian untuk menilai peristiwa yang telah terjadi untuk menemukan faktor-faktor penyebab melalui pengamatan atau penilaian kondisi faktual di lapangan. Pengamatan utama penelitian adalah mengkaji tentang pola komunikasi dalam meningkatkan technical skill, social skill, dan managerial skill

kewirausahaan petani, dimana penelitian ini lebih difokuskan pada menguji dan meneliti hubungan antar peubah. Adapun peubah yang diujikan adalah: (a) karakteristik petani; (b) dinamika sosial; (c) lingkungan fisik (d) lingkungan sosial ekonomi; dan (e) pola komunikasi kewirausahaan petani sayuran, pengaruhnya terhadap peningkatan technical skill, social skill, dan managerial skill kewirausahaan petani sayuran di Indonesia.

Metode sensus yang digunakan dalam penelitian ini, menyuratkan bahwa data diambil dari seluruh anggota petani yang mendapatkan bimbingan misi teknik Taiwan di Indonesia. Pengambilan data primer dengan cara wawancara melalui pengisian kuesioner dan wawancara mendalam.

Lokasi, Obyek dan Waktu Penelitian

Penelitian pada kasus pendampingan anggota kelompok tani oleh misi teknik Taiwan di Indonesia ini berlokasi di dua Kabupaten yaitu Boyolali (Jawa Tengah) dan Bogor (Jawa Barat). Alasan pemilihan lokasi dikarenakan kedua Kabupaten tersebut merupakan pilot project yang sedang di uji coba. Di Kabupaten Boyolali telah selesai dibimbing dan sekarang pembinaannya sudah diserahkan kepada Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan melalui pembentukkan suatu Unit Pengelola Teknis. (UPT) Usaha Pertanian yang berkantor di KecamatanTeras. Adapun di Kabupaten Bogor masih dibimbing oleh misi teknik Taiwan sehingga sangat menarik untuk diteliti.

Obyek penelitian adalah para petani anggota kelompok tani di dua kabupaten tersebut yang berdasarkan pengamatan awal patut diduga mempunyai peluang untuk berkembang, dan diduga mempunyai potensi turut meningkatkan

Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama tiga bulan, mulai awal bulan Agustus sampai dengan akhir Oktober 2011.

Unit Analisis Penelitian

Pada penelitian ini pengambilan data dengan melakukan sensus terhadap seluruh petani yang merupakan representatif rumah tangga petani dan berusaha- tani sebagai unit analisis, yaitu mereka yang mendapat bimbingan dari misi teknik Taiwan di Kabupaten Boyolali dan Bogor.

Unit analisis penelitian ini adalah rumah tangga petani, yaitu ”kepala keluarga” atau ”anggota keluarga” nya. yang sekaligus sebagai pengusaha tani yang mendapatkan pendampingan dari para fasilitator misi teknik Taiwan di Kabupaten Boyolali dan Bogor dimana mereka merupakan pelaku komunikasi berpartisipasi dalam pengembangan technical skill, social skill, dan managerial skill kewirausahaan petani di dua Kabupaten penelitian.

Di Kabupaten Boyolali seluruh petani yang mendapat bimbingan dan misi teknik Taiwan sebanyak 78 orang petani Kabupaten Boyolali dan di Kabupaten Bogor sebanyak 46 orang petani. Jadi total unit analisis pada penelitian sensus ini adalah 124 orang petani.

Data dan Instrumentasi

Data primer diperoleh melalui kuesioner, wawancara, observasi, dokumentasi, dan diskusi (FGD) dengan nara sumber yang berkompeten pada bidang technical skill, social skill dan managerial skill kewirausahaan petani di Indonesia dengan menggunakan kuesioner. Selain data Primer, juga dikumpulkan data sekunder untuk memperkuat data yang diperoleh dari pemerintahan setempat serta instansi yang terkait.

Data skunder diperoleh dari laporan-laporan dan dokumentasi yang ada di Dinas Pertanian dan Kehutanan di Kabupaten Boyolali dan Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan di Kabupaten Bogor serta lembaga- lembaga/asosiasi yang terkait dengan technical skill, social skill, dan managerial skill kewirausahaan yang diteliti, seperti: kelompok tani, koperasi unit desa/KUD, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Penyuluh pertanian Swadaya (PPS), Badan Pusat Statistik, Kamar Dagang dan Industri, lembaga-lembaga penelitian pertanian, di dua kabupaten tersebut.

