Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret – Mei 2015 dengan interval waktu pengambilan sampel setiap bulan. Pengambilan sampel ikan dilakukan di perairan Selat Malaka kecamatan Tanjung Beringin dapat dilihat pada Gambar 3. Identifikasi dan pengamatan sampel ikan dan gonad ikan dilakukan di Laboratorium Terpadu Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Sumatera Utara, Medan. Analisis sampel histologi gonad ikan dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian (sumber : www.serdangbedagaikab.go.id) Alat dan Bahan
Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah termometer, GPS (Global Positioning System), secchi disk, botol winkler, refraktometer, pH meter,
jaring insang (gillnet) dengan mesh size jaring 3,8 cm sepanjang 11 meter dan lebar 2,4 meter, coolbox, alat bedah, buku identifikasi, gelas ukur, erlemeyer, botol film (untuk sampel), pipet tetes, mistar dengan ketelitian 1 mm, timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gram, alat tulis, kamera digital, spidol permanen, kertas label, tisu, mikroskop dan gelas objek.
Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah ikan kembung, formalin 4 % dan 10 % sebagai pengawet gonad, akuades, bahan yang digunakan untuk mengukur DO yaitu MnSO4, KOH-KI, H2SO4, Na2S2O3, Amilum, bahan
yang digunakan dalam pembuatan histologi gonad, yaitu alkohol 70 ˗ 100 %,
xylen, parafin, gliserin, xylol, pewarna haematoxyline mayers, larutan eosin, dan perekat entilen. Alat dan Bahan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.
Kondisi Perairan Selat Malaka Tanjung Beringin
Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 3° 16° LS, 98° 27° BT dengan luas wilayah 1.900,22 km2. Kecamatan Tanjung Beringin dengan luas wilayah 74,17 km2 berbatasan dengan sebelah Utara dengan Serdang Bedagai, sebelah Selatan dengan Pantai Cermin, sebelah Timur dengan Tebing Tinggi, sebelah Barat berbatasan dengan Sei Rampah. Kecamatan Tanjung Beringin ini terbagi atas beberapa desa yaitu Suka Jadi, Mangga Dua, Nagur, Pekan Tanjung Beringin, Bagan Kuala, Tebing Tinggi, Pematang Cermai, dan Pematang Terang. Penelitian ini berlangsung pada musim peralihan. Penelitian ini dilakukan ketika air laut di tanjung beringin sudah mulai pasang karena apabila keadaan surut maka perahu tidak dapat bergerak menuju stasiun penelitian. Prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2.
Deskripsi Area
Deskripsi area penelitian setiap stasiun adalah sebagai berikut : a. Stasiun 1
Stasiun ini terletak di daerah paling dekat dengan muara yang secara geografis
terletak pada 03º 30 19,7 LU dan 099º 16 55,7 LS sampai 03º 30 07,4 LU
dan 099 º 17 10,3 LS. Profil kondisi stasiun 1 dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Profil kondisi stasiun 1 b. Stasiun 2
Stasiun ini berjarak ±1,8 km dari stasiun 1 dan jarak dengan bibir pantai ±3.7 km yang secara geografis terletak pada 03º 29 40,3 LU dan 099º 18
06,6 LS sampai 03º 29 32,5 LU dan 099º 18 19,5 LS. Profil kondisi
stasiun 2 dapat dilihat pada Gambar 5.
c. Stasiun 3
Stasiun ini berjarak ±1,8 km dari stasiun 2 dan jarak dengan bibir pantai ±3.7 km yang secara geografis terletak pada 03º 29 20,3 LU dan 099º 18
58,4 LS sampai 03º 29 09,4 LU dan 099º 19 08,1 LS. Profil kondisi
stasiun 3 dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Profil kondisi stasiun 3 Prosedur Penelitian
Penentuan Stasiun Pengambilan Sampel
Penentuan stasiun pengambilan sampel berdasarkan lokasi penangkapan ikan oleh nelayan yang dibagi menjadi tiga stasiun. Lokasi penangkapan ikan berjarak 3,7 km dari bibir pantai dan jarak antar stasiun masing-masing 1,8 km. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga kali dengan selang waktu satu bulan sekali. Pengambilan sampel ikan menggunakan alat tangkap jaring insang (gill net) dengan mesh size jaring 3,8 cm sepanjang 11 meter dan lebar 2,4 meter. Jaring diturunkan ke perairan dengan pergerakan perahu yang berlawanan dengan arus. Setelah 1 jam jaring dinaikkan ke atas perahu.
Sampel ikan yang ditangkap sebanyak 30 – 200 ekor per pengambilan sampel dengan ukuran ikan yang bervariasi di lokasi penelitian. Kemudian sampel ikan dimasukkan kedalam 3 coolbox telah berisi es sesuai dengan setiap stasiun.
