Bahan Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan 5 ekor kucing lokal (Felis catus) jantan dewasa yang berbobot badan 3–4 kg. Bahan-bahan penelitian yang digunakan antara lain: sediaan anthelmintik Zypiran®, sediaan antibiotik
6
Esofagoskopi
Esofagoskopi adalah pemeriksaan endoskopi yang dilakukan untuk mengevaluasi lumen dan mukosa esofagus. Esofagus merupakan otot yang berbentuk pipa panjang yang mengantarkan bolus makanan dari rongga mulut ke lambung dengan gerakan peristaltik. Sepertiga atas esofagus merupakan otot lurik yang tertutup oleh jaringan submukosa yang tebal dan jaringan ikat. Bagian bawah esofagus merupakan otot polos yang semakin menebal dan berinteraksi terhadap faktor neurogenik dan hormon (Barret 2006). Berdasarkan letaknya, esofagus dibagi menjadi tiga bagian yaitu esofagus cervicalis, esofagus
thoracalis, dan esofagus abdominalis (Moore 2008). Pemeriksaan esofagoskopi dilakukan untuk mengevaluasi hewan yang menunjukkan gejala gangguan esofagus seperti regurgitasi, dysphagia, odynophagia, dan hipersalivasi (Tams 2005). Esofagoskopi juga dapat dilakukan pada hewan yang dicurigai menelan benda yang berpotensi menjadi benda asing dalam esofagus (Tams dan Rawlings 2011). Umumnya, endoskopi menjadi alternatif lain setelah diagnosa penunjang yang lain seperti radiografi dan USG telah dilakukan namun penyebab penyakit belum dapat ditentukan
Gastroskopi
Gastroskopi merupakan pemeriksaan endoskopi yang dilakukan untuk memeriksa lambung. Tams dan Rawlings (2011) menyatakan pemeriksaan gastroskopi diindikasikan untuk penyakit lambung seperti chronic gastritis,
gastric erosions, gastrict foreign bodies, dan gastrict motility disorders. Lambung merupakan tempat terjadinya pencernaan makanan secara kimiawi. Lambung dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian proksimal dan distal lambung. Lambung bagian proksimal kemudian dibagi kembali menjadi tiga bagian yaitu
cardia, fundus, dan corpus. Cardia merupakan bagian yang tipis yang berada dekat dengan esofagus sedangkan fundus terletak di sebelah kiri lambung dan di sebelah cranial corpus lambung. Corpus lambung merupakan bagian terbesar dari lambung yang menghubungkan fundus dengan pylorus. Keseluruhan bagian lambung proksimal berfungsi untuk menghasilkan sekresi cairan lambung. Lambung distal terdiri atas antrum pylorus, canal pylorus, dan spincter pylorus. Lambung distal berfungsi menggiling dan membantu pengosongan lambung (Steiner 2008).
METODE PENELITIAN
Bahan Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan 5 ekor kucing lokal (Felis catus) jantan dewasa yang berbobot badan 3–4 kg. Bahan-bahan penelitian yang digunakan antara lain: sediaan anthelmintik Zypiran®, sediaan antibiotik
7 amoxicillin, sediaan premedikasi atropine sulfat, sediaan anatesi ilium ketamil®
dan ilium xylazil®, alkohol 70%, gel pelumas, dan kapas. Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan untuk penelitian ini adalah satu set endoskop fleksibel tipe Small Animal Gastroscope VET-G1580® dengan diameter scope
8.0 mm dan panjang 1.5 m, mesin radiografi tipe mobile, perlengkapan pelindung, laringoskop, stetoskop, termometer, stopwatch, syringe 1 ml, dan sarung tangan.
