• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2004 sampai dengan September 2005 di empat lokasi Taman Nasional (TN) Gunung Halimun-Salak, meliputi tiga lokasi di wilyah Resor Leuwi Waluh, Kabupaten Sukabumi: Citarik (06047.956’ Lintang Selatan dan 106033.002’ Bujur Timur) pada kisaran ketinggian 1.109-1.274 m di atas permukaan laut (dpl), Cibeureum (06047.567’ LS dan 106034.433’ BT) pada kisaran ketinggian 939-1.297 m dpl. dan Cisalimar (06045.361’ LS dan 106033.622’ BT) pada kisaran ketinggian 927-1.105 m dpl. serta satu lokasi di Resor Cikaniki, Kabupaten Bogor (06044.798’ LS dan 106032.274’ BT) pada kisaran ketinggian 986-1.185 m dpl. Gambar 7 menyajikan lokasi dan jalur penelitian di TN. Gunung Halimun-Salak.

Gambar 7. Lokasi dan Jalur Penelitian di TN. Gunung Halimun-Salak

Penelitian tingkah laku owa jawa dilakukan di fasilitas penangkaran Pusat Studi Satwa Primata, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat Institut Pertanian Bogor (PSSP LPPM IPB) pada bulan April sampai Juli 2006. Sebagai pembanding, digunakan data sekunder owa jawa yang berasal dari Pusat Primata Schmutzer, Jakarta dan Kebun Binatang Taman Sari, Bandung.

Bahan dan Alat Bahan

Satwa yang dijadikan target penelitian adalah owa jawa (Hylobates moloch) yang terdiri dari lima kelompok di Citarik dan Cikaniki, empat kelompok di Cibeureum dan tiga kelompok di Cisalimar dengan rerata setiap kelompok tiga ekor. Selain itu, diamati pula satu kelompok owa jawa di fasilitas penangkaran PSSP LPPM IPB yang terdiri dari sepasang induk dan satu bayi jantan untuk meneliti tingkah laku serta sepasang induk dan dua individu anak pada saat membandingkan kemampuan reproduksi.

Bahan yang digunakan untuk kepentingan analisis vegetasi adalah alkohol 70% yang digunakan sebagai bahan pengawet daun tumbuhan terutama yang tidak dikenali nama lokalnya. Contoh daun tumbuhan dalam setiap tipe hutan dan ketinggian dianalisis di Herbarium Bogoriense, Bogor.

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari perangkat keras dan lunak sebagai berikut, 1) peta lokasi disertai dengan foto land sat; 2) Global Positioning System (GPS) untuk mencatat koordinat pada saat owa jawa diidentifikasi dan melakukan analisis vegetasi; 3) ArcView GIS 3,2 untuk menganalisis data koordinat hasil pencatatan dengan GPS; 4) program Minitab 14, perangkat lunak yang digunakan untuk mendapatkan persamaan garis regresi linier; 5) progam Vortex 9.6, untuk menduga populasi pada kurun waktu tertentu di masa yang akan datang; 6) teropong binokuler; 7) kompas; 8) kamera; 9) plant press untuk membuat sampel vegetasi yang tidak diketahui nama lokal atau tidak diketahui jenisnya; dan 10) alat tulis.

Metode Pengumpulan Data Penentuan Lokasi

Lokasi penelitian ditentukan berdasarkan survei pendahuluan dan informasi sebaran owa jawa dan tipe habitat yang disukai spesies tersebut dari penelitian sebelumnya, serta informasi dari petugas taman nasional dan masyarakat sekitar. Kriteria lain dalam penentuan lokasi penelitian adalah berdasarkan perbedaan tipe hutan, yaitu 1) hutan primer, 2) hutan sekunder, 3) hutan yang berdekatan dengan pemukiman/perkebunan, dan 4) lokasi

32

penelitian yang digunakan sebagai lokasi ekowisata. Luas masing-masing wilayah yang dijadikan areal penelitian adalah 35 ha, dengan kisaran ketinggian lokasi penelitian berkisar antara 927-1297m di atas permukaan laut (dpl).

