• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di dua tempat. Pengambilan data lapangan dilakukan di hutan tanaman Pinus yang terletak di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung Hulu. Pengolahan dan analisis citra dilakukan di Laboratorium Analisis Lingkungan dan Pemodelan Spasial Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, IPB. Pengambilan data keanekaragaman jenis burung dilakukan pada bulan Juni 2005 sampai Juli 2005 (Tabel 3) .

Tabel 3. Lokasi pengamatan keanekaragaman jenis burung Hutan Tanaman Pinus Jumlah Titik Pengamatan Bentuk Pengambilan Data

Penggunaan Lahan Sekitar yang Berpengaruh

Lokasi A 6 Transek jalur Daerah perkebunan teh Lokasi B 6 Transek jalur Daerah pemukiman Lokasi C 6 Transek jalur Daerah riparian Lokasi D 6 Transek jalur Dekat hutan alam

Pemilihan lokasi berdasarkan pada bentuk patch , luas patch, jarak dari lokasi ke sumber keanekaragaman dan pengaruh dari lingkungan sekitarnya. Pada lokasi A untuk melihat pengaruh perkebunan teh terhadap keanekaragaman jenis burung. Lokasi B untuk melihat pengaruh pemukiman terhadap keanekaragaman jenis burung. Lokasi C dipilih untuk melihat pengaruh keberadaan sungai terhadap jenis burung. Pada lokasi D untuk melihat pengaruh hutan alam. Berdasarkan pernyataan Utari (2000) bahwa kondisi vegetasi stratifikasi yang lengkap akan meningkatkan relung bagi burung yang ada di dalamnya.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelit ian ini adalah burung dan habitat sebagai objek yang diamati, data spasial kawasan DAS Ciliwung Hulu yang terdiri dari citra Ikonos tahun 2003 dan peta rupa bumi skala 1 : 25.000. Peralatan yang digunakan di lapangan adalah alat tulis, kamera, Global Positioning System (GPS), binokuler, buku panduan pengenalan jenis burung, pencatat waktu, pita ukur, kompas serta tape recorder dan kaset untuk merekam suara burung. Alat yang digunakan untuk

mengolah dan menganalisis citra adalah satu paket Sistem Informasi Geografis (perangkat keras dan lunak) termasuk Pc dan software Arc View 3.2.

Teknik Pengumpulan Data

Survey Pendahuluan

Survey pendahuluan dilakukan untuk mengetahui keadaan di lapangan dan mengetahui lokasi pengamatan tersebut. Pengambilan titik-titik di lapangan menggunakan Global Positioning System (GPS) yang digunakan untuk geokoreksi citra dan membantu untuk kegiatan klasifikasi penutupan lahan. Survey ini dilakukan untuk memastikan bahwa lokasi tersebut adalah hutan tanaman Pinus. Selain itu juga dilakukan studi literatur untuk mengetahui kondisi umum lokasi penelitian.

Pengumpulan Data Burung di Lapangan

Pengambilan data burung di lapangan dilakukan inventarisasi dengan menggunakan metode IPA (Indices Ponctuels d’Abondence). Metode ini cocok digunakan untuk suatu area yang luas dan seragam. Dalam metode ini, pengamat berhenti pada suatu titik di habitat yang diamati, dan menghitung semua burung yang terdeteksi selama selang waktu 20 menit. Pengamatan dimulai pada pagi hari pukul 06.00 - 09.00 WIB pada jalur pengamatan yang telah ditentukan. Penentuan jalur pengamatan di lapangan dilakukan secara terarah, agar burung yang ditemui adalah jenis burung yang ada di habitat tersebut. Hasil yang didapat dengan metode ini berupa kelimpahan relatif.

Pada setiap lokasi di buat 6 titik pengamatan dan jarak antar titik adalah 200 m dengan pengulangan sebanyak 5 kali setiap lokasi. Banyaknya lokasi, plot tiap lokasi dan ulangan pengamatan yang diambil karena pertimbangan biaya, waktu dan kemampuan pengamat. Data burung yang diambil saat pengamatan adalah jenis burung, jumlah individu dan aktivitas burung (Gambar 2).