Pengukuran parameter fisika-kimia perairan
Pengukuran parameter fisika dan kimia air dilakukan pada saat pengambilan sampel ikan secara langsung pada setiap stasiun selama penelitian dengan interval waktu setiap bulan (Lampiran 3). Parameter yang diukur adalah suhu, salinitas, kecerahan, pasang surut, pH, dan dissolved oxygen. Data fisika kimia perairan dapat dilihat pada Lampiran 4.
Suhu (°C)
Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan alat termometer, dengan cara termometer dimasukkan secara langsung kedalam perairan dan dibiarkan selama 2 menit lalu dibaca skala dari termometer tersebut dan dicatat.
Kecerahan
Pengukuran kecerahan dilakukan dengan alat secchi disk yang dimasukkan kedalam perairan tetapi usahakan tali tegak lurus terhadap permukaan laut dan pengukuran ini dilakukan di beberapa titik agar mendapatkan hasil pengukuran yang tepat.
Salinitas
Pengukuran salinitas air laut dilakukan dengan menggunakan refraktometer. Pengambilan sampel air dimasukkan kedalam refraktometer, lalu dibaca nilainya dan dicatat.
Pasang Surut
Pasang surut dilakukan dengan cara mengamati secara langsung keadaan di laut saat melakukan pengambilan sampel dimana keadaan laut pasang atau surut dan melakukan wawancara kepada nelayan setempat.
Potential Hydrogen (pH)
Pengukuran pH air dilakukan dengan menggunakan pH indikator yang dimasukkan secara langsung kedalam perairan, lalu dibaca nilainya dan dicatat. Dissolved Oxygen (DO)
Pengukuran oksigen terlarut menggunakan metode winkler dengan reagen kimia yaitu MnSO4, KOH-KI, H2SO4, Na2S2O3, dan Amilum (Lampiran 5). Pengamatan Sampel Ikan
Sampel ikan yang diperoleh langsung diukur panjang total dan tinggi badan menggunakan penggaris dengan ketelitian 1 mm serta bobot ikan ditimbang menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,01 g. Kemudian ikan dibedah dimulai dari bagian anus menuju bagian dorsal di bawah linea lateralis sampai ke belakang operculum, kemudian ke arah ventral hingga ke dasar perut dengan menggunakan gunting bedah untuk diamati gonadnya guna penentuan jenis kelamin dan tingkat kematangan gonad. Kemudian gonad ditimbang menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,01 g. Gonad jantan dan gonad betina yang memiliki TKG I dan II yang mewakili setiap stasiun dimasukkan ke dalam formalin 4% untuk pembuatan histologi sedangkan gonad betina yang memiliki TKG III dan IV dibagi dua, sebagian dimasukkan ke dalam formalin 4% untuk pembuatan histologi dan sebagian lagi dimasukkan kedalam alkohol 70%. Proses pembuatan preparat gonad histologi dapat dilihat pada Lampiran 6.
Pengamatan Morfologi Gonad
Pengamatan struktur anatomi dilakukan dengan dua cara, yaitu cara morfologis dan cara histologis. Pengamatan dengan cara morfologi dilakukan secara visual yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Penentuan tingkat kematangan gonad ikan kembung secara morfologi (Larasati, 2011).
TKG Betina Jantan
I
Ovari seperti benang, panjangnya sampai ke depan rongga tubuh, serta permukaannya licin
Testis seperti benang,warna jernih, dan ujungnya terlihat di rongga tubuh
II
Ukuran ovari lebih besar. Warna ovari kekuning-kuningan, dan telur belum terlihat jelas
Ukuran testis lebih besar pewarnaan seperti susu III Ovari berwarna kuning dan secara
morfologi telur mulai terlihat
Permukaan testis tampak
bergerigi, warna makin putih dan ukuran makin besar
IV
Ovari makin besar, telur berwarna kuning, mudah dipisahkan. Butir minyak tidak tampak, mengisi 1/2-2/3 rongga perut
Dalam keadaan diawet mudah putus, testis semakin pejal
V
Ovari berkerut, dinding tebal, butir telur sisa terdapat didekat pelepasan
Testis bagian belakang kempis dan dibagian dekat pelepasan masih berisi
Tabel 2. Penentuan tingkat kematangan gonad ikan kembung secara histologi (Larasati, 2011).
