• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Pengolahan Hasil Pertanian di Leuwikopo, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian, Bogor yang berlangsung pada bulan Januari sampai Agustus 2009.

Bahan dan Alat

Penelitian ini menggunakan buah jarak dari PT. Panjiwaringin di Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak, Kota Banten. Buah yang berwarna kuning dengan umur petik 90 hari setelah pembungaan (Hambali 2007), dipetik menggunakan tangan, kemudian dimasukkan ke dalam karung dan diusahakan agar tidak menyentuh tanah.

Bahan kimia yang digunakan adalah heksana, alkohol 95 persen, KOH dan sejumlah bahan kimia keperluan analisis. Alat-alat yang digunakan meliputi alat pengering tipe experimental dryer (Gambar 3), alat pemecah biji jarak, alat pengepres biji jarak (Gambar 4), oven, pengukur suhu digital (hybrid recorder), alat pengukur kadar air KETT Moisture Tester (KMS), termometer bola basah dan bola kering, timbangan digital, serta peralatan gelas dan perlengkapan analisis kimia lainnya.

(a) (b) Gambar 4 (a) Alat pemecah biji jarak dan (b) alat pengepres biji jarak.

Metode Penelitian

Perlakuan penanganan bahan

Buah jarak diperoleh dari PT. Panjiwaringin di Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak, Kota Banten. Proses sortasi dilakukan dikebun untuk memisahkan buah yang berwarna kuning, kemudian disimpan dalam karung dengan berat masing-masing sebanyak 10.5 kg dan dibawa dengan menggunakan mobil. Buah tersebut kemudian dibawa ke laboratorium dengan menggunakan karung dan disimpan dalam refrigerator dengan suhu 5°C. Buah disimpan di dalam refrigerator dalam karung terbuka pada rak-rak bertingkat (Gambar 5).

(a) (b) (c)

Buah dengan berat masing-masing 10 kg diberi perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama, buah jarak dikupas secara manual untuk mendapatkan biji jarak kemudian biji tersebut dikeringkan (Gambar 6).

(a) (b) (c) (d) Gambar 6 Perlakuan penanganan bahan dalam bentuk biji. (a) buah utuh, (b)

buah terkupas, (c) biji sortasi, dan (d) proses pengeringan biji.

Perlakuan kedua, buah jarak dikupas untuk mendapatkan biji jarak kemudian dikukus selama 5 menit, lalu dikeringkan dengan menggunakan alat pengering (Gambar 7). Pengukusan bertujuan untuk menon-aktifkan enzim pemecah lemak, membunuh bakteri dan jamur yang dapat menyebabkan minyak menjadi asam. (Sudrajat et al. 2006)

(a) (b) (c)

Gambar 7 Perlakuan penanganan bahan dalam bentuk biji. (a) proses pengukusan, (b) biji hasil pengukusan, dan (d) proses pengeringan biji kukus.

Perlakuan ketiga, buah jarak langsung dikeringkan, kemudian dikupas secara manual sehingga diperoleh biji jarak (Gambar 8).

(a) (b) (c) (d) Gambar 8 Perlakuan penanganan bahan dalam bentuk buah (a) pengeringan

awal, (b) pengeringan akhir, (c) perubahan warna buah, dan (d) buah kering.

Perlakuan pengeringan

Proses pengeringan dilakukan dengan penjemuran (Gambar 9) dan pengeringan mekanis yang dapat diatur suhunya, yaitu pada suhu 50, 60, dan 70 ºC. Pertimbangan dalam memilih suhu ini berdasarkan penelitian sebelumnya dimana pada suhu 50-70 °C, memberikan kadar minyak diatas standar biji jarak menurut SNI No. 01-1677-1989, sedangkan perlakuan pada suhu diatas 70 °C dapat menurunkan kadar minyak dari biji jarak (Mulyati 2000). Diagram alir penelitian ini dapat ditunjukkan pada Gambar 10.