Instrumen yang dipergunakan adalah kuesioner yang dikelompokkan menjadi enam bagian, Pertama: terdiri dari pertanyaan-pertanyaan dan pernyataan yang berkaitan aspek lingkungan fisik dengan indikator infrastruktur/sarana komunikasi dan ciri/karakteristik teknologi. Kedua, pertanyaan dan pernyataan yang berkaitan dengan dinamika sosial meliputi: (1) Keanggotaan kelompok, (2) Ekologi kelompok, (3) Status dan kekuasaan, (4) Kepemimpinan kelompok, (5) Suasana kelompok, (6) Jaringan komunikasi tradisional. Ketiga, terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan karakteristik petani meliputi: (1) Tingkat pendidikan, (2) Usia, (3) Jenis kelamin, (4) Pendapatan, (5) Kepemilikan aset, (6) Kekosmopolitan, (7) Pengalaman berusahatani sayuranan, dan (8) Keberanian ambil resiko. Keempat, pertanyaan dan pernyataan yang berkaitan dengan lingkungan sosial ekonomi meliputi: (1) Dukungan keluarga, (2) Dukungan kelembagaan, (3) Dukungan sistem sosial, (4) Dukungan mitra usaha, (5) Iklim kewirausahaan syariah dan (6) Keberfungsian kearifan lokal, (7) Keterbukaan pasar, dan (8) Informasi media massa. Kelima, Pertanyaan dan/atau pernyataan yang berkaitan dengan peubah antara yaitu pola komunikasi kewirausahaan petani sayuran, meliputi aspek pola komunikasi monologik, dan pola komunikasi dialogik. Bagian keenam berupa pernyataan yang berkaitan dengan peubah terikat, yaitu pengembangan kapasitas kewirausahaan petani sayuran: technical skill, social skill, dan managerial skill.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) Definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah berupa operasionalisasi konsep (construct) yang amat membantu peneliti. Dari informasi tersebut peneliti dapat mengetahui bagaimana cara mengukur peubah yang dipakai. Dengan kata lain definisi operasional suatu unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu peubah. Dalam hal ini konsep-konsep peubah dibuat terukur agar dapat diteliti secara empiris. Untuk itu, konsep peubah harus dioperasionalkan dengan merubahnya menjadi konstruk (konstruksi peubah), yang berarti sesuatu yang mempunyai variasi nilai.

Definisi Operasional

Menurut Kerlinger dan Lee (2000) menyebutkannya sebagai upaya spesifikasi kegiatan penelitian dalam mengukur suatu peubah atau memanipulasinya. Pengukuran dalam penelitian ini dilakukan dengan mendefinisikan peubah yang diteliti ke dalam definisi operasional, yang diambil dari beberapa sumber sebagai acuan.

(1) Karakteristik petani. Menurut Herman Subagio (2008) kualitas petani yang tinggi akan dapat memanfaatkan ketersediaan inovasi dan akses pada informasi menjadi lebih baik. Peubah-peubah karakteristik individu petani yang diukur pada penelitian ini terdiri dari: tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, pendapatan, kepemilikan aset, kekosmopolitan, pengalaman berusahatani sayuran, dan keberanian mengambil resiko.

(2) Dinamika sosial, yang menurut Cartwright dan Zander (1968) dapat dipelajari dari proses mengembangkan dinamika kelompok (group dynamics). Dimana terdapat enam ciri dinamika kelompok sebagai sistem sosial yang mempengaruhi dinamika sosial (interaksi sosial di dalam wadah kelompok), yaitu: (1) Keanggotaan kelompok; (2) Ekologi kelompok; (3) Status dan kekuasaan dalam kelompok; (4) Kepemimpinan kelompok; (5) Suasana/Iklim kelompok; dan (6) Jaringan komunikasi tradisional.

(3) Lingkungan Fisik menurut Rogers (2003) dalam bukunya Diffusion of Innovations lingkungan fisik terdiri dari infrastruktur/sarana komunikasi dan ciri/karakteristik inovasi/teknologi.