Analisis Vegetasi

Pengumpulan data vegetasi dilakukan menggunakan metode garis berpetak (Soerianegara dan Indrawan 1998) di hutan primer Citarik dan Cikaniki, serta hutan Cibeureum dan Cisalimar. Pada setiap lokasi penelitian dibuat tiga plot sampel vegetasi sehingga total plot sampel berjumlah 12 plot dengan kriteria 1) lokasi identifikasi owa jawa, dan 2) perbedaan topografi dan habitat yang mewakili lokasi penelitian. Pencatatan jenis vegetasi dilakukan pada setiap ukuran plot yang dibuat pada berbagai tingkatan: semai, pancang, tiang dan pohon. Disain Metode Garis Berpetak disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8. Desain Metode Garis Berpetak keterangan:

plot 2 m x 2 m untuk tingkat semai (permudaan dengan tinggi mencapai 1,5 m); plot 5 m x 5 m untuk tingkat pancang (permudaan dengan tinggi lebih dari 1,5

m dan berdiameter kurang dari 10 cm);

plot 10 m x 10 m untuk tingkat tiang (pohon berdiameter antara 10-19 cm); plot 20 m x 20 m untuk tingkat pohon (diameter batang pohon minimal 20 cm).

Identifikasi pohon pakan dan pohon tidur dilakukan di sepanjang jalur penelitian populasi pada setiap lokasi penelitian. Pencatatan jenis pohon yang dimanfaatkan dilakukan pada saat identifikasi owa jawa memanfaatkan pohon pakan atau memanfaatkan pohon untuk digunakan sebagai pohon tidur.

5 2

20 10

Populasi Owa Jawa Distribusi

Identifikasi distribusi owa jawa di areal penelitian dilakukan secara bersamaan saat pengamatan populasi di sepanjang jalur 3,5 km. Pencatatan dilakukan sebanyak 16 kali dan dicatat posisi koordinat setiap anggota kelompok dengan menggunakan GPS, selanjutnya data tersebut diplotkan ke dalam peta menggunakan Arch view GIS 3.2 sehingga pada akhir penelitian dapat diketahui distribusi kelompok owa jawa di setiap lokasi penelitian.

Komposisi Kelompok

Komposisi kelompok ditentukan berdasarkan pencatatan pada setiap pendeteksian kelompok owa jawa. Pencatatan data kelompok dilakukan setiap kali melakukan pengamatan populasi. Data yang dicatat adalah jumlah individu serta komposisi jantan dan betina berdasarkan kelas umur. Jumlah kelompok yang diidentifikasi berjumlah 17 kelompok, masing-masing lima kelompok di hutan primer Citarik dan Cikanini, empat kelompok di hutan sekunder Cibeureum dan tiga kelompok di hutan sekunder Cisalimar.

Komposisi kelompok pada masing-masing lokasi penelitian dibandingkan satu sama lain untuk mengetahui perbedaan jumlah dan komposisinya serta melihat kemampuan habitat setiap lokasi dalam mendukung populasi Owa Jawa.

Daerah Jelajah dan Interaksi Kelompok

Penentuan wilayah jelajah dilakukan dengan jalan mengikuti kelompok dari saat kelompok mulai bergerak dari pohon tidur sampai kembali ke tempat tidurnya. Aktivitas tersebut dilakukan selama delapan kali ditambah pencatatan setiap kali melakukan pengamatan populasi. Pada saat mengikuti satu kelompok tertentu, dicatat posisi koordinat diidentifikasinya anggota kelompok tersebut menggunakan GPS. Pencatatan lokasi dilakukan pada setiap jarak tertentu berkisar antara 25-50 m tergantung pada keadaan topografi kawasan. Interaksi di dalam dan antar kelompok ditentukan dengan menggunakan metode scan sampling menurut Martin dan Bateson (1986).

34

Estimasi Populasi

Estimasi populasi owa jawa ditentukan berdasarkan penelitian menggunakan line transect sampling (metode jalur) (Subcommittee on Conservation of Natural Populations 1981). Metode line transect sampling sering digunakan di hutan tropika untuk menghitung kelimpahan relatif dan estimasi kepadatan berbagai jenis mamalia (>1 kg) (Wallace et al. 1998). Pada masing-masing lokasi, terlebih dahulu dilakukan pembuatan jalur penelitian sepanjang 3,5 km dengan lebar jangkauan pandang 100 m pada kedua sisi jalur. Jarak pandang ini merupakan asumsi bahwa kemampuan maksimal daya pandang mata manusia adalah 50 m (Subekti et al. 2001). Pada setiap jalur penelitian dilakukan 16 kali ulangan dan diulangi pada musim berbeda, sehingga panjang total jalur penelitian adalah 448km. Masing-masing jalur diberi tanda pada setiap jarak 25m untuk memudahkan dalam mencatat lokasi pendeteksian. Gambar 9 menyajikan disain line transect sampling yang digunakan.