(a) (b) Gambar 9 Proses penjemuran. (a) penjemuran saat cuaca mendung dan

hujan, dan (b) penjemuran saat cuaca cerah

Alat pengering yang digunakan untuk pengeringan mekanis pada penelitian ini adalah pengering tipe experimental dryer dengan kapasitas 20 kg buah, sedangkan untuk penggunaan secara luas di masyarakat, dapat menggunakan alat pengering flat bed dyer. Pengering ini banyak digunakan oleh masyarakat luas, tersebar dan dapat dibuat di Indonesia, murah dan sederhana

(Syarief & Suroso 1989). Proses pengeringan ini dilakukan sampai kadar air maksimal 7% (berdasarkan SNI No. 01-1677-1989).

Gambar 10 Diagram alir penelitian Laju pengeringan

Laju pengeringan merupakan perbandingan perubahan kadar air bahan terhadap waktu pengeringan (kg H2O/jam). Laju pengeringan ini menunjukkan kecepatan perubahan kadar air bahan selama proses pengeringan.

Pengupasan Manual Rendemen Analisis Pengupasan manual Pengukusan (5 menit) Pengeringan 1.Manual (penjemuran) 2.Mekanis 50, 60, dan 70ºC Rendemen Analisis Rendemen Pengeringan 1.Manual (penjemuran) 2.Mekanis 50, 60, dan 70ºC Rendemen Analisis Rendemen Penghancuran biji kering dan

Pengepresan mekanis Rendemen,

Analisis

Penghancuran biji kering dan Pengepresan

mekanis Rendemen,

Analisis

Penghancuran biji kering dan

Pengepresan mekanis Rendemen, Analisis Pengupasan Manual Pengeringan 1.Manual (penjemuran) 2.Mekanis 50, 60, dan 70ºC

Buah Jarak Pagar

Biji jarak Biji jarak

Biji jarak kering

Biji jarak kering

Biji jarak kering

Biji jarak

Biji jarak Biji jarak

Analisis Mutu Biji Jarak Kering

Analisis dilakukan pada biji jarak pagar kering dengan parameter sebagai berikut: - Biji jarak rusak, biji jarak pecah, benda-benda asing (SNI No.

01-1677-1989)

Biji jarak ditimbang mendekati 0.1 gram sebanyak ± 500 cuplikan dalam sebuah wadah yang telah ditera sebelumnya, kemudian dituang ke dalam sebuah bak kayu yang telah disediakan khusus, atau pada selembar kertas di atas meja. Biji jarak rusak, biji jarak pecah, dan benda-benda asing disimpan ke dalam 3 wadah terpisah yang telah ditera sebelumnya, kemudian masing-masing ditimbang beratnya dengan ketelitian 0.01 g. Sebaiknya pemeriksaan dilengkapi dengan loupe. Biji jarak rusak (biji jarak pecah atau benda-benda asing) dapat dihitung pada persamaan berikut :

x100% R

Q P=

Keterangan :

P = Biji jarak rusak (biji jarak pecah atau benda-benda asing) (% bobot/bobot)

Q = Berat biji jarak rusak setelah ditimbang atau berat biji jarak pecah setelah ditimbang atau berat benda-benda asing setelah ditimbang (gram)

R = Berat cuplikan (gram) - Kadar air

Cawan alumunium dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 oC selama 15 menit, kemudian dimasukkan ke dalam desikator selama 10-15 menit untuk menurunkan suhunya. Biji jarak ditimbang sebanyak 2-10 gram dengan angka desimal 0.0001 g dan ditempatkan di dalam cawan aluminium yang telah diketahui beratnya, lalu ditempatkan di dalam oven pada suhu 105 oC selama 72 jam (untuk biji-bijian). Pengukuran dimulai setelah 24 jam saat oven mencapai suhu 105 oC, pengukuran selanjutnya dilakukan setiap 12 jam. Ketika akan melakukan pengukuran, cawan didinginkan di dalam desikator kurang lebih 10-15 menit dan kemudian ditimbang. Pemanasan diulang hingga dicapai berat yang tetap. Sisa contoh dihitung sebagai total padatan dan berat yang hilang sebagai air.