(4) Lingkungan sosial ekonomi menurut Soekanto (2004), adalah lingkungan sosial yang terdiri dari orang-orang baik individu maupun kelompok yang berada di sekitar manusia, yang saling berinteraksi. Tidak saja interaksi dalam tatanan hubungan sosial antar manusia, melainkan juga aspek kelembagaan dan sistem sosial turut mempengaruhi dan mewarnai kehidupan antara manusia tersebut. Pendapat lain menyebutkan bahwa lingkungan sosial tersebut sering dikaitkan dengan lingkungan sosial budaya maupun sosial ekonomi. Slamet (2003) mendefinisikannya sebagai segala kondisi sosial (ekonomi) budaya yang berada di sekitar lingkungan organisasi yang dapat mempengaruhi perilaku anggota organisasi sebagai hasil interaksi antara

organisasi dengan lingkungan sosialnya. Hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-perorang, antara kelompok- kelompok manusia, maupun antara orang-perorang dengan kelompok manusia. Pada Penelitian ini lingkungan sosial ekonomi sebagai indikatornya meliputi: dukungan keluarga, dukungan kelembagaan, dukungan sistem sosial, dukungan mitra usaha, iklim kewirausahaan syariah, keberfungsian kearifan lokal, keterbukaan pasar dan informasi media massa.

(5) Pola komunikasi kewirausahaan petani sayuran pada penelitian ini meliputi: pola monologik dan pola dialogik.

(6) Kapasitas kewirausahaan petani sayuran sebagai peubah dependen kedua setidaknya ada tiga syarat keahlian yang harus dimiliki yaitu: technical skill,

social skill dan managerial skill yang diharapkan dapat meningkatkan kapasitas kewirausahaan petani sayuran.

Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel atau peubah dapat dijelaskan dengan melihat keterkaitan peubah atau peubah, indikator dan parameter masing-masing peubah yang tersaji pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Keterkaitan peubah, indikator dan parameter Peubah (1) Indikator (2) Parameter (3) Karakteristik petani (X1) Tingkat pendidikan (X1.1)

Jalur sekolah formal/pendidikan terstruktur dan berjenjang yang pernah diikuti responden

Jumlah tahun pendidikan formal yang telah dijalani sampai dengan penelitian dilakukan. (skala rasio). Kemudian diordinalkan menjadi tiga kategori.

Usia (X1.2) Umur responden sejak lahir hingga saat penelitian dilakukan, dalam satuan tahun (skala rasio). Kemudian diordinalkan menjadi tiga kategori.

Lama hidup (tahun), dihitung dari tanggal lahir sampai dengan saat wawancara dilakukan, dibulatkan ke tanggal ulang tahun terdekat. Jenis kelamin

(X1.3)

Identitas seks atau jenis kelamin responden yang ditemui saat pene-litian dilakukan (skala nominal)

Macam jenis kelamin, terdiri atas: laki-laki dan perempuan.

Tingkat pendapatan (X1.4)

Jumlah penghasilan responden per panen (omset) saat penelitian dilakukan dalam satuan rupiah (skala rasio), lalu diordinalkan menjadi tiga kategori.

Penghasilan per panen atau berkisar minimal 10% dari nilai omset yang diperoleh dari on-farm maupun off-farm dalam setahun terakhir.

aset (X1.5) dalam satuan rupiah yang dimiliki responden saat penelitian dilakukan (skala rasio).

Kemudian diordinalkan menjadi tiga kategori.

(2) mobil, motor, sepeda (3) alat pertanian, ternak, ikan (4) sarana komunikasi

(5) tabungan. Kekosmopolit

an (X1.6)

Keterbukaan responden terhadap informasi, melalui hubungan mereka dengan berbagai sumber informasi, tiga bulan terakhir saat penelitian dilakukan dengan satuan kali (skala rasio).

Kemudian diordinalkan menjadi tiga kategori.