--- --- 3.500 m 50 m 50 m

Gambar 9. Disain Line transect sampling

Penelitian dimulai pada jam 6.30, pengamat berjalan perlahan sambil sesekali berhenti untuk memperhatikan dan mengamati daerah sekitar. Jika satu individu atau sekelompok owa jawa dideteksi, dicatat posisi kuadrat pendeteksian dengan menggunakan GPS, waktu deteksi, lokasi, jarak tegak lurus subyek terhadap jalur, jumlah individu dan komposisi dalam kelompok. Pencatatan jumlah dan komposisi kelompok dilakukan menggunakan metode sensus (Subcommittee on Conservation of Natural Populations 1981), sedangkan aktivitas pada saat deteksi dilakukan dengan menggunakan metode scan sampling (Martin dan Bateson 1986). Pada saat satu kelompok owa jawa diidentifikasi, pengamat akan mengidentifikasi kelompok tersebut selama maksimal 10 menit (Muoria et al. 2003).

Owa Jawa di Fasilitas Penangkaran PSSP LPPM IPB

Penelitian terhadap satu kelompok owa jawa di fasilitas penangkaran Pusat Studi Satwa Primata Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat IPB (PSSP LPPM IPB) dilakukan untuk mengetahui pola aktivitas setiap individu berdasarkan kelas umur dan jenis kelamin satwa, serta kemampuan reproduksi sepasang induk. Penelitian aktivitas harian secara umum dan kemampuan reproduksi dilakukan menggunakan metode focal animal sampling (Altman 1974; Martin dan Bateson 1986).

Model Estimasi Populasi

Pengumpulan data model estimasi populasi owa jawa dilakukan melalui pendekatan pohon pakan dan pohon tidur. Identifikasi pohon pakan dan pohon tidur dilakukan pada saat melakukan penelitian populasi. Berdasarkan identifikasi tersebut dibuat plot sampel menggunakan metode titik pusat kuadran (Kusmana 1997) pada setiap lokasi identifikasi owa jawa. Jumlah plot sampel tergantung jumlah identifikasi owa jawa di setiap jalur penelitian pada masing-masing lokasi penelitian. Disain metode kuadran disajikan pada Gambar 10.

pohon tempat tidur pohon pakan pohon pakan pohon tempat tidur

Gambar 10. Disain Metode Titik Pusat Kuadran (Kusmana 1997) Pada metode titik pusat kuadran ini dicatat satu jenis pohon pakan atau pohon tidur yang paling dekat dengan titik pusat pada masing-masing kuadran. Data yang dikumpulkan dari pohon pakan dan pohon tidur adalah 1) jenis pohon, 2) tinggi, 3) diameter, 4) lebar tajuk, 5) jarak pohon dari jalur penelitian, dan jumlah pohon per jenis. Pohon yang dikonsumsi dan digunakan sebagai pohon tidur tetapi tidak diketahui nama daerahnya, diambil contoh daunnya untuk dianalisis di Herbarium Bogoriense, Bogor.

36

Simulasi Populasi

Simulasi populasi dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Vortex 9.6 (Lacy et al. 2005). Vortex adalah perangkat lunak komputer yang mensimulasi pengaruh tekanan deterministik lingkungan dan genetik pada suatu populasi di alam. Vortex menganggap dinamika populasi sebagai rangkaian kejadian tersendiri seperti: umur pertama betina melahirkan dan umur maksimum betina tersebut masih dapat melahirkan anak (tahun), persentase kelahiran per tahun (%), tingkat kematian per tahun (%), perbandingan jenis kelamin antara anakan, dan katastrofi berdasarkan peluang yang telah ditetapkan. Peluang tersebut dijadikan sebagai variabel konstan atau acak menurut distribusi tertentu. Program Vortex mensimulasi populasi melalui serangkaian tahapan kejadian yang menggambarkan siklus hidup khusus, seperti siklus reproduksi.

Sistem Vortex tidak memberikan gambaran pasti tentang suatu populasi pada kurun waktu tertentu karena input data yang dimasukkan adalah interaksi antara parameter yang berfluktuasi dan acak, dan berdasarkan pertimbangan ketidaktentuan data demografi populasi.