Prosedur Percobaan Persiapan dan Aklimatisasi Hewan
Aklimatisasi terhadap kucing dilakukan terlebih dahulu sebelum kucing tersebut digunakan. Selama aklimatisasi, kucing diberi antibiotik dan anthelmintik. Antibiotik yang diberikan adalah sediaan amoxicillin dengan dosis 20 mg/KgBB selama 3 hari. Pemberian anthelmintik dilakukan dengan memberikan sediaan
Zypiran® dengan dosis 5 mg/KgBB dengan satu kali pemberian. Pemberian antibiotik dan anthelmintik dilakukan untuk menghilangkan gangguan saluran pencernaan yang diakibatkan oleh infeksi bakteri atau cacing. Selama aklimatisasi, kucing diberi makan secara teratur dan diberi minum secara ad libitum.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui status kondisi umum hewan dan memastikan tidak ada resiko sebelum dilakukan anastesi. Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi yang diawali dengan pemeriksaan sinyalemen, keadaan umum dan status present. Sinyalemen merupakan identitas yang melekat pada hewan yang meliputi spesies, ras, umur, jenis kelamin, dan ciri khas lain yang membedakan dengan individu yang lain. Keadaan umum hewan yang diamati meliputi perawatan, pertumbuhan badan, dan kondisi vital hewan yang meliputi frekuensi denyut jantung, frekuensi napas, suhu tubuh, capillary refill time (CRT), dan warna mukosa. Untuk memastikan hewan tidak mengalami gangguan pernapasan dan gangguan sirkulasi jantung, auskultasi dilakukan terhadap suara pernapasan dan suara jantung.
Anastesi Hewan
Pemeriksaan endoskopi didahului dengan menghilangkan kesadaran hewan untuk menghindari tindakan yang tidak kooperatif hewan selama pemeriksaan. Sebelum dilakukan anastesi, kucing dipuasakan terlebih dahulu selama minimal 12 jam agar lambung berada dalam keadaan kosong. Anastesi dilakukan dengan memberikan kombinasi sediaan ilium ketamil® dengan dosis 10 mg/KgBB dan ilium xylazil® dengan dosis 2 mg/KgBB. Sebelum dianastesi, hewan diberi atropine sulfat dengan dosis 0.025 mg/KgBB sebagai premedikasi.
8
Pemeriksaan Endoskopi
Hewan yang telah teranastesi kemudian dibaringkan dengan posisi right recumbency dengan kepala sedikit ditegakkan. Laringoscope dimasukan ke dalam mulut hewan untuk mempermudah pemasukan scope ke dalam saluran pencernaan hewan. Scope diberi gel pelumas pada permukaannya kemudian secara perlahan dimasukan ke dalam mulut hewan hingga mencapai regio faring. Pada saat scope
sudah mencapai faring dan organ laring mulai terlihat, pengamatan dan pengambilan gambar dilakukan. Setelah itu, secara perlahan scope dimasukan melalui spinchter esofagus atas menuju esofagus. Insuflasi udara dapat dilakukan agar esofagus mengembang dan mukosa esofagus dapat terlihat dengan jelas. Pengambilan gambar dilakukan setiap scope maju sejauh 1 cm. Hal ini bertujuan untuk membandingkan hasil pencitraan endoskopi pada berbagai bagian esofagus.
Scope kemudian diteruskan hingga mencapai lambung. Esofagus dan lambung dibatasi oleh spinchter esofagus bawah yang dalam keadaan normal berada dalam keadaan tertutup. Dengan sedikit insuflasi udara, spinchter esofagus bawah akan terbuka dan scope dapat dimasukan menuju lambung hingga ujung lambung proksimal yang ditandai dengan adanya incisura angularis. Pengamatan terhadap mukosa dilakukan dengan membagi daerah pengamatan menjadi 4 kuadran/lapang pandang yaitu kuadran I arah jam 10 hingga jam 2, kuadran II arah jam 2 hingga jam 5, kuadran III arah jam 5 hingga jam 7, dan kuadran IV arah jam 7 hingga jam 10 (Steiner 2008).