(1) frekuensi petani mengakses media massa

(2) frekuensi petani mendatangi dinas terkait, termasuk misi teknik Taiwan di Indonesia (3) frekuensi kunjungan ke

penyuluh

(4) frekuensi diskusi dengan petani (maju) lain

(5) frekuensi mendatangi lokasi percontohan di luar desa. Pengalaman

beriwausa- ha/berusahatan i sayuran (X1.7)

Lama responden berkecimpung dalam

kewirausahaan/berusahatani sayuran dengan satuan tahun (skala rasio). Kemudian diordinalkan menjadi tiga kategori.

Jumlah tahun berusahatani sayuran sampai dengan penelitian ini dilakukan.

Keberanian mengambil resiko (X1.8)

Tindakan keberanian yang dilakukan petani dalam

kewirausahaan atau berusahatani sayuran dengan satuan tahun (skala rasio). Kemudian diordinalkan menjadi tiga kategori.

(1) Frekuensi petani melakukan perencanaan dan tindakan usaha berdasarkan analisis situasi

(2) Frekuensi mencoba ide baru walaupun belum ada yang melakukannya

(3) Frekuensi kegagalan yang selalu dinilai dan dapat diperbaiki

(4) Frekuensi mencoba berusaha meraih pangsa pasar baru Dinamika

Sosial (X2)

(X2.1) Keanggotaan kelompok merupakan keragaan ukuran dan kemampuan anggota kelompok dalam berdiskusi dan

menerapkan inovasi dari misi teknik Taiwan di Indonesia saat penelitian dilakukan (skala ordinal).

(1) besarnya keanggotaan kelompok (2) intensitas diskusi/komunikasi (3) kemampuan anggota kelompok menerapkan inovasi teknologi

(X2.2) Ekologi kelompok berkaitan dengan pengaturan posisi anggota kelompok dalam berdiskusi, pemberian penje-lasan, memberikan semangat kerjasama pada kelompok tani

pendampingan misi teknik

(1) berdiskusi

(2) pemberian penjelasan (3) memberikan semangat kerjasama

Taiwan (skala ordinal) (X2.3) Status dan kekuasaan

berupa kemampuan mempengaruhi orang lain dalam kegiatan komunikasi kelompok tani pendampingan misi teknik Taiwan di Indonesia (skala ordinal). (1) komunikasi terpusat (2) distribusi komunikasi (3) pengambilan keputusan (4) penyelesaian masalah kelompok (X2.4) Kepemimpinan kelompok yang dicirikan oleh ketua/pengurus kelompok dalam menjalankan tugas yang diemban (skala ordinal) (1) keteladanan (2) keterbukaan (3) kepercayaan (4) kepatuhan (5) mendelegasikan kewenangan. (X2.5) Suasana/iklim kelompok

yang terjalin antar sesama anggota di dalam

kelompok tani

pendampingan misi teknik Taiwan di Indonesia saat penelitian dilakukan (skala ordinal)

(1) perasaan (akrab/solid) anggota dalam kelompok

(2) moral /semangat kelompok (3) iklim/kenyamanan kelompok (4) iklim pengambilan keputusan.

(X2.6) Jaringan komunikasi tradisional yang ditetapkan berdasarkan jenis pesan dan arah interaksi yang terjadi dalam kegiatan komunikasi kelompok tani pendampingan misi teknik Taiwan di Indonesia (skala ordinal).

(1) bentuk roda (2) bentuk rantai (3) bentuk Y

(4) bentuk lingkaran

(5) bentuk bintang (all-channel).

Lingkungan fisik (X3) (X3.1) Infrastruktur/sarana komunikasi yang digunakan anggota kelompok tani

pendampingan misi teknik Taiwan di Indonesia saat penelitian dilakukan (skala ordinal)

(1) keterjangkauan secara lokal (2) kecukupan frekuensi/intensitas

memanfaatkan (3) keterjangkauan biaya

(4) kesesuaian dengan keterampil- an menggunakan.

(X3.2) Karakteristik teknologi yang digunakan anggota

kelompok tani

pendampingan misi teknik Taiwan di Indonesia saat penelitian dilakukan (skala ordinal)

(1) keuntungan relatif (2) keserasian (compatibility) (3) tidak rumit (less complexity) (4) dapat dicoba (trialability) (5) dapat dilihat langsung secara

konkrit (observability).