Kadar air dihitung menggunakan persamaan berikut : % 100 x a b -a = (%) air Kadar Keterangan :

a = Berat contoh sebelum pengeringan (gram) b = Berat contoh setelah pengeringan (gram) - Kadar minyak (SNI No. 01-1677-1989)

Bahan kimia yang digunakan adalah (1) n-Heksana, (2) pasir yang telah dicuci dengan asam khlorida dan dibakar, dan (3) batu apung, berupa butir-butir kecil dan telah dikeringkan sebelumnya.

Peralatan yang digunakan diantaranya (1) neraca analitik, (2) penggiling mekanis yang mudah dibersihkan dan dapat menggiling ampas tanpa terjadi pemanasan, tanpa ada perubahan yang berarti dalam kadar air, bahan menguap, serta minyak menjadi bubuk dapat lolos seluruhnya melalui ayakan diameter lubang 1 mm, (3) ayakan, dengan diameter lubang 1 mm, (4) kertas saring dan kapas, yang bebas dari bahabahan yang larut dalam n-Heksana, (5) labu berkapasitas 250 ml, (6) pemanas listrik, (7) lumpang dan alu dari poselin, besi atau suasa atau sebaliknya penggiling kecil mekanis yang sesuai, dan (8) oven listrik dengan pengatur suhu.

Prosedur/pelaksanaan pengujian diantaranya :

- Pembuatan cuplikan. Cuplikan digiling demgan penggiling mekanis yang sebelumnya telah dibersihkan dengan baik. Sebesar ± 1/20 dari berat cuplikan digunakan untuk menyempurnakan kebersihan penggiling dan hasil penggilingan ini dibuang. Sisa cuplikan kemudian digiling, dikumpulkan dan dicampurkan dengan hati-hati. Pengujian dilakukan tanpa penangguhan.

- Cuplikan untuk pengujian. Segera setelah penggilingan selesai, hasil gilingan ditimbang ± 10 gram dengan ketelitian 0.01 gram. Cuplikan pengujian ditempatkan ke dalam kertas saring dan ditutup dengan penutup dari kapas.

- Pengeringan pendahuluan. Jika cuplikan sangat lembab (air dan bahan-bahan menguap ≥ 100%) maka kertas saring yang sudah diisi diletakkan dalam oven beberapa lama dengan suhu tidak melebihi 80 °C, agar kadar air dan zat yang menguap berada dibawah 10%.

- Penentuan. Penentuan ini diantaranya (1) labu dari alat ekstraksi yang berisi 1 atau 2 butir batu apung dikeringkan pada suhu mendekati 100 °C dan didinginkan kembali ± selama 1 jam dalam eksikator hingga suhu kamar, kemudian ditimbang mendekati 0.001 gram. Kertas saring yang berisi cuplikan ditempatkan ke dalam alat ekstraksi. Sejumlah pelarut yang diperlukan dituangkan ke dalam labu, (2) labu dipasang pada alat ekstraksi di atas alat pemanas sehingga kecepatan ekstraksi sekurang-kurangnya 3 tetes setiap detik (pendidihan berlangsung secukupnya tetapi tidak keras), (4) ekstraksi berlangsung selama 6 jam, kemudian dibiarkan menjadi dingin kembali. (5) sebagian besar pelarut diuapkan dari labu dengan cara destilasi pada penangas air atau penangas listrik. Sisa-sisa pelarut dihilangkan dengan jalan memutar-mutar labu sampai pelarutnya tertinggal sedikit sekali, (6) Sisa-sisa pelarut terakhir dihilangkan dengan jalan memanaskan labu ± 30 menit pada suhu sekitar 105 °C, (7) sisa pelarut ini dihilangkan dengan mengalirkan gas yang lamban (misalnya nitrogen atau karbondioksida) selama jangka waktu yang pendek atau dengan jalan mengurangi tekanan dalam labu, (8) labu dibiarkan menjadi dingin kembali sampai suhu kamar ± selama 1 jam, (9) labu dipanaskan kembali ± 10 menit pada kondisi yang sama, kemudian didinginkan kembali dan ditimbang. Perbedaan hasil antara dua kali penimbangan tidak boleh melebihi 0.01 gram. Jika lebih, dipanaskan kembali dalam oven selama beberapa periode ± 10 menit sampai perbedaan massa paling banyak 0.01 gram. Berat labu terakhir dicatat. Dua penentuan dikerjakan terhadap cuplikan yang sama.