Analisis Data Analisis Vegetasi Komposisi dan Dominansi Jenis

Analisis vegetasi dilakukan untuk mendapatkan komposisi dan dominansi suatu jenis pohon pada lokasi penelitian. Selain itu, berdasarkan analisis vegetasi terebut dapat diperoleh informasi masing-masing karakteristik pohon pakan dan pohon tidur.

Data vegetasi yang diperoleh berdasarkan penggunaan metode garis berpetak dianalisis dengan cara berikut ini:

Kerapatan jenis ke-i (Ki) = jumlah individu jenis ke-i/luas total petak contoh Kerapatan relatif (KR) = (Ki/∑Ki) x 100%

Dominansi jenis ke-i (Di) = luas bidang dasar jenis ke-i/luas total petak contoh Dominansi relatif (DR) = (Di/∑Di) x 100%

Frekuensi jenis ke-i (Fi) = jumlah petak contoh ditemukan jenis ke-i/jumlah total petak contoh

Frekuensi relatif (FR) = (Fi/∑Fi) x 100% Indeks Nilai Penting (INP) = KR + DR + FR

Data pohon pakan dan pohon tidur yang diperoleh berdasarkan metode titik pusat kuadran, dianalisis menggunakan formula (Kusmana 1997).

Jarak rata-rata individu pohon ke titik pengukuran: d1 + d2 + … +dn

đ= _________________ n

keterangan:

d = jarak individu pohon ke titik pengukuran di setiap

kuadran

n = banyaknya pohon

đ = rata-rata unit area/jenis, yaitu rata-rata luasan permukaan tanah yang diokupasi oleh satu jenis tumbuhan

Kerapatan total semua jenis (K) = unit area/(đ)2

Kerapatan relatif suatu jenis (KR) = jumlah individu suatu jenis/jumlah individu semua jenis x 100%

Kerapatan suatu jenis (KA) = KR x K/100

Dominansi suatu jenis (D) = KA x dominansi rata-rata per jenis Dominansi relatif suatu jenis (DR) = D/dominansi seluruh jenis x 100% Frekuensi suatu jenis (F) = jumlah titik ditemukannya suatu

jenis/jumlah semua titik pengukuran Frekuensi Relatif (FR) = F/frekuensi semua jenis

Indeks Nilai Penting (INP) = KR + FR + DR

Lebar tajuk = pengukuran penampang melintang tajuk (X1 dan X2)

Populasi Owa Jawa Distribusi

Pencatatan koordinat setiap kelompok owa jawa yang telah diidentifkasi, diplotkan ke dalam peta menggunakan Arch View GIS 2,3 sehingga bisa diketahui distribusi kelompok pada masing-masing lokasi penelitian.

38

Komposisi Kelompok

Pada saat penentuan komposisi kelompok, dicatat jumlah total anggota kelompok, jenis kelamin dan kelas umur masing-masing individu dalam kelompok berdasarkan hasil identifikasi selama melakukan penelitian populasi. Setiap kelompok pada setiap lokasi penelitian dibedakan berdasarkan kriteria: jantan induk, betina induk, muda, dan bayi. Data komposisi kelompok yang telah diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik sehingga bisa diketahui komposisi setiap kelompok pada masing-masing lokasi penelitian.

Daerah Jelajah dan Interaksi Kelompok

Penentuan daerah jelajah ditentukan dengan cara memplotkan setiap koordinat yang diperoleh dari setiap anggota dalam satu kelompok owa jawa dalam satu hari ke dalam peta. Data koordinat yang dicatat dengan GPS diplotkan ke dalam peta menggunakan Arch view GIS 3,2 sehingga bisa diketahui posisi sebenarnya di dalam peta. Setiap koordinat terluar dari jelajah harian digabungkan membentuk daerah jelajah suatu kelompok pada kurun waktu tertentu.