200 m

1000 m

Gambar 2. Bentuk titik pengamatan dengan menggunakan metode Point Count atau IPA

Pengumpulan Data Spasial DAS Ciliwung Hulu

Pengumpulan data spasial dilakukan dengan mengumpulkan citra Ikonos tahun 2003 dan peta rupa bumi. Posisi titik pengamatan ditandai dengan menggunakan

Global Positioning System (GPS). Adapun data yang diambil di lapangan yaitu

titik-titik untuk geokoreksi pada hutan tanaman dan pengamatan penggunaan lahan di sekitar lokasi pengamatan burung.

Pengambilan Data Habitat

Pengamatan struktur vertikal penutupan tajuk dilakukan dengan membuat diagram profil pohon. Dalam pengukuran struktur vertikal, dibuat petak ukur pengamatan berukuran 50 x 20 m. Pengukuran dilakukan terhadap kedudukan vegetasi, penutupan tajuk, arah tajuk, tinggi tajuk, tinggi bebas cabang vegetasi dan diameter batang setinggi dada. Pengambilan data habitat ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemanfaatan habitat oleh burung-burung yang ada di lokasi penelitian.

Pengolahan Data

Kelimpahan Burung

Kelimpahan burung merupakan total jumlah individu burung yang ditemukan selama pengamatan. Perhitungan jumlah dari jenis-jenis burung yang ada dengan melihat nilai kelimpahan tiap-tiap spesies (van Balen, 1984) yaitu :

Pi =

burungtotalburungspesiesi

Keanekaragaman Jenis Burung

Menurut Odum (1993) untuk melihat nilai keanekaragaman jenis dapat dilakukan dengan mengunakan rumus berikut :

H’ =

Piln Pi Dimana : H’ = nilai keanekaragaman jenis

Untuk mengetahui penyebaran individu burung diukur dari nilai keseragaman antar jenis burung (Odum 1993), sebagai berikut :

E = LnS

H '

dimana : S = banyaknya jenis burung tiap plot e = nilai keseimbangan antar jenis Sebaran Burung

Sebaran burung dapat dianalisa dengan mengunakan rumus : Frekuensi Jenis (Fj) = contoh plot seluruh Jumlah burung jenis suatu ditemukan plot Jumlah Frekuensi Relatif (FR) = 100% jenis seluruh Frekuensi jenis suatu Frekuensi ×

Dominans i Jenis Burung

Burung dikatakan dominan dalam suatu habitat apabila kerapatan relatifnya lebih besar dari 5%, memiliki kerapatan sedang apabila kerapatan relatifnya 2-5% dan dikatakan tidak dominan jika kerapatan relatifnya kurang dari 2 % (Helvoort, 1981).

Nilai kerapatan relatif didapatkan dari rumus : Kerapatan Jenis (Kj) = contoh plot Luas jenis suatu Jumlah Kerapatan Relatif (KR) = 100% jenis seluruh Kerapatan jenis suatu Kerapatan ×

Indeks Kesamaan Jenis Burung

Kesamaan jenis burung di tiap lokasi dapat dilihat dengan indeks kesamaan jenis (Similarity Index) dengan melakukan analisis dendrogram. Indeks yang digunakan adalah indeks kesamaan jenis Jaccard (1901) diacu dalam Krebs (1978).

Similarity Index (SI) =

c b a a + +

Citra Ikonos

Penentuan lokasi pengamatan

Klasifikasi citra dengan

screen digitizing

Citra hasil klasifikasi

Cek lapangan Peta lokasi pengamatan

Pemotongan citra dengan buffering point 500 m

Dimana : a = Jumlah jenis yang umum di komunit as A dan B

b = Jumlah jenis yang ada di komunitas A tapi tidak ada di komunitas B c = Jumlah jenis yang ada di komunitas B tapi tidak ada di komunitas A

Pengolahan Data Spasial Elemen Lanskap

Pengolahan data spasial dilakukan dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Sistem Informasi Geografis digunakan untuk menggabungkan data spasial dan data atribut, melakukan penampalan (overlay) data-data spasial. Pengolahan citra dilakukan dalam beberapa tahapan (Gambar 3).