Kadar minyak dihitung berdasarkan persamaan berikut:

o 1 M x100% M = (%) minyak Kadar Keterangan :

M0 = Massa cuplikan yang diuji (gram).

M1 = Massa ekstrak yang terkumpul dalam labu pada penimbangan terakhir (gram).

Analisis Mutu Minyak Biji Jarak

Analisis dilakukan pada minyak biji jarak dengan parameter sebagai berikut: - Indeks bias

Minyak diteteskan menggunakan pipet pada Digital ABBE refractometer

KRUSS Germany dengan suhu ruang 20oC. Besarnya indeks bias dilihat

pada layar digital.

- Kadar air (SNI No. 01-1904-1990)

Peralatan yang digunakan adalah cawan aluminium, desikator, oven, dan neraca analitik.

Prosedur/pelaksanaan pengujian diantaranya :

- Cawan alumunium dipanaskan di dalam oven pada suhu 101 ºC selama 15 menit, kemudian didinginkan dalam desikator selama 10-15 menit dan ditimbang dengan ketelitian 0.0001 g. Minyak jarak sebanyak 5 gram ditimbang dalam cawan, kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu 101±1 ºC selama 30 menit. Cawan kemudian didinginkan dalam desikator selama 10-15 menit dan ditimbang;

- Pemanasan, pendinginan, dan penimbangan diulangi sampai selisih berat antara beberapa penimbangan tidak melebihi 1 mg (0.05%);

Rumus perhitungan kadar air atau bahan yang menguap dapat dilihat sebagai berikut : x100% W ) W (W t) bobot/bobo (% menguap yang Bahan =1 Keterangan :

W = Berat contoh uji (gram) W1 = Berat residu (gram)

- Bilangan iod (SNI cara uji minyak dan lemak No. 01-3555-1998)

Pereaksi yang digunakan diantaranya - Karbon tetrakhlorida

- Larutan kalium iodida (KI) 20%. Kalium iodida sebanyak 20 gram dilarutkan dalam 100 ml air suling.

- Larutan natrium tiosulfat 0.1 N. Pembuatan 1 N standar natrium tiosulfat dilakukan dengan menimbang 248 natrium tiosulfat, kemudian dilarutkan

dengan air suling bebas CO2, dan dimasukkan ke dalam labu ukur 1 liter. 100 ml larutan natrium tiosulfat 1 N diencerkan ke dalam labu ukur 1 liter. - Pembuatan larutan Wijs dilakukan dengan melarutkan 13 gram iod ke

dalam 1 liter asam asetat pekat lalu dialiri gas khlor (tidak boleh berlebihan), sehingga sejumlah khlor yang terikat setara dengan iod yang diperlukan yaitu 3.6 gram khlor. Untuk mengetahui apakah gas khlor yang diperlukan cukup, enlemeyer berisi larutan asetat ditimbang sebelum dan sesudah dialiri gas khlor atau dengan memperhatikan perubahan warna dari coklat tua menjadi coklat kekuning-kuningan. Larutan ini kemudian dimasukkan ke dalam botol berwarna dan disimpan ditempat gelap pada suhu kurang dari 30 oC.