Estimasi Populasi

Penentuan estimasi populasi dilakukan dengan menganalisis data yang telah diperoleh menggunakan formula (Subcommittee on Conservation of Natural Populations 1981):

P = D x A keterangan:

P = Populasi

D = Kepadatan populasi A = Areal yang dihuni

Kepadatan populasi bisa diperoleh dengan menghitung jumlah individu yang diidentifikasi dan membaginya dengan luas areal penelitian, seperti formula berikut:

Jumlah individu teridentifikasi D = ---

Owa Jawa di Fasilitas Penangkaran PSSP LPPM IPB

Data kemampuan reproduksi dan komposisi kelompok owa jawa di fasilitas penangkaran PSSP LPPM IPB dibandingkan dengan kemampuan reproduksi dan komposisi owa jawa di TN. Gunung Halimun-Salak, sedangkan pola aktivitas betina dewasa owa jawa dibandingkan dengan aktivitas betina dewasa owa jawa di dua kebun binatang yang berbeda, yaitu Pusat Primata Schmutzer, Jakarta dan KB. Taman Sari, Bandung. Pola aktivitas harian secara umum ditentukan berdasarkan persentse aktif dan istirahat kelompok owa jawa sehingga bisa diperoleh hubungannya dengan kemampuan reproduksi masing-masing kelompok.

Model Estimasi Populasi

Pendugaan model estimasi populasi dilakukan berdasarkan analisis hubungan peubah-peubah yang diamati, yaitu pohon pakan dan pohon tidur. Data yang diperoleh dari pengukuran pohon pakan dan pohon tidur dianalisis menggunakan perangkat lunak Minitab versi 14. Jumlah pohon pakan dan pohon tidur yang dihasilkan dari metode kuadran diolah satu persatu dengan menggabungkannya dengan jumlah owa jawa yang diidentifikasi pada setiap penelitian populasi. Pada proses tersebut, peubah dimasukkan satu persatu dengan mendahulukan peubah yang paling berpengaruh, kemudian dimasukkan peubah lain yang memiliki pengaruh yang lebih kecil. Pada tahap berikutnya, rerata pohon pakan dan pohon tidur digabungkan dengan kepadatan populasi owa jawa untuk dianalisis dengan cara yang sama. Hasil akhir analisis tersebut, dibuat berdasarkan pendekatan persamaan regresi linier sederhana dan ganda (Mattjik dan Sumertajaya 2002):

Y = ά + β1x1 + …+ βnxn keterangan:

Y = populasi

ά = intersep β = koefisien arah

x1…xn = peubah bebas (masing-masing jumlah pohon pakan dan pohon tidur)

40

Simulasi Populasi

Untuk menduga populasi owa jawa pada kurun waktu tertentu di masa yang akan datang, digunakan perangkat lunak Vortex versi 9,5 (Lacy et al. 2005). Berbagai parameter yang berhubungan dengan data owa jawa dimasukkan ke dalam program tersebut untuk dilakukan simulasi berdasarkan parameter yang tersedia. Mengingat sangat terbatasnya data lapangan untuk beberapa parameter yang dibutuhkan, digunakan data sekunder baik dari genus yang sama tetapi spesies berbeda, maupun dari spesies yang sama tetapi berasal dari penangkaran atau kebun binatang dengan dilakukan penyesuaian. Jika informasi yang dibutuhkan tidak tersedia di lapangan, maka dilakukan suatu pengandaian sehingga bisa diketahui dampak yang terjadi pada kurun waktu tertentu di masa yang akan datang.

Vegetasi Komposisi dan Dominansi Jenis

Analisis vegetasi di setiap lokasi penelitian dilakukan untuk mengetahui potensi setiap habitat dalam mendukung kebutuhan hidup owa jawa di TN. Gunung Halimun-Salak. Berdasarkan hasil analisis vegetasi pada setiap lokasi penelitian tersebut, selanjutnya diidentifikasi jenis pohon yang dimanfaatkan sebagai pohon pakan dan pohon tidur. Hasil analisis vegetasi pada seluruh lokasi penelitian menunjukkan bahwa terdapat 52 jenis vegetasi tingkat pohon, terdiri dari 30 jenis pohon diidentifikasi di hutan primer Citarik, 26 jenis di hutan primer Cikaniki, 19 jenis di hutan sekunder Cibeurem dan 17 jenis pohon di hutan sekunder Cisalimar. Jenis pohon yang mendominasi lokasi penelitian dan memiliki rerata Indeks Nilai Penting (INP) paling tinggi berturut-turut adalah, pasang batarua (Quercus gemiliflorus Blume, 19,02%); puspa (Schima wallichii

(DC.) Korth, 18,79%); saninten (Castanopsis javanica Blume, 17,98%), rasamala (Altingia excelsa Noronha, 17,35%) dan kokosan monyet (Antidesma tetandrum

Bl, 14,47%). Beberapa jenis pohon tersebut mendominasi lokasi penelitian tertentu, sehingga walaupun jenis tersebut dapat diidentifikasi di suatu lokasi, belum tentu menjadi jenis yang paling dominan di lokasi tersebut. Tabel 5 menyajikan lima jenis pohon yang mendominasi setiap lokasi penelitian.