Konfirmasi Pencapaian Scope dengan Pengambilan Gambar Radiografi Kedalaman scope yang dimasukkan ke dalam tubuh kucing kemudian dikonfirmasi dengan pengambilan gambar radiografi. Gambar radiografi diambil pada regio kepala, thoraks, dan abdominalis dengan posisi left lateral. Pengambilan gambar radiografi daerah kepala diambil dengan menggunakan Miliamperage second esecond dan Kilovoltage Peak diatur pada besaran 2.0 dan 54 serta 2.0 dan 56 untuk daerah thoraks dan abdomen. Keseluruhan gambar radiografi diambil dengan FFD 40 inchi
Analisis Data
Data yang didapat dari penelitian ini dikaji dan dibahas dengan metode deskriptif untuk kemudian diambil simpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pemeriksaan Fisik Kucing Lokal Penelitian
Keseluruhan hewan yang digunakan sebagai hewan penelitian merupakan kucing lokal berjenis kelamin jantan yang memiliki bobot badan 3-4 Kg. Pemeriksaan fisik terhadap kucing-kucing tersebut dilakukan untuk mengetahui status kesehatan dan mendeteksi kelainan-kelainan yang menjadi resiko bila
8
Pemeriksaan Endoskopi
Hewan yang telah teranastesi kemudian dibaringkan dengan posisi right recumbency dengan kepala sedikit ditegakkan. Laringoscope dimasukan ke dalam mulut hewan untuk mempermudah pemasukan scope ke dalam saluran pencernaan hewan. Scope diberi gel pelumas pada permukaannya kemudian secara perlahan dimasukan ke dalam mulut hewan hingga mencapai regio faring. Pada saat scope
sudah mencapai faring dan organ laring mulai terlihat, pengamatan dan pengambilan gambar dilakukan. Setelah itu, secara perlahan scope dimasukan melalui spinchter esofagus atas menuju esofagus. Insuflasi udara dapat dilakukan agar esofagus mengembang dan mukosa esofagus dapat terlihat dengan jelas. Pengambilan gambar dilakukan setiap scope maju sejauh 1 cm. Hal ini bertujuan untuk membandingkan hasil pencitraan endoskopi pada berbagai bagian esofagus.
Scope kemudian diteruskan hingga mencapai lambung. Esofagus dan lambung dibatasi oleh spinchter esofagus bawah yang dalam keadaan normal berada dalam keadaan tertutup. Dengan sedikit insuflasi udara, spinchter esofagus bawah akan terbuka dan scope dapat dimasukan menuju lambung hingga ujung lambung proksimal yang ditandai dengan adanya incisura angularis. Pengamatan terhadap mukosa dilakukan dengan membagi daerah pengamatan menjadi 4 kuadran/lapang pandang yaitu kuadran I arah jam 10 hingga jam 2, kuadran II arah jam 2 hingga jam 5, kuadran III arah jam 5 hingga jam 7, dan kuadran IV arah jam 7 hingga jam 10 (Steiner 2008).
Konfirmasi Pencapaian Scope dengan Pengambilan Gambar Radiografi Kedalaman scope yang dimasukkan ke dalam tubuh kucing kemudian dikonfirmasi dengan pengambilan gambar radiografi. Gambar radiografi diambil pada regio kepala, thoraks, dan abdominalis dengan posisi left lateral. Pengambilan gambar radiografi daerah kepala diambil dengan menggunakan Miliamperage second esecond dan Kilovoltage Peak diatur pada besaran 2.0 dan 54 serta 2.0 dan 56 untuk daerah thoraks dan abdomen. Keseluruhan gambar radiografi diambil dengan FFD 40 inchi
Analisis Data
Data yang didapat dari penelitian ini dikaji dan dibahas dengan metode deskriptif untuk kemudian diambil simpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pemeriksaan Fisik Kucing Lokal Penelitian
Keseluruhan hewan yang digunakan sebagai hewan penelitian merupakan kucing lokal berjenis kelamin jantan yang memiliki bobot badan 3-4 Kg. Pemeriksaan fisik terhadap kucing-kucing tersebut dilakukan untuk mengetahui status kesehatan dan mendeteksi kelainan-kelainan yang menjadi resiko bila
