• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan yaitu: Kulit kacang tanah

NaHSO3 Aquadest

III.2. Alat

1. Labu leher tiga

2. Motor Pengaduk 3.Termometer 4. Pendingin Balik 5. Kompor Pemanas 6. Penangas Air 7. Klem 8. Statif

Program Studi S-1 Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jatim  20 

 

III.3. Gambar rangkaian alat

Gambar III.1. Rangkaian alat penelitian

III.4. Variabel

1. Variabel Tetap

a. Suhu reaksi dan tekanan : ± 105oC

b. Tekanan : (1 atm)

Program Studi S-1 Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jatim  21   

c. Kecepatan pengadukan : 80 rpm d. Waktu reaksi : 30 menit

e. PH : 4

f. Ukuran kulit kacang : ± 50 mesh 2. Variabel Peubah

a. Konsentrasi NaHSO3 (% berat) : 20, 25, 30, 35,dan 40 b. Perbandingan reaktan dan bahan baku : 10 : 1 ; 10 : 2 dan 10 : 3 III.5. Prosedur Penelitian

a. Perlakuan awal

Kulit kacang dicuci terlebih dahulu menggunakan air, kemudian setelah itu dikeringkan dengan bantuan panas matahari. Setelah kering, dihaluskan dengan menggunakan blender, kemudian diayak untuk mengambil serbuknya yang lolos ± 50 mesh dijadikan sebagai bahan baku untuk proses selanjutnya.

b. Proses Sulfonasi

Bahan yang sudah berbentuk serbuk direaksikan ke dalam reaktor labu leher tiga dengan larutan bisulfit dengan konsentrasi yang berbeda sesuai dengan variabel yang dijalankan. Untuk Perbandingan berat bisulfit dan kulit kacang disesuaikan dengan variabel yang dijalankan. PH diatur 4, kemudian dipanaskan pada suhu yang ditetapkan ± 105oC dengan kecepatan pengaduk konstan 80 rpm. Langkah ini diulangi untuk semua variabel yang dijalankan. Lalu hasil reaksi disaring sehingga didapatkan residu dan filtrat. Residu dibuang dan filtratnya diambil untuk dianalisa kadar surfaktannya.

Program Studi S-1 Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jatim  22 

 

c. Analisa produk surfaktan

1. Analisa Kualitatif : Menggunakan instrumen GC (Gas Chromatograph)

2. Analisa Kuantitatif :Menggunakan instrumen spektrofotometri UV- Visibel

III.6. Skema Proses Penelitian

Persiapan bahan baku (pencucian dan pengeringan)

Serbuk Kulit Kacang

Reaktor (Labu Leher Tiga)

Kulit Kacang Tanah

Penghalusan menggunakan Blender

Kondisi tetap operasi : Suhu = ± 1050 C, PH 4 Kecepatan pengaduk 80 rpm Waktu Reaksi = 30 menit

Variabel berubah : Perbandingan berat : 10:1 ; 10:2 dan 10;3

Konsentrasi larutan perebus NaHSO3 :

20, 25, 30, 35 ,dan 40 %

Pengayakan

Penyaringan

Program Studi S-1 Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jatim  23 

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Penelitian

Analisa Kualitatif

Gambar IV.1. Analisa kualitatif filtrat menggunakan metode Gas Chromatography

Tabel IV.1. Hasil Analisa Kualitatif filtrat Menggunakan Gas Chromatograph

Filtrat Endapan

Filtrat mengandung lignosulfonat

Analisa Kualitatif dan Kuantitatif

Program Studi S-1 Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jatim  24 

 

(Sumber : Laboratorium Energi Pusat Robotika Kampus ITS)

Analisa Kuantitatif

Tabel IV.2. Hasil Analisa Kuantitatif Menggunakan Spektrofotometer UV-Visibel

Bisulfit : Kulit Kacang Konsentrasi NaHSO3

(%berat) Konsentrasi Lignosulfonat (%berat) 10 : 1 20 1.52 25 2.70 30 3.58 35 5.04 40 5.10 10 : 2 20 4.01 25 5.17 30 6.35 35 6.64 40 6.67 10 : 3 20 4.35 25 5.26 30 6.46 35 6.69 40 6.68

(Sumber : Laboratorium Energi Pusat Robotika Kampus ITS)

Program Studi S-1 Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jatim  25 

 

IV.2.1. Pengaruh kadar larutan pemasak NaHSO3 terhadap kadar

lignosulfonat yang dihasilkan

Gambar IV.2 . Hubungan Antara Kadar Larutan Pemasak NaHSO3 dengan Kadar Lignosulfonat yang dihasilkan

Pembahasan

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa semakin besar kadar larutan pemasak NaHSO3 maka kadar lignosulfonat yang dihasilkan semakin besar juga untuk masing-masing perbandingan reaktannya. Hal ini disebabkan karena reaksi antara lignin dan bisulfit bersifat searah. Oleh karena itu, jika kadar NaHSO3 diperbesar

Kadar Larutan NaHSO3(%berat)

Bisufit : Kulit Kacang

K a dar Lign osulfo nat (%berat)

Program Studi S-1 Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jatim  26 

 

maka kadar produk yang dihasilkan juga semakin besar. Kadar produk yang semakin besar ini tidak akan menggeser kesetimbangan kearah reaktan karena reaksi bersifat searah.(Kennet W. Britt,1970)

Laju reaksi pada sulfonasi lignin sebanding dengan jumlah ion sulfite (HSO3-).

Oleh karena itu, pada konsentrasi ion sulfite atau konsentrasi larutan pemasak NaHSO3 yang tinggi maka laju reaksi sulfonasi akan tinggi sehingga kadar

lignosulfonat yang dihasilkan juga semakin besar. Dapat dilihat pada grafik diatas bahwa kadar ligsulfonat tertinggi dan mulai konstan mencapai 6,69 % pada konsentrasi larutan pemasak NaHSO3 35%. Pada penambahan konsentrasi larutan

pemasak NaHSO3 diatas 35 % memberi pengaruh yang kurang signifikan terhadap

konsentrasi produk yang dihasilkan, ditunjukkan dengan penambahan sampai kadar NaHSO3 40 % terjadi penurunan produk lignosulfonat yaitu 6,68 %.

IV.2.2. Pengaruh perbandingan reaktan terhadap konsentrasi lignosulfonat yang dihasilkan

 

10 : 1 10 : 2 10 : 3

Berat NaHSO3 : Berat kulit kacang

Kadar Lign

osulfo

nat

(%b

erat)

Program Studi S-1 Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jatim  27 

 

Gambar IV.3. Hubungan antara Perbandingan Berat Reaktan dengan Konsentrasi

Lignosulfonat yang dihasilkan

Pembahasan :

Dari grafik hubungan antara perbandingan berat reaktan dengan konsentrasi

lignosulfonat pada konsentrasi NaHSO3 (% berat) 20 % , 25 %, 30 %, 35 %, dan 40 % dapat dilihat bahwa konsentrasi lignosulfonat semakin meningkat dengan

bertambahnya perbandingan berat kulit kacang tanah dan larutan bisulfit dengan

konsentrasi NaHSO3 yang tetap . Hal ini disebabkan jika semakin besar jumlah kulit kacang tanah yang direaksikan maka konsentrasi lignin dalam larutan yang

direaksikan juga semakin banyak, sehingga semakin banyak lignin yang bereaksi

dengan larutan NaHSO3 dan lignosulfonat yang terbentuk akan semakin banyak sesuai dengan reaksi sebagai berikut :

Program Studi S-1 Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jatim  28 

 

Karena reaksi bersifat searah maka dalam reaksi ini kulit kacang tanah berlaku sebagai reaktan pembatas, reaksi sempurna apabila lignin habis bereaksi dengan NaHSO3. Dengan konsentrasi lignin yang lebih tinggi maka akan dihasilkan lignosulfonat yang lebih banyak, diperoleh hasil optimum yaitu pada perbandingan 10 : 3 untuk perbandingan berat larutan NaHSO3 terhadap berat kulit kacang tanah .

 

Hasil optimum yang diperoleh dapat digunakan untuk menghitung konversi atau derajat kesempurnaan dari reaksi pembuatan lignosulfonat dengan mereaksikan bahan dasar lignin dari limbah kulit kacang tanah dan larutan NaHSO3. Konversi dari reaksi tersebut yaitu sebesar 34,28%. Hal ini menunjukkan bahwa hanya 34,28 % dari lignin yang berasal dari kulit kacang tanah dapat terkonversi menjadi lignosulfonat. Sementara hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh kadar lignosulfonat yang lebih tinggi. Fenomena yang terlihat justru setelah direaksikan dengan larutan NaHSO3 kadar lignin yang dihasilkan semakin murni menjadi lebih besar dari kondisi awal. Lignosulfonat yang diperoleh merupakan hasil by-product dari sulfite pulping, sehingga hasil yang diperoleh tidak maksimal.

Penelitian untuk mengkaji pembuatan lignosulfonat menggunakan limbah kulit kacang ini menghasilkan kadar lignosulfonat mencapai 6,99%. Hasil yang diperoleh tidak jauh berbeda dari penelitian sebelumnya, dikarenakan proses yang digunakan hampir sama. Penelitian sebelumnya menggunakan bahan dasar lignin

Program Studi S-1 Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jatim  29 

 

berbeda sehingga untuk kondisi-kondisi pada proses berbeda. Dikarenakan

struktur lignin dari setiap tumbuhan berbeda satu sama lain, sehingga

membutuhkan perlakuan yang berbeda.