Gambar 3. Proses pengolahan citra

Ada beberapa tahapan analisis citra dengan ikonos untuk mendeteksi tingkat keanekaragaman burung pada lokasi pengamatan di DAS Ciliwung Hulu adalah :

1. Pemotongan Citra (Subset Image )

Pemotongan citra dilakukan dengan memotong wilayah yang menjadi objek studi. Dibuat dengan buffering point dengan jarak 500 m dari lokasi penelitian. 2. Pengklasifikasian Citra (Image Clasification)

Pembagian kelas klasifikasi dibuat berdasarkan kondisi penutupan lahan sebenarnya di lapangan dan dibatasi menurut kebutuhan pengklasifikasian.

Tahapan klasifikasi dilakukan dengan metode screening digitiser yakni dengan mendeliniasi pola -pola penggunaan lahan yang ada secara visual pada layar monitor menggunakan Arc View 3.2.

3. Meletakkan titik-titik pengamatan, sehingga terbentuk peta baru. Dalam peta baru dilakukan pengukuran kuantitas elemen lanskap.

Menurut Elkie et al. (1999) untuk mengetahui data kuantitas lanskap dapat digunakan Patch Analisys dengan software Arc View sehingga dapat diketahui nilai-nilai sebagai berikut :

a. Class Area (CA) : jumlah keseluruhan area dari patch

pada kelas yang sama

b. Total Lanscape Area (TLA) : total lanskap

c. Number of Pathces (NumP) : jumlah keseluruhan patch d. Mean Patch Size (MPS) : rata-rata luasan patch e. Median Patch Size (MePS) : nilai tengah luasan patch

f. Patch Size of Standard Deviation (PSSD) : standar deviasi pada patch, bila PSSD = 0 maka patch memiliki ukuran yang sama atau hanya ada satu patch

g. Patch Size Coefficient of Variance (PSCoV): koef isien variansi dari patch

(PSSD/MPS x 100%)

h. Total Edge (TE) : total perimeter edge

i. Edge Density (ED) : jumlah edge relatif terhadap total area (TE/TLA)

j. Mean Patch Edge (MPE) : rata-rata panjang edge per patch

(TE/NumP)

k. Mean Perimeter-Area Ratio (MPAR) : jumlah dari rasio perimeter dengan luasan patch dibagi jumlah patch l. Mean Shape Index (MSI) : kekomplekan bentuk yaitu jumlah

tiap perimeter patch dibagi dengan akar pangkat dua luasan patch, kemudian dibagi dengan poligon

Pengambilan data keanekaragaman jenis

burung

Pengukuran data kuantitatif lanskap dengan Patch

Analysis

m. Area-Weighted Shape Index (AWSI) :area yang penting bagi kekomplekan bentuk

n. Mean Patch Fractal Dimension (MPFD) :mengukur tingkat kekomplekan bentuk

o. Area-Weighted Mean Patch Fractal Dimension :area yang penting bagi kompleksitas bentuk

p. Shannons Diversity Index (SDI) : mengukur keragaman patch

q. Shannons Evennes Index (SEI) : mengukur distribusi dan kelimpahan patch.

Alur kerja dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Citra Ikonos Tahun 2003

Interpretasi secara screnn digitizing

Penggunaan lahan

Ground checking

Peletakan plot contoh pengamatan

Pengaruh lanskap terhadap keanekaragaman jenis burung Gambar 4. Bagan alir penelitian

Analisis Data

Hasil Patch analisys diuraikan secara deskriptif untuk melihat pengaruh faktor lanskap terhadap keanekaragaman jenis burung.

Dokumen terkait