Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2015. Penelitian ini di lakukan di Desa Denai Kuala, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, refraktometer, kamera digital, pipet tetes, tisu, softwere Arc GIS 9.3, dan GPS (Global
Positioning System). pH meter, ember, botol sampel, tali, thermometer. Bahan
yang digunakan adalah akuades, air sumur dangkal dan kuisioner bagi pemilik sumur di Desa Denai Kuala, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang alat dan bahan dapat dilihat pada Lampiran 6 , Lampiran 7, dan Lampiran 8.
Parameter yang Diamati Suhu
Suhu diukur langsung dilapangan dengan menggunakan termometer. Termometer diikat dengan tali sepanjang ± 4 meter, kemudian dimasukkan ke dalam air sumur sampai termometer bersentuhan dengan air dan ditunggu sekitar 15 menit. Setelah itu dilihat suhu pada termometer tersebut.
TSS (Total Suspended Solid)
Sampel air diambil dan dimasukkan ke dalam botol sampel, kemudian dibawa ke Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas I Medan.
Salinitas
Salinitas diukur langsung di lapangan dengan menggunakan refraktometer. Sampel air diambil dengan menggunakan pipet tetes dan ditetesi pada refraktometer kemudian dicatat nilai salinitas yang diperoleh.
Bau dan Rasa
Sampel air diambil dan dimasukkan ke dalam ember, apakah berbau dan berasa atau tidak. Pengukuran bau dan rasa ini tergantung pada reaksi individu maka hasil yang dilaporkan tidak mutlak.
Derajat Keasaman (pH)
Sampel air diambil dan dimasukkan ke dalam ember kemudian diukur dengan menggunakan pH meter kemudian dicatat pH yang diperoleh.
Total Coliform
Sampel air diambil dan dimasukkan ke dalam botol sampel, kemudian dibawa ke Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas I Medan.
Metode Penelitian Pengambilan Data
Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan adalah pengambilan sampel air sebanyak 80 sumur dangkal untuk menentukan salinitas air sumur. Data sekunder meliputi luas wilayah Desa Denai Kuala, data jumlah penduduk, dan data jumlah pengguna sumur dangkal.
Teknik pengambilan data yang dipakai dalam penelitian ini dengan cara penentuan titik koordinat sumur penduduk di Desa Denai Kuala, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang dengan menggunakan alat GPS (Global
Positioning System). Kemudian pengukuran salinitas air sumur menggunakan
refraktometer.
Dokumentasi berupa foto menggambarkan deskriptif yang cukup digunakan sebagai data pelengkap untuk meyakinkan keadaan yang sebenarnya. Dilanjutkan dengan studi pustaka merupakan teknik yang digunakan untuk mendapatkan data-data sekunder, berupa data-data kependudukan, lokasi penelitian, luas wilayah dan data-data lain yang dibutuhkan dalam penelitian. Data diperoleh dari kantor kepala desa dan kantor kecamatan. Kemudian wawancara dilakukan secara formal dan informal (terjadwal dan tidak terjadwal) di tempat resmi dan di tempat umum atau tidak resmi. Pada tahap akhir dilakukan analisis data pengolahan data dengan program softwere Arc GIS 9.3 dengan output peta persebaran salinitas air sumur dangkal.
Penentuan Sampel
Desa Denai Kuala merupakan salah satu daerah yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara yang berada di kecamatan Pantai Labu dengan luas 81,85 km2 (Nizamuddin, 2014). Geografis Desa Denai Kuala adalah 3o40’-3o41’ Lintang Utara 98o 55’-98o56’ Bujur Timur. Desa Denai Kuala memiliki luas 459 Ha, yang terdiri dari 4 Dusun yaitu Dusun I, Dusun II, Dusun III, dan Dusun IV. Desa Denai Kuala di sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Binjai Bakung, sebelah timur berbatasan dengan
Sei Ular, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Sarang Burung. Peta Desa Denai Kuala dapat dilihat pada Gambar 4 .