Lingkungan sosial

ekonomi (X4)

(X4.1) Dukungan keluarga sebagai kekuatan pengaruh terhadap penyelenggaraan kegiatan di kelompok tani

pendampingan misi teknik

(1) dukungan moril anggota keluarga

(2) pertentangan kebutuhan tugas di kelompok dengan

Taiwan di Indonesia (skala ordinal)

(X4.2) Dukungan kelembagaan yang eksis sebagai kekuatan pengaruh terhadap penyelenggaraan kegiatan di kelompok tani pendampingan misi teknik Taiwan di Indonesia (skala ordinal).

(1) integrasi dengan lembaga lain (2) Pertentangan kebutuhan/

kepentingan dengan kelompok lain

(X4.3) Dukungan sistem sosial sebagai kekuatan pengaruh terhadap penyelenggaraan kegiatan di kelompok tani pendampingan misi teknik Taiwan di Indonesia (skala ordinal).

(1) belief di masyarakat

(2) sentimen/perasaan masyarakat (3) norma/nilai di masyarakat (4) sanksi masyarakat.

(X4.4) Dukungan Mitra usaha (bisnis) sebagai kekuatan pengaruh terhadap penyelenggaraan kegiatan di kelompok tani

pendampingan misi teknik Taiwan di Indonesia (skala ordinal).

(1) dukungan lembaga bisnis (2) insentif harga produk petani (3) insentif sarana produksi (4) keterjaminan pasar produk.

(X4.5) Iklim Berwirausaha syariah sebagai sikap berusaha tani di kelompok tani pendampingan misi teknik Taiwan di Indonesia (skala ordinal).

(1) memanfaatkan modal (dana dan lahan)

(2) transaksi usahatani (3) memasarkan produk.

(X4.6) Kearifan lokal yang digunakan responden dalam penyelenggaraan kegiatan di kelompok tani pendampingan misi teknik Taiwan di Indonesia (skala ordinal)

(1) pengetahuan lokal (2) keterampilan lokal (3) nilai-nilai lokal

(X4.7) Keterbukaan pasar bagi responden dalam

penjualan dan pemasaran produk

(1) Penjualan produk laku (2) mudah pemasaran produk.

(X4.8) Informasi media massa tersedia bagi responden dalam mengakses informasi (1) Media cetak (2) Media elektronik (3) Internet Pola komunikasi kewirausahaa n petani sayuran (Y1) (Y1.1) Pola komunikasi monologik, yang dilakukan responden petani sayuran dalam kegiatan di kelompok tani pendampingan misi teknik

persepsi petani sayuran tentang penyebaran informasi, kampanye media, dan metode difusi yang satu arah, diukur dengan empat skor jawaban: 1= tidak pernah, 2= jarang, 3= sering, 4 = selalu.

Taiwan di Indonesia (skala ordinal)

(Y1.2) pola komunikasi dialogik, yang dilakukan responden petani sayuran dalam kegiatan di kelompok tani pendampingan misi teknik Taiwan di Indonesia (skala ordinal)

persepsi petani sayuran tentang penyebaran informasi, kampanye media, dan metode difusi yang dua arah, dimana proses dan hasilnya berakhir terbuka dan pembahasan/diskusi.

Kapasitas kewirausahaa n petani sayuran (Y2)

Kemampuan petani anggota kelompok tani pendampingan oleh misi teknik Taiwan di Indonesia dalam berusahatani dengan memperhatikan cara-cara berusaha atau berwirausaha secara (ekonomi) syariah, yang diukur berdasarkan kemampuan technical skill, social skill, dan managerial skill yang dimiliki (skala ordinal).

(1) kemampuan sosial skill (2) kemampuan technical skill (3) kemampuan managerial yang dituangkan dalam perilaku petani dalam bentuk: cognitive, affective dan psychomotoric (keterampilan).