9 dilakukan anastesi. Hasil pemeriksaan fisik kucing lokal penelitian ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil pemeriksaan fisik kucing lokal penelitian
Parameter Kucing 1 Kucing 2 Kucing 3 Kucing 4 Kucing 5
Nama Daniel Jordan David Tomy Tiago
Jenis hewan/spesies Kucing Kucing Kucing Kucing Kucing
Ras/breed Domestik Domestik Domestik Domestik Domestik
Warna rambut dan kulit Abu-abu Abu-abu Belang Kuning Kuning
Jenis kelamin Jantan Jantan Jantan Jantan Jantan
Umur Dewasa Dewasa Dewasa Dewasa Dewasa
Berat badan 3,1 kg 3 kg 3,1 kg 3,3 kg 3,3 kg
Tanda khusus Ekor hitam Tidak ada Pelipis hitam Tidak ada Tidak ada
Perawatan Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
Habitus/tingkah laku Lincah Agresif Agresif Lincah Jinak
Gizi Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
Pertumbuhan badan Sedang Sedang Sedang Bagus Bagus
Sikap berdiri Tegak pada
ke-4 kaki Tegak pada ke-4 kaki Tegak pada ke-4 kaki Tegak pada ke-4 kaki Tegak pada ke-4 kaki Suhu tubuh ( ˚C) 38.4 38 38.4 37.9 38.5
Frekuensi denyut jantung
(x/menit) 36 38 40 40 44
Frekuensi nafas (x/menit) 100 116 104 108 126
Hidung
Kelembaban Lembab Lembab Lembab Lembab Lembab
Warna Rose Rose Rose Rose Rose
Lainnya Tidak ada
discharge Tidak ada discharge Tidak ada discharge Tidak ada discharge Tidak ada discharge Mulut
Warna mukosa Rose Rose Rose Rose Rose
Gigi geligi Sudah ganti Sudah ganti Sudah ganti Sudah ganti Sudah ganti
Lainnya Tidak ada
discharge Tidak ada discharge Tidak ada discharge Tidak ada discharge Tidak ada discharge Mata
Membran niktitan Tersembunyi Tersembunyi Tersembunyi Tersembunyi Tersembunyi
Konjungtiva Rose Rose Rose Rose Rose
Sclera Putih Putih Putih Putih Putih
Cilia Normal Normal Normal Normal Normal
Lainnya Tidak ada
discharge Tidak ada discharge Tidak ada discharge Tidak ada discharge Tidak ada discharge Telinga
Respon Mendengar Ada Ada Ada Ada Ada
Posisi Tegak Tegak Tegak Tegak Tegak
Kebersihan Sedang Bersih Baik Sedang Bersih
Krepitasi Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Leher L.Retropharingealis Tidak teraba Tidak teraba Tidak teraba Tidak teraba Tidak teraba
Trakhea Tidak ada
respon batuk Tidak ada respon batuk Tidak ada respon batuk Tidak ada respon batuk Tidak ada respon batuk
Menurut Eldredge et al. (2008) kucing normal memiliki nilai suhu tubuh, frekuensi denyut jantung, frekuensi napas berturut-turut berada pada kisaran 37.7º-39.4º C, 140-240 kali per menit, dan 20-24 per menit. Berdasarkan kisaran
10
tersebut, kucing lokal penelitian memiliki suhu tubuh yang berada dalam kisaran normal namun memiliki nilai frekuensi denyut jantung yang lebih rendah dan nilai frekuensi pernapasan yang lebih tinggi dari normal. Rendahnya frekuensi denyut jantung diduga karena kucing melakukan sedikit gerak dan berada dalam keadaan puasa. Pergerakan hewan dan aktivitas mencerna makanan akan memmengaruhi status fisiologis hewan dimana hewan yang aktif bergerak dan melakukan aktivitas makan akan memiliki nilai frekuensi denyut jantung yang tinggi, begitupun sebaliknya (Widodo dan Lelana. 2011). Tingginya frekuensi pernapasan kucing lokal penelitian diduga karena hewan mengalami stress atau terkejut saat handling. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Wijaya (2011) yang menyebutkan “ respirasi yang dipercepat terjadi bila hewan terkejut, setelah
banyak bergerak, atau dalam keadaan demam”.