Gambar 4. Peta Desa Denai Kuala Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang
Teknik pengambilan sampel yang digunakan secara random sampling. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan jumlah pengguna sumur dangkal di Desa Denai Kuala yaitu 393 sumur perhitungan terdapat di Lampiran 4. Karena jumlah sampel lebih dari 100, dapat diambil antara 10%-15% sebagai ukuran sampel. Dengan rumus Slovin (Setiawan, 2007) sebagai berikut:
n
= �1+�(�)2
Keterangan:
n = Ukuran sampel yang dibutuhkan N = Ukuran populasi
Prosedur Penelitian
Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan adalah dengan melakukan survey lapangan kegiatan pengumpulan data sekunder yang dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan melalui wawancara dengan pegawai kantor Kepala Desa sehingga diperoleh luas wilayah, jumlah penduduk dan jumlah pengguna sumur. Kemudian penentuan lokasi sumur, penentuan jumlah sumur dangkal ditentukan berdasarkan intensitas sampling. Jumlah sumur dangkal yang diukur salinitasnya adalah 80 sumur. Lokasi setiap sumur dangkal diidentifikasi menggunakan GPS sehingga diperoleh koordinat geografis dari masing-masing sumur.
Pengukuran salinitas masing-masing sumur dangkal dengan mengambil airnya, dan diukur salinitasnya dengan menggunakan refraktometer. Nilai salintas yang diperoleh akan diklasifikasikan berdasarkan menurut jenis air yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi air menurut jenis air
Kadar Garam (mg/l) Jenis Air
<500 Air Tawar/ Bersih
500-1500 Sedang
1500-5000 Payau
>5000 Asin
Nilai salinitas yang diperoleh akan diklasifikasikan berdasarkan jumlah konsentrasi garam di dalam air dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2. Klasifikasi air berdasarkan jumlah konsentrasi garam (mg/l)
Klasifikasi Konsentrasi Garam (mg/l)
Sangat bagus <175 Bagus 175-525 Diijinkan 525-1400 Meragukan 1400-2100 Berbahaya >2100 Sumber : Kodoatie (1996)
Pengolahan data koordinat geografis sumur dangkal dan analisis data hasil akhir yang diperoleh, diolah menggunakan softwere Arc GIS 9.3. Pengolahan data menghasilkan peta sebaran salinitas yang akan memperlihatkan pola sebaran salinitas. Data pengguna sumur, titik koordinat, salinitas, klasifikasi, dan jenis air.
Analisis Data
Untuk mengetahui status mutu kualitas air, digunakan metoda storet yaitu membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status mutu air. Klasifikasi penilaian skor dengan metode storet sistem nilai dari US-EPA (Environmental Protection Agency adalah:
(1) Kelas A : baik sekali, skor = 0 > memenuhi baku mutu (2) Kelas B : baik, skor = -1 s/d -10 > cemar ringan (3) Kelas C : sedang, skor = -11 s/d -30 > cemar sedang (4) Kelas D : buruk, skor = ≥-31 > cemar berat
Penentuan Status Mutu Air Dengan Metode Storet
Penentuan status mutu air dengan menggunakan metode storet dilakukan dengan langkah- langkah pengumpulan data kualitas. Bandingkan data hasil pengukuran dari masing-masing parameter kualitas air dengan nilai baku mutu yang sesuai dengan kelas air. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran ≤ baku mutu), maka di beri skor 0, Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran > baku mutu), maka diberi skor, sesuai pada Tabel 3.
Tabel 3. Skor Nilai Baku Mutu Air Jumlah
Parameter
Nilai
Parameter
Fisika Kimia Biologi
< 10 Maksimum -1 -2 -3 Minimum -1 -2 -3 Rata-rata -3 -6 -9 ≥10 Maksimum -2 -4 -6 Minimum -2 -4 -6 Rata-rata -6 -12 -18
Sumber: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.115 Tahun 2003.
Pengelolaan sumberdaya air mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumberdaya Air. Sedangkan Pengelolaan Kualitas Air berpacu pada PP. No. 82 Tahun 2001. Berikut tabel faktor fisika kimia pada PP. No. 82 Tahun 2001 dengan ketetapan angka yang telah ditetapkan sehingga dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Kelas
Parameter Satuan
I II III IV
Fisika
Suhu 0C deviasi 3 deviasi 3 deviasi 3 deviasi 5 TSS mg/l 50 50 400 400 TDS mg/l 1000 1000 1000 1000 Kimia pH - 6-9 6-9 6-9 5-9 Biologi Total Coliform jml/100ml 1000 5000 10000 10000
Sumber : PP. No. 82 Tahun 2001
Klasifikasi mutu air menurut PP. No. 82 Tahun 2001 Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas
a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut dapat dilihat pada Lampiran 5.