Tabel 5. Nilai INP Tertinggi Jenis Pohon di Citarik, Cikaniki, Cibeureum dan Cisalimar Menggunakan Metode Garis Berpetak

Lokasi Jenis KR (%) FR (%) DR (%) INP (%)

Hutan Primer Citarik

1. Pasang kapas (Lithocarpus sp.) 1,92 2,08 18,68 22,68

2. Puspa (Schima wallichii) 3,85 4,17 12,15 20,21

3. Pasang batarua

(Quercus gemiliflorus)

3,85 4,17 12,15 20,17

4. Saninten (Castanopsis javanica) 5,77 6,25 7,3 19,32

5. Kokosan monyet

(Antidesma tetandrum)

42

Tabel 5. (Lanjutan) Lokasi Jenis KR (%) FR (%) DR (%) INP (%) Hutan primer Cikaniki

1. Darangdan (Ficus sinuata) 5,41 5,41 24,82 35,63

2. Mumuncangan

(Ostodes paniculata)

8,11 5,41 7,27 20,78

3. Rasamala (Altingia excelsa) 5,41 5,41 8,73 19,54

4. Saninten (Castanopsis javanica) 5,41 5,41 8,39 19,20

5. Hamerang (Ficus padana) 5,41 5,41 8,06 18,87

Hutan

sekunder Cibeureum

1. Puspa (Schima wallichii) 10,35 8,00 25,94 44,28

2. Darangdan (Ficus sinuatai) 6,90 8,00 17,80 32,69

3. Pasang batarua (Quercus gemiliflorus) 6,90 8,00 9,45 24,34 4. Mumuncangan (Ostodes paniculata)) 6,90 8,00 6,71 21,61

5. Kondang (Ficus variegata) 6,90 8,00 6,10 21,00

Hutan Sekunder

Cisalimar

1. Daranggan (Ficus sinuata) 12,00 8,70 28,86 49,56

2. Pasang batarua

(Quercus gemiliflorus)

12,00 8,70 10,88 31,58

3. Rasamala (Altingia excelsa) 8,00 8,70 9,96 26,65

4. Kondang (Ficus variegata) 8,00 8,70 7,68 24,37

5. Kokosan monyet

(Antidesma tetandrum)

8,00 8,70 6,85 23,54

Keterangan:

KR = Kerapatan Relatif DR = Dominansi Relatif

FR = Frekuensi Relatif INP = Indeks Nilai Penting

Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa besarnya rerata INP jenis pohon yang sama pada setiap lokasi penelitian menunjukkan nilai yang berbeda, karena adanya perbedaan jumlah identifikasi jenis pohon tersebut serta perbedaan

jumlah total pohon pada setiap lokasi penelitian. Pasang kayang (Lithocarpus

sp.) merupakan pohon yang paling mendominasi hutan primer Citarik,

sedangkan di hutan primer Cikaniki dan hutan sekunder Cisalimar didominasi

oleh darangdan (Ficus sinuata Thunb.) dan di hutan sekunder Cibeureum

Hutan primer Citarik dan Cikaniki merupakan habitat yang memiliki jumlah jenis pohon yang lebih tinggi dibandingkan habitat Cibeureum dan Cisalimar. Hal ini bisa terjadi karena selain Citarik dan Cikaniki merupakan hutan primer, habitat Citarik jauh dari lokasi pemukiman penduduk sehingga akses untuk mencapai kawasan tersebut lebih sulit dibandingkan ke lokasi lainnya, sedangkan lokasi penelitian di hutan primer Cikaniki, merupakan bagian dari program ekowisata yang dilaksanakan taman nasional, sehingga kontrol kawasan di hutan primer ini dilakukan lebih intensif. Selain itu, masyarakat sekitar Cikaniki dilibatkan dalam