Kedalaman Scope yang Dimasukkan untuk Pemeriksaan
Selama pemeriksaan, kedalaman scope diukur untuk mengetahui organ apa yang teramati pada kedalaman scope tertentu. Dari pemeriksaan yang dilakukan, didapatkan hasil yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Kedalaman scope yang dimasukan untuk mengamati laring, esofagus, dan lambung proksimal
Kucing Kedalaman scope (cm)
Laring Esofagus Lambung Proksimal
Awal Akhir Awal Akhir
1 8 9 26 27 33 2 7 8 24 25 30 3 9 10 27 28 33 4 8 9 27 28 33 5 8 9 27 28 33 Rata-rata 8 ± 0.7 9 ± 0.7 26.2 ± 1.3 27.2 ± 1.3 32 ± 1.4 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa laring kucing lokal teramati dengan memasukkan scope sejauh 8 ± 0.7 cm sedangkan untuk esofagus dan lambung proksimal teramati dengan memasukkan scope sejauh 9 ± 0.7 cm hingga 26.2 ± 1.3 cm dan 27.2 ± 1.3 hingga 32 ± 1.4 cm. Meskipun panjang scope yang dimasukkan diketahui namun panjang esofagus dan lambung kucing yang sebenarnya tidak dapat ditentukan menggunakan endoskop. Ujung endoskop/distal tip mempunyai kemampuan untuk bergerak ke kiri atau ke kanan sehingga terdapat kemungkinan ujung endoskop tidak berada tepat di tengah lumen esofagus atau lambung. Selain itu, batas organ tidak dapat diketahui dengan pasti karena gambar yang ditampilkan oleh endoskopi diambil ketika obyek berada kurang lebih 1 cm di depan kamera yang terdapat diujung endoskop. Obyek yang berada terlalu dekat dengan distal tip akan terlihat terlalu terang akibat pengaruh cahaya yang dihasilkan oleh sumber cahaya. Panjang scope yang dimasukkan untuk pemeriksaan dapat berbeda-beda bergantung untuk ukuran tubuh hewan tersebut.
11 Endoskopi Pencitraan Laring Normal Kucing Lokal Penelitian
Laring tepat teramati dengan memasukkan scope sejauh 8 ± 0.7 cm dari ujung mulut. Gambar 3A menunjukkan epiglotis mulai terlihat ketika scope
mencapai orofaring. Pada gambar tersebut terlihat ujung epiglotis yang berbentuk triangular dengan ujung berbentuk lancip tampak menempel pada langit-langit lunak. Epiglotis memiliki mukosa yang berwarna rose pucat dengan vaskularisasi pembuluh darah pada lapisan submukosa. Epiglotis kucing tidak memiliki pigmentasi sebagaimana epiglotis domba yang terpigmentasi sehingga memiliki warna sedikit kecoklatan (Stierschneider et al. 2007).
Gambar 3B diambil setelah scope dimasukkan lebih dalam hingga distal tip melewati sebagian epiglotis dan berada di depan lumen trakhea. Pada gambar tersebut terlihat dengan jelas glotis, vocal fold, dan sebagian epiglotis. Glotis kucing terlihat tidak terlalu menonjol dan berwarna putih pucat. Mukosa laring berwarna putih pucat, halus, dan mengkilap karena terlapisi oleh saliva. Vocal fold yang menghubungkan glotis dan epiglotis berbentuk menyerupai huruf “V” dengan ujung proksimal berwarna putih dan pangkal distal berwarna lebih kecoklatan. Baik vocal fold dan glotis laring bergerak abduksio dan adduksio secara simetris bilateral. Gerakan adduksio terjadi ketika inspirasi sedangkan gerakan abduksio terjadi saat ekspirasi. Gerakan laring secara simetris ini dikoordinasikan oleh nervus laringeal reccurens yang merupakan cabang dari
nervus vagus (Sebastiani dan Fishbeck 2005).
Gambar 3 Gambar endoskopi laring normal kucing lokal penelitian . (A) pada Kedalaman scope 6 cm, (B) pada kedalaman scope 8 cm. a: langit- langit lunak, b: epiglotis, c: papila lidah, d: vocal fold, e: glotis
Konfirmasi gambar radiografi ketika scope dimasukkan sejauh 8 cm ditunjukkan oleh Gambar 4. Pada gambar tersebut terlihat bahwa scope telah berada di depan laring yang ditandai dengan terlihatnya tampilan sedikit radiopaque yang merupakan tulang rawan laring. Tulang rawan tersebut merupakan rangkaian tulang rawan hyoideus yang terdiri atas Os Stylohyoideus, Os Epihyoideus, Os Ceratohyoideus, dan Os Basihyoideus (Coulson dan Lewis 2002). Scope terlihat berwarna radiopaque, namun berbeda di bagian distal tip.