Peralatan yang digunakan diantaranya : - Neraca analitik, ketelitian minimal ± 0.1 mg - Erlenmeyer 500 ml

- Pipet gondok 25 ml

- Buret 50 ml, ketelitian 0.1 ml

Prosedur/pelaksanaan pengujian diantaranya :

- Sejumlah minyak ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml, bertutup asah, kemudian ditambahkan 15 ml karbon tetraoksida dengan menggunakan gelas ukur untuk melarutkan lemak. Larutan wijs ditambahkan dengan menggunakan pipet gondok, lalu erlenmeyer ditutup. - larutan kemudian disimpan selama 1-2 jam dalam tempat/ruang gelap.

Untuk lemak yang mempunyai nilai bilangan iod di bawah 50, maka larutan disimpan di tempat gelap selama 1 jam. Untuk lemak yang mempunyai bilangan iod di atas 50, maka larutan disimpan ditempat gelap selama 2 jam. Setelah dilakukan penyimpanan, larutan KI 20% sebanyak 10 ml dan 100 ml air suling ditambahkan. Erlenmeyer segera ditutup, dikocok, dan dititer dengan larutan natrium tiosulfat 0.1 N dan larutan kanji sebagai indikator.

Bilangan iod dihitung berdasarkan persamaan berikut: G 12.69 x N x S) (B iod Bilangan = − Keterangan :

B = Titrasi blanko (ml Na2S2O3) S = Titrasi contoh (ml Na2S2O3)

N = Normalitas natrium thiosulfat (Na2S2O3) G = Berat contoh uji (gram)

10 ion atom Bobot 12.69=

- Bilangan penyabunan (SNI cara uji minyak dan lemak No. 01-3555-1998)

Pereaksi yang digunakan diantaranya :

- Kalium hidroksida 0.5 N dalam etanol 95%. KOH sebanyak 40 gram ditimbang dan dilarutkan dalam 25 ml air suling, kemudian diencerkan dalam etanol 95% sampai 1 liter.

- Pembuatan asam khlorida HCL 0.5 N, dengan melarutkan 41.5 ml (HCl 37% bj 1.13) menjadi 1 liter dengan air suling.

- Pembuatan Indikator larutan fenolftalein 0.5%, dengan melarutkan 0.5 gram fenolftalein dalam alkohol 95% dalam labu ukur 100 ml.

Peralatan yang digunakan diantaranya : - Neraca analitik, dengan ketelitian 0.1 mg - Erlenmeyer 200 ml

- Pendingin tegak, panjang 1 m - Pipet volumetri 25 ml

- Buret 50 ml dengan ketelitian 0.01 ml - Penangas air

Prosedur/pelaksanaan pengujian diantaranya :

- Minyak sebanyak 2 gram, dengan ketelitian 0.0001 gram, dimasukkan dalam tabung erlenmeyer.

- 25 ml KOH alkohol 0.5 ditambahkan dengan menggunakan pipet dana beberapa butir batu didih.

- Erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin tegak dan didihkan diatas penangas air selama 1 jam.

- 0.5-1 ml fenolftalein ditambahkan ke dalam larutan tersebut, dan dititer dengan asam khlorida HCl 0.1 N sampai indikator warna berubah menjadi tidak berwarna.

Bilangan penyabunan dihitung berdasarkan persamaan berikut:

W ) T (T x N x 56.1 penyabunan Bilangan = 21

Keterangan :

T1 = Volume asam 0.5 N yang dibutuhkan untuk contoh (ml) T2 = Volume asam 0.5 N yang dibutuhkan untuk blanko (ml) N = Normalitas HCL 0.5 N

W = Berat contoh (gram)

- Bilangan asam (SNI cara uji minyak dan lemak No. 01-3555-1998)