(Y2.1) Technical skill persepsi petani sayuran tentang (1) pengetahuan (cognitive) kewira

usahaan, teknik budidaya, dan cara pengelolaan pasca panen sayuran mereka

(2) sikap (affective) petani terhadap usaha

sendiri/wirausaha sayuran (3) keterampilan (psychomotoric)-

nya melakukan wirausaha sayuran dalam setahun terakhir, dan mampu menyesuaikan dengan permintaan pasar. (Y2.2) Social skill persepsi petani sayuran tentang

(1) pengetahuan (cognitive) kerja- sama, tatacara/teknologi budi daya tanaman sayuran, sistem pemasaran, mendapatkan bibit, pupuk dan berbagai input yang dibutuhkan

(2) sikap (affective) petani terhadap sistem pemasaran, sistem penyediaan input, teknologi yang diterapkan

(3) keterampilan (psychomotoric) melakukan dalam

kepengurusan kelompok, keterlibatan langsung setiap pengambilan keputusan kelompok, dan terlibat dalam pengembangan pemasaran produk.

(Y2.3) Managerial skill (1) persepsi petani sayuran tentang pengetahuan (cognitive) fungsi manajemen dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi budidaya sayuran; teknologi, jalur penyediaan input sampai pasca

panen/pasar; kepemimpinan dalam kelompok

(2) sikap (affective) petani

terhadap cara para pendamping dalam memberikan semangat kerjasama, sistem pembinaan yang dilakukan pendamping, dan sistem pengelolaan dari budidaya sampai pasca panen/ pemasaran.

(3) keterampilan (psychomotoric) partisipatif dalam setiap merencanakan kegiatan bersama para pendamping, mengambil keputusan, dan dalam usaha pengembangan kewirausahaan mandiri.

Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi Validitas Instrumen

Terkait dengan keabsahan data dalam penelitian kuantitatif, maka merujuk pada validitas butir instrumen dan validitas intrumen/skala. Valid bermakna kemampuan butir-butir parameter dan indikator dalam mendukung konstruk suatu peubah dalam instrumen. Suatu instrumen dinyatakan valid (sah), apabila instrumen tersebut betul-betul mengukur apa yang seharusnya diukur. Misalnya: meteran dinyatakan valid untuk mengukur panjang dan tidak dapat dianggap valid jika digunakan untuk mengukur berat atau isi suatu benda.

Pengertian valid dapat dilihat dari dua segi. Pertama, apabila dalam menyusun suatu instrumen, penyusun berusaha memilih soal-soal secara logis diperkirakan dapat mengukur apa yang mau diukur, baik menurut pertimbangan sendiri maupun setelah bertukar pikiran (berkonsultasi) dengan orang lain atau bahkan ahli-ahli di bidang pengetahuan yang bersangkutan, instrumen tersebut dinyatakan telah memiliki content validity. Artinya, isinya diperkirakan sesuai dengan apa-apa yang seharusnya diukur, atau logical validity, yang berarti secara logis, butir-butirnya diperkirakan dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.

Istilah lain yang berhubungan adalah face validity, yaitu kelihatan dari luar sudah valid.

Kedua, bila instrumen yang telah dipergunakan, validitasnya dapat diukur dengan memperbandingkan hasil-hasil pengukurannya dengan hasil pengukuran lainnya. Cara ini menghasilkan apa yang dinamakan empirical validity, yang artinya secara empiris dibandingkan dengan hasil pengukuran lain yang telah diketahui atau dianggap valid atau statistical validity (karena dalam proses pembandingan ini biasanya diperlukan perhitungan-perhitungan statistik). Sebuah instrumen dinyatakan valid apabila instrumen itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Ada istilah baru yang mulai diperkenalkan adalah sahih sehingga validitas diganti menjadi kesahihan. Penggunaan istilah ini secara bergantian tidak menimbulkan masalah sebab semua orang memahaminya.

Suatu intrumen dinyatakan valid apabila instrumen itu “tepat” tetapi istilah tepat belum dapat mencakup semua arti yang tersirat dalam kata “valid” dan kata tepat kadang-kadang digunakan dalam konteks yang lain. Akan tetapi, tambahan kata tepat dalam menerangkan valid dapat memperjelas apa yang dimaksud. Contoh, untuk mengukur besarnya partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, bukan diukur melalui nilai yang diperoleh pada waktu ulangan, tetapi dilihat melalui: kehadiran, terpusatnya perhatian pada pelajaran, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru dan sebagainya. Jadi, “nilai yang diperoleh pada waktu ulangan bukan menggambarkan partisipasi, tetapi menggambarkan prestasi belajar” (Arikunto, 2006).