Distal tip terlihat radiopaque di ujung distal dan radiolucent di bagian proksimal. Pada gambar tersebut, laring dan trakhea terlihat radiolucent karena terisi oleh udara sementara esofagus tidak terlihat karena berada dalam keadaan kolaps dan tertutup oleh lapisan-lapisan otot dan fascia pada leher. Untuk menunjukkan
B
c
Ab
b
a
d
e
12
esofagus pada gambar radiografi diperlukan pewarnaan menggunakan bahan kontras seperti barium sulfat (Thrall 2002). Baik trakhea dan esofagus berjalan
craniodorsal di ventral Os vertebrae cervicalis menuju ke thoraks. Gambar radiografi tersebut membuktikan bahwa pada kedalaman 8 cm scope telah mencapai laring.
Gambar 4 Gambar radiografi saat scope mencapai laring. a: scope, b: laring, c:trakhea
Endoskopi Esofagus Normal Kucing Lokal Penelitian
Esofagus mulai teramati dengan memasukkan scope sejauh 9 ± 0.7 cm dan berakhir pada kedalaman 26.2 ± 1.3 cm. Permulaan esofagus diawali dengan
spinchter esofagus atas dan berakhir pada spinchter esofagus bawah. Spinchter
esofagus atas terletak di caudodorsal glotis dan berada dalam keadaan tertutup/kolaps. Keadaan tersebut ditunjukkan oleh anak panah pada Gambar 5A. Lipatan mukosa spinchter esofagus atas terlihat berkerut memanjang yang membentuk sebuah lengkungan (Gambar 5B). Permukaan mukosa spinchter
esofagus atas terlihat berwarna rose keabu-abuan dengan permukaan yang mengkilap karena terlapisi oleh saliva. Menurut Moore (2008), spinchter esofagus atas terdiri atas M. crichopharyngeus dan M. thyropharingeus yang akan terrelaksasi apabila terdapat bolus makanan pada orofaring. Sedikit insuflasi udara akan merangsang spinchter esofagus atas untuk berelaksasi sehingga scope mudah untuk dimasukkan ke esofagus
13
Gambar 5 Gambar endoskopi spinchter esofagus atas kucing lokal penelitian. (A) pada kedalaman scope 7 cm, (B) pada kedalaman scope 9 cm
Setelah melewati spinchter esofagus atas, endoskop mencapai esofagus
cervicalis, yaitu bagian esofagus yang terletak di dorsal sebelah kiri trakhea di sepanjang leher. Selama pemeriksaan esofagus berada dalam keadaan kosong tanpa adanya sisa-sisa makanan karena hewan telah dipuasakan terlebih dahulu. Gambar 6A menunjukkan keadaan esofagus tanpa insuflasi udara sehingga nampak mukosa esofagus cervicalis yang terlipat secara longitudinal membentuk kerutan di depan ujung endoskop. Setelah pemberian insuflasi udara, esofagus terlihat lebih luas tanpa adanya lipatan mukosa dan terlihat vaskularisasi pembuluh darah. Menurut Lecoindre (1999), pemberian insuflasi udara pada esofagus cervicalis akan menyebabkan mukosa esofagus berdilatasi sehingga terlihat mukosa esofagus yang berwarna merah muda dengan sedikit lipatan mukosa dan sedikit vaskularisasi pembuluh darah. Pemberian ilium xylazil® yang mengandung Xylazine HCl sehingga menyebabkan otot-otot terelaksasi sehingga esofagus dapat mudah berdilatasi ketika dilakukan insuflasi udara (Plumb 2008). Gerak peristaltik esofagus dapat teramati selama pemeriksaan. Mukosa esofagus tampak berkonstriksi dan kemudian bergerak maju menuju lambung. Gerak peristaltik esofagus tersebut mengalami penurunan yang disebabkan pengaruh anastesi yang diberikan (Guyton dan Hall 2006).