Keasaman organik suatu minyak lemak atau lemak biasanya dinyatakan dengan salah satu dari 2 cara, yaitu (1) sebagai persentasi berat dari asam lemak bebas yang ada, dimana berat molekul asam lemak bebas tersebut dianggap sebesar 282.256 atau 200 (masing-masing sebanding dengan asam oleat, asam palmitat atau asam laurat) sesuai dengan jenis minyak atau lemak. Untuk masing-masing hal, dasar perhitungan haruslah dinyatakan, dan (2) sebagai bilangan asam, dimana bilangan asam adalah jumlah mg kalium hidroksida yang diperlukan untuk menetralkan keasaman 1 gram minyak atau lemak. Apabila dalam minyak tersebut terdapat asam mineral, maka kadarnya ditentukan, kemudian perhitungan secara deduksi dilakukan dari keasaman total bahan untuk memperoleh persentasi asam lemak bebas atau bilangan asam.

Peralatan yang digunakan adalah neraca analitik, labu erlenmeyer 250 ml, dan buret 50 ml. Bahan kimia yang digunakan adalah pereaksi-pereaksi diantaranya (1) Larutan alkohol 95% netral (alkohol 95% dalam enlemeyer, diberi beberapa tetes indikator fenolftalein, kemudian dititrasi dengan larutan standar NaOH 0.1 N sampai terbentuk warna merah muda), (2) Indikator fenolftalein (PP) 0.5% (0.5 gram fenolftalein dilarutkan dalam 100 ml etanol 95%), dan (3) Larutan standar NaOH 0.1 yang diawali dengan membuat larutan NaOH 50% (100 gram NaOH dalam 100 ml air suling bebas CO2). Pembuatan larutan standar NaOH 0.1 N dilakukan dengan melarutkan 5.26 ml NaOH 50% ke dalam labu ukur 1000 ml.

Prosedur/pelaksanaan pengujian diantaranya :

- 2-5 gram minyak ditimbang ke dalam Enlemeyer 250 ml, kemudian ditambahkan 50 ml etanol 95% netral.

- 3-5 tetes indikator PP ditambahkan, kemudian dititrasi dengan larutan standar NaOH 0.1 N hingga warna merah muda tetap (tidak berubah selama 15 detik).

Bilangan asam dihitung berdasarkan persamaan berikut: W T x 56.1 = asam Bilangan W T x 28.2 = berat) persentasi oleat, (sebagai bebas lemak Asam Keterangan :

T = Volume 0.1 N alkali yang diperlukan (ml) W = Berat cuplikan yang diuji (gram)

Pengukuran Parameter Lain

Waktu pengeringan

Waktu pengeringan diukur setiap 10 menit untuk 2 jam pertama, kemudian pengukuran selanjutnya dilakukan setiap 30 menit sampai diperoleh kadar air maksimal 7 %.

Rendemen

- Rendemen biji basah

Rendemen biji basah dihitung berdasarkan perbandingan antara berat biji basah hasil pengupasan terhadap berat buah awal.

x100% B A (%) basah biji Rendemen = Keterangan :

A = berat biji basah setelah pengupasan (gram) B = berat buah awal (gram)

- Rendemen biji kering

Rendemen biji kering dihitung berdasarkan perbandingan antara berat biji kering hasil pengeringan terhadap berat biji basah hasil pengupasan.

x100% B A (%) kering biji Rendemen = Keterangan :

A = berat biji kering setelah pengeringan (gram) B = berat biji basah setelah pengupasan (gram)

- Rendemen minyak

Biji jarak dengan kadar air maksimal 7% dihaluskan dengan alat penghalus, kemudian ditimbang dan dimasukkan dalam kain blacu berukuran 30 x 30 cm dan dipress dengan menggunakan alat pengepress. Mula-mula biji jarak halus dalam kain blacu disimpan pada tabung alat pengepres, kemudian dilakukan pemanasan. Setelah suhu mencapai 105 oC, proses pengepresan dimulai. Suhu pengepresan dijaga berkisar antara 105-110 oC. Proses pengepresan berlangsung selama 20 menit.