program ekowisata sebagai pemandu wisata atau mengelola guest house dan

home stay yang sepenuhnya dilakukan oleh masyarakat, sehingga gangguan yang terjadi pada kawasan relatif rendah. Hutan sekunder Cibeureum berdekatan dengan areal perkebunan masyarakat, tetapi karena lokasinya berjauhan dengan jalan utama yang digunakan sebagai perlintasan masyarakat, maka keragaman jenis pohonnya lebih tinggi dibandingkan hutan sekunder Cisalimar. Selain itu, komunitas masyarakat yang tinggal paling dekat dengan lokasi penelitian Cibeureum adalah masyarakat yang masih menjunjung tinggi budaya tradisional dalam berinteraksi dengan lingkungan. Keragaman jenis pohon terendah terdapat di hutan sekunder Cisalimar yang berbatasan langsung dengan areal perladangan masyarakat. Salah satu penyebab rendahnya keragaman jenis pohon di Cisalimar adalah terjadinya penyempitan luas kawasan akibat semakin meluasnya aktivitas perladangan yang mengarah ke dalam kawasan taman nasional. Selain itu, terjadi fragmentasi habitat yang menyebabkan terpecahnya habitat yang pada awalnya merupakan satu kesatuan menjadi dua habitat yang lebih kecil. Terpecahnya habitat ini secara langsung mengakibatkan penurunan luas habitat dibandingkan luasan sebelumnya. Keadaan ini, selain secara langsung mengancam habitat Cisalimar, diantaranya penurunan jumlah jenis dan kerapatan pohon, akan berpengaruh pula terhadap penurunan populasi owa jawa, karena berkurangnya sumber pakan dan hilangnya peluang interaksi dengan populasi pada habitat lainnya. Tingginya intensitas pembukaan dan pembakaran lahan di Cisalimar untuk dijadikan areal perladangan disajikan pada Gambar 11.

44

a b

Gambar 11. Pembakaran Lahan (a) untuk Dijadikan Perladangan (b)

Rendahnya keragaman pohon di Cisalimar menyebabkan kurang beragamnya pohon yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan owa jawa, sehingga jumlah populasi yang dapat menghuni kawasan tersebut merupakan populasi paling rendah dibandingkan kawasan lain. Adanya gangguan berupa

perusakan habitat Cisalimar sesuai dengan pernyataan Primack et al. (1998)

yang menyatakan bahwa ancaman utama pada keanekaragaman hayati yang disebabkan oleh kegiatan manusia adalah perusakan habitat, fragmentasi habitat, penggunaan spesies yang berlebihan untuk kepentingan manusia, introduksi spesies-spesies eksotik dan penyebaran penyakit. Ancaman terhadap keanekaragaman hayati tersebut disebabkan oleh penggunaan sumberdaya alam yang semakin meningkat dengan semakin bertambahnya populasi manusia.

Berdasarkan jenis vegetasi yang diperoleh pada tingkat pohon di semua lokasi penelitian, maka dapat diidentifikasi jenis pohon yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan owa jawa.

Pohon Pakan

Identifikasi sumber pakan pada seluruh lokasi penelitian diperoleh 33 jenis pohon pakan owa jawa yang dikelompokkan ke dalam 11 famili. Persentase terbesar jenis pohon pakan yang dimanfaatkan sebagai sumber pakan tersebut berasal dari famili Moraceae (24,2%), Fagaceae (24,2%), Myrtaceae (12,1%), Euphorbiaceae (9,1%) dan Meliaceae (9,1%). Beberapa jenis vegetasi yang

dimanfaatkan sebagai sumber pakan antara lain, darangdan (Ficus sinuata

Thunb.), pasang batarua (Quercus gemiliflorus Blume), rasamala (Altingia

yang dimanfaatkan sebagai sumber pakan di TN. Gunung Halimun-Salak diidentifikasi pula di TN. Ujung Kulon yakni Moraceae (Rinaldi 1999). Berdasarkan hasil penelitiannya, dilaporkan bahwa terdapat 27 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan owa jawa sebagai sumber pakan di TN. Ujung Kulon,

diantaranya Ficus callophylla Blume yang termasuk ke dalam famili Moraceae;

Spondias pinnata , Diospyros hermahprodita Bakh. dan Pometia pinnata. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Chivers (2000) yang melaporkan bahwa jenis pohon dari famili Moraceae dan Euphorbiaceae merupakan pohon

yang paling umum digunakan sebagai sumber pakan bagi gibbon. Beberapa

jenis pohon lain yang sering digunakan sebagai sumber pakan berdasarkan penelitian tersebut berasal dari famili Leguminosae, Myrtaceae, Annonacea,

Dokumen terkait