Histologi Betina Jantan
Imature
didominasi oleh oogonia bulatan telur yang kecil dan berjejer teratur
Spermatogonium dengan jaringan ikat yang kuat Pre matur
tahap perkembangan awal yang didominasi oleh oosit primer dan sekunder
Spermatosit primer
Matur
didominasi oleh oosit pada tahap vitelogenesis 1 dan 2, terkadang sudah ada yang 3
Spermatosit primer berkembang menjadi spermatosit sekunder dan berukuran lebih besar Ripening
Didominasi oleh oosit pada tahap vitelogenesis 2 dan 3. Tahap ini ikan akan siap memijah
Spermatosit sekunder berkembang menjadi
spermatozoa untuk membuahi sel telur
Ripe Didominasi oleh oosit atresi Analisis Perhitungan
Faktor kondisi
Faktor kondisi dapat dihitung berdasarkan panjang dan berat ikan. Jika pertumbuhan ikan bersifat isometrik, maka faktor kondisi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Effendie, 1979) :
K =
Jika pertumbuhan bersifat allometrik maka dapat digunakan rumus : K =
Keterangan:
K = Faktor kondisi W = Berat ikan (gram) L = Panjang ikan (mm) a dan b = Konstanta
Ketentuan Faktor kondisi (Suwarni, 2009) :
FK 0 – <1 : ikan tergolong yang bentuk badan yang pipih atau tidak gemuk. FK 1 – 3 : ikan tergolong yang bentuk badan kurang pipih
Nisbah kelamin
Nisbah kelamin dapat dihitung dengan membandingkan antara jumlah ikan jantan dan ikan betina. Secara matematis nisbah kelamin dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
NK =
Keterangan :
Nk = Nisbah kelamin
M = Jumlah total ikan jantan (ekor) F = Jumlah total ikan betina (ekor)
Ukuran panjang pertama kali matang gonad
Ukuran panjang pertama kali matang gonad dapat dihitung dengan persamaan Udupa (1986) yaitu :
M = antilog (m) = XK + (X/2) –(X x ∑pi)
Keterangan :
Pi = ri / ni dan ni = ni + 1
Jika selang kepercayaan 95% (α = 0,05), maka selang ukuran pertama kali matang gonad dapat dihitung dengan :
Antilog (m ± 1.96 x
Keterangan :
m = Log panjang ikan pada kematangan gonad pertama.
Xk = Log nilai tengah kelas panjang dimana semua ikan (100%) sesudah matang gonad.
pi = Proporsi ikan matang pada kelas ke-i.
ri = Jumlah ikan matang pada kelas panjang ke-i. ni = Jumlah seluruh ikan pada kelas panjang ke-i. Indeks kematangan gonad
Untuk mengetahui perubahan yang terjadi dalam gonad secara kuantitatif,
dapat dinyatakan “Indeks Kematangan Gonad”. Untuk menghitung indeks
kematangan gonad dihitung dengan rumus sebagai berikut (Effendie, 1979) : IKG x 100%
Keterangan :
IKG = Indeks kematangan gonad Bg = Berat gonad (gram) Bt = Berat tubuh (gram) Fekunditas
Fekunditas ditentukan dengan metode gabungan dengan menggunakan rumus (Effendie, 1979):
F Keterangan :
F = Fekunditas (butir) G = Berat gonad total (gram) V = Isi pengenceran (ml) X = Jumlah telur tiap ml
Q = Berat gonad contoh (gram) Analisis Data
Hubungan panjang bobot
Menurut Effendie (1979), untuk menentukan hubungan panjang bobot dapat digunakan rumus sebagai berikut :
W = aLb Keterangan :
W = Berat tubuh ikan (gr) L = Panjang tubuh ikan (mm) a dan b = Konstanta
Berdasarkan persamaan di atas apabila nilai b ≠ 3 maka pertumbuhan ikan
bersifat allometrik, bahwa pertambahan panjang tidak seimbang dengan pertambahan berat. Bila nilai b = 3 maka pertumbuhan ikan bersifat isometrik, yang berarti bahwa pertambahan panjang seimbang dengan pertambahan berat. Data ikan kembung lelaki setiap bulan dapat dilihat pada Lampiran 7, Lampiran 8, dan Lampiran 9.
Untuk menentukan bahwa nilai b = 3 atau tidak sama dengan 3, maka digunakan uji-T, dengan rumus (Walpole, 1992) :
Thitung =
Keterangan:
ß = Penduga tidak bias bagi b Sb = Simpangan baku
Hipotesa :
Ho : b = 3 pola pertumbuhan isometrik H1 : b ≠ 3 pola pertumbuhan allometrik
Selanjutnya Thit yang didapat dibandingkan dengan Ttabel pada selang kepercayaan 95%. Jika Thit > Ttabel maka tolak H0, dan sebaliknya jika Thit < Ttabel maka terima H0. Perhitungan Analisis Anova Ikan Kembung Lelaki dapat dilihat pada Lampiran 10.