Istilah valid memberikan pengertian bahwa alat ukur yang digunakan mampu memberikan nilai yang sesungguhnya dari apa yang diinginkan. Konsep valid ini secara sederhana mencakup pengertian bahwa skala atau instrumen yang digunakan dapat mengukur atau mengungkapkan hal-hal yang seharusnya diukur atau diungkapkan. Dengan begitu, jika peneliti ingin mengukur atau mengetahui tentang bagaimana kecerdasan spiritual, misalnya skala atau instrumen tersebut memang memuat pertanyaan atau pernyataan yang menyangkut kecerdasan spiritual. Tentunya dengan mengacu pada konsep teoritis tentang kecerdasan spiritual inilah peneliti mengembangkan skala/instrumen untuk proses pengambilan datanya.

Dari pemahaman di menentukan valid tidaknya pada ketepatan alat ukur/s bidang psikologi konsep validitas penelitian (researc

ukur (test validity).

Dalam pelaksanaan pe agar penelitian yang dila sebagaimana diharapkan memiliki nilai jaminan tingg

Metode yang sering korelasi produk momen (produc

skor setiap butir pertanyaa

inter item-total correlation

berikut:

=

Keterangan:

Xij = skor responden ke-j pa = rata-rata butir pertany = rata-rata total skor tj = total skor seluruh perta r1 = korelasi antara butir pe Pada dasarnya uji mengukur apa yang diukur alat tes, maka alat tes terse menunjukkan apa yang seha validitas tinggi apabila tes t hasil ukur sesuai dengan ma menggunakan kuesioner di yang disusun pada kuesione apa yang menjadi tujuan pene

n di atas, konsep validnya sebuah instrum knya data yang diperoleh peneliti, dan menjadi r/skala/instrumen yang digunakan oleh peneli

p validitas setidaknya memiliki tiga konte

arch validity), validitas soal (item validity), val

n penelitian, ketiga konteks tersebut harusnya dilakukan dapat memberikan data yang se n sehingga proses pengambilan kesimpulanny

nggi.

ng digunakan untuk mencari validitas instrum

product moment correlation, Pearson correlation

aan dengan skor total sehingga sering disebut

ion. Formula yang digunakan untuk itu adala

j pada butir pertanyaan i nyaan i.

uh pertanyaan untuk responden ke-j r pertanyaan ke-i dengan total skor.

uji validitas menunjukkan ukuran yang be kur. Jadi dapat dikatakan semakin tinggi validi rsebut semakin mengenai pada sasarannya, atau

eharusnya diukur. Suatu tes dapat dikatakan m s tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau me makna dan tujuan diadakannya tes tersebut. Pene di dalam pengumpulan data penelitian, maka ioner tersebut merupakan alat tes yang harus n penelitian. rumen turut njadi rujukan neliti. Dalam konteks yaitu: validitas alat ya terpenuhi senyatanya, pulannya juga umen adalah ation),antara ebut sebagai dalah sebagai benar-benar liditas suatu tau semakin n mempunyai memberikan enelitian ini ka item-item us mengukur

Untuk menghitung validitas suatu alat tes salah satu caranya dengan melihat daya pembeda item (item discriminate). Daya pembeda item adalah metode yang paling tepat digunakan untuk setiap jenis tes. Daya pembeda item dalam penelitian ini dilakukan dengan cara “korelasi item-total.” Korelasi item- total yaitu konsistensi antara skor item dengan skor secara keseluruhan yang dapat dilihat dari besarnya koefisien korelasi antara setiap item dengan skor keseluruhan, yang dalam penelitian ini menggunakan koefisien validitas dihitung dengan menggunakan rumus korelasi moment product Pearson (Ancok, 1998).

Tingkat validitas suatu alat ukur dapat diketahui dari nilai koefisien validitasnya dengan rentang antara nol sampai satu, dimana nilai koefisien yang semakin mendekati satu menunjukkan bahwa validitas instrumen penelitian semakin sempurna.

Dari uji validitas di salah satu lokasi di Kabupaten Bogor terhadap 10 responden dengan menggunakan 130 butir pertanyaan/pernyataan pada kuesioner

Dokumen terkait