Mukosa esofagus cervicalis terlihat abu-abu pucat, mengkilap, dan terlapisi sekresi yang bersifat mukus/mixed. Sekresi mukus/mixed merupakan hasil sekresi kelenjar mukus/mixed yang berada pada lapisan submukosa di sepanjang esofagus (Bacha dan Bacha 2000). Busa yang merupakan hasil interaksi antara udara yang diinsuflasikan dengan sekresi di permukaan esophagus dapat ditemukan di sepanjang esofagus. Kesan trakhea dapat ditemukan pada pemeriksaan endoskopi esofagus cervicalis karena esofagus cervicalis berjalan pada dorsal sebelah kiri trakhea. Kesan trakhea tersebut ditunjukkan oleh anak panah pada Gambar 6B. Meskipun esophagus merupakan saluran bulat seperti pipa, pada saat pemberian insuflasi udara lumen esofagus tidak nampak benar-benar bulat. Hal ini dimungkinkan karena letak esofagus cervicalis yang terhimpit oleh trakhea dan otot-otot leher (Sebastiani dan Fishbeck 2005).
14
Gambar 6 Gambar endoskopi esofagus cervicalis normal kucing lokal penelitian. (A) tanpa insuflasi udara, (B) dengan insuflasi udara
Konfirmasi gambar radiografi yang digunakan untuk mengamati esofagus
cervicalis ditunjukkan oleh Gambar 7. Gambar tersebut diambil dengan memasukkan scope sejauh 12 cm. Terlihat pada gambar tersebut scope telah berada di esofagus cervicalis yang tidak nampak secara jelas. Esofagus cervicalis
tidak dapat diamati dengan jelas karena dikelilingi oleh otot-otot leher dan fascia (Thrall 2002). Pada gambar tersebut ujung scope tepat berada di bawah os vertebrae cervicalis III sedangkan trakhea berwarna radiolucent berjalan di bawah esofagus cervicalis. Persinggungan tersebut yang menyebabkan munculnya kesan trakhea pada esofagus cervicalis. Gambar radiografi tersebut menunjukkan bahwa pada kedalaman 12 cm scope telah mencapai esofagus cervicalis.
Gambar 7 Gambar radiografi saat scope mencapai esofagus cervicalis. a: scope, b: trakhea
Esofagus thoracalis ditandai dengan banyaknya vaskularisasi pada lapisan submukosa, terlihatnya kesan aorta jantung, terlihatnya struktur herringbone, dan tampak bulatnya lumen esofagus saat diinsuflasi dengan udara. Kesan aorta yang terlihat di esofagus thoracalis dapat dilihat pada Gambar 8A. Kesan aorta tersebut teramati pada kuadran 4 yang kemudian berjalan ke caudal hingga perlahan-lahan kesan tersebut menghilang. Kesan tersebut dapat muncul karena di bagian thoraks esofagus bersinggungan dengan basis jantung dan aorta yang keluar dari ventrikel kiri (Sebastiani dan Fishbeck 2005). Struktur bergelombang yang terlihat pada bagian distal esofagus thoracalis (Gambar 8B) adalah struktur khas yang dinamakan dengan herringbone. Herringbone tersebut terbentuk atas lipatan
15 longitudinal dan lipatan transversal mukosa esofagus yang ada pada sepertiga distal esofagus kucing (Moore 2008). Pemberian insuflasi udara pada esofagus
thoracalis akan membuat lumen nampak lebih bulat dibandingkan dengan esofagus cervicalis. Hal ini disebabkan di dalam thoraks esofagus tidak terhimpit oleh banyak organ lain seperti saat berada di leher.
Gambar 8 Gambar endoskopi esofagus thoracalis normal kucing lokal penelitian. (A) pada kedalaman scope 20 cm, (B) pada kedalaman scope 23 cm. a: kesan aorta, b: herringbone
Gambar radiografi yang menunjukkan kedalaman scope yang digunakan