 

 

 

 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 KESIMPULAN

Hasil penelitian kajian awal pembuatan surfaktan dari limbah kulit kacang tanah

dapat disimpulkan bahwa :

1. Konsentrasi lignosulfonat semakin meningkat dengan bertambahnya

perbandingan berat kulit kacang tanah dan berat bisulfit dengan

konsentrasi NaHSO3 yang tetap.

2. Semakin besar kadar larutan pemasak NaHSO3 maka kadar lignosulfonat

produk yang dihasilkan semakin besar juga.

3. Hasil optimum dari penelitian yang kami peroleh yaitu pada konsentrasi

surfaktan 6,99 % pada kondisi konsentrasi NaHSO3 35% dan

perbandingan 10:3.

Program Studi S-1 Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jatim  30 

 

V.2 SARAN

Disarankan untuk penelitian ini agar dilanjutkan dengan terlebih dahulu dilakukan isolasi lignin yang ada pada kulit kacang tanah kemudian disintesis langsung melalui proses sulfonasi sehingga diperoleh kemurnian lignosulfonat yang lebih tinggi dan lebih variatif dalam menggunakan variabel penelitian.

Program Studi S-1 Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jatim DAFTAR PUSTAKA

Anonim . 2011 . Pengetahuan tentang Sodium Bisulfite (Online) (http://en.wikipedia.org/wiki/Sodium_bisulfite , diakses 20 Maret 2012) Anonim.2011. Tinjauan Pustaka Tentang Surfaktan (Online),

(http//repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17135/4/Chapter%20II.pd f , diakses 20 Maret 2012)

Collepardi M. 2005. Chemical Admixtures Today. Proceedings of Second International Symposium on Concrete Tecnology for Sustainable February - Development with EmpHasis on Infrastructure; Ponzano Veneto (Italy), 27 February-3 March 2005. hlm 527-541.

Danarti dan Sri Najiyati. 1998. Palawija, Budidaya dan Analisis Usaha Tani.Penerbit Swadaya, Jakarta.

Darnoko G.P., A. Sugiharto dan S. Sugesty. 1995. Pembuatan pulp dari tandan kosong sawit dengan penambahan surfaktan. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit 3(1): 75-87.

Davin LB, Lewis NG. 2005. Lignin primary structures and dirigent sites. Current Opinion in Biotechnology 16:407–415.

Fengel D. dan G. Wegener. 1985. Kayu: Kimia, ultra struktur, reaksi-reaksi. Terjemahan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Gurgulak J.D. dan S.E. Lebo. 2000. Commercial use of lignin-based materials. Di dalam Glasser W.G., R.A. Northey, T.P. Schultz (eds.), Lignin: Historical, biological, and materials perspectives. Oxford University Press, Washington pp. 304-320

Hepi, Ari . 2007 . Studi Awal Pembuatan Surfaktan Dari Ampas Tebu . Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, UniversitasDiponegoro

Ibnuhayyan, 2008. Pengetahuan tentang Surfaktan (Online),

(http://ibnuhayyan.wordpress.com/2008/09/10/surfaktan/, diakses 20

Maret 2012)

Ismiyati. 2008. Perancangan proses sulfonasi lignin isolat tkks menjadi surfaktan natrium lignosulfonat (NLS). [Disertasi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kirk, R.E, and Othmer, D.P, (1981), Encyclopedia of Chemical Technology,

Fourth Edition, Volume 15, John Willey and Sons, Inc.

Program Studi S-1 Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jatim UniversitasDiponegoro

Mudiastuti, Sri. 2009. Natrium Lignosulfonat Sebagai Agen Pendispersi Pada Bahan Adukan Mortar Green Building. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, Jakarta.

Ouyang X, Qiu X, Chen P. 2006. Physicochemical Characterization Of Calcium Lignosulfonate – A Potentially Useful Water Reducer. Colloids and Surfaces A: Physicochem. Eng. Aspects 283-286: 489-497.

R. Murni, Suparjo, Akmal, BL. Ginting.2008. Buku Ajar Teknologi Pemanfaatan Limbah Untuk Pakan. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi

Syöström E. 1995. Kimia Kayu, Dasar-dasar Penggunaan. Edisi 2, Sastrohamidjojo, penerjemah; Prawirohatmodjo, penyunting. Yokyakarta: Gajah Mada University Press. Terjemahan dari: Wood Chemistry.

Dokumen terkait