Rendemen minyak dihitung berdasarkan perbandingan antara minyak hasil pengepresan terhadap berat biji kering.

x100% B A (%) minyak Rendemen = Keterangan :

A = minyak hasil pengepresan (gram)

B = berat biji kering yang telah dihaluskan (gram) Pengukuran warna minyak

Minyak dalam botol yang telah disusun diambil gambarnya (Gambar 27) secara bersamaan menggunakan kamera Nixon Coolpix S52 dengan 9.0

Megapixels. Pengambilan gambar dilakukan di lapangan dengan bantuan cahaya

sinar matahari pada pukul 14.00 WIB (tidak menggunakan cahaya dari kamera). Gambar kemudian dianalisa dengan mengunakan Adobe Photoshop CS2 untuk mendapatkan nilai warna L*a*b. Setiap perlakuan diambil sembilan titik nilai warna L*a*b kemudian dirata-ratakan, dan diplotkan dalam diagram sistem warna Hunter (Gambar 28).

Berat biji

Berat biji jarak pagar dalam satu liter, yang telah ditimbang, kemudian dihitung. Berat biji dihitung berdasarkan perbandingan antara berat biji dalam satu liter dengan jumlah biji.

B

A

)

(gram/biji

biji

Berat =

Keterangan :

A = berat biji dalam satu liter (gram) B = jumlah biji (biji)

Berat jenis

- Berat jenis buah

Tabung gelas ukur berukuran 1000 ml, diberi air 500 ml. Buah yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam gelas ukur. Perubahan volume yang terjadi diukur (Gambar 11).

1 2 B B A (gram/ml) buah jenis Berat − = Keterangan :

A = Berat buah (gram) B1 = Volume air awal (500 ml) B2 = Volume air akhir

(a) (b) (c)

Gambar 11 (a) buah yang telah ditimbang, (b) gelas ukur yang telah diberi air, dan (c) buah dalam gelas ukur.

- Berat jenis minyak

Tabung gelas ukur berukuran 25 ml, disimpan di atas timbangan, lalu timbangan dinormalkan. Minyak jarak dimasukkan dalam tabung gelas ukur sampai batas 25 ml dan ditimbang (Gambar 12). Berat jenis minyak dihitung berdasarkan perbandingan antara berat minyak terhadap volume gelas ukur.

B A (gram/ml) minyak jenis Berat =

Keterangan :

A = berat minyak (gram) B = volume gelas ukur (25 ml)

(a) (b) Gambar 12 (a) gelas ukur kosong dan (b) gelas ukur berisi minyak.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial (RAL Faktorial) dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah penanganan bahan dengan tiga taraf yaitu : A1 = buah jarak dikupas kemudian biji dikeringkan; A2 = buah jarak dikupas, biji dikukus selama 5 menit, lalu dikeringkan; A3 = buah jarak langsung dikeringkan, kemudian dikupas. Faktor kedua adalah suhu pengeringan dengan empat taraf yaitu B1 = penjemuran (sebagai kontrol); B2 = suhu pengeringan 50 °C; B3 = suhu pengeringan 60 °C; B4 = suhu pengeringan 70 °C.

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16. Model rancangan acak lengkap faktorial (RAL Faktorial) dengan dua faktor dan tiga ulangan dapat dilihat pada persamaan berikut:

Keterangan :

Yijk = respon setiap parameter yang diamati μ = nilai rata-rata umum

Ai = pengaruh perlakuan penanganan bahan Bj = pengaruh suhu pengeringan

ABij = pengaruh interaksi penanganan bahan dengan suhu pengeringan εijk = galat percobaan

Untuk mengetahui signifikasi pengaruh kedua faktor tersebut, selanjutnya dilakukan analisis sidik ragam terhadap parameter-parameter yang diamati dan uji lanjut Duncan terhadap data-data yang dihasilkan sesuai model rancangan percobaan yang digunakan.

Biji jarak yang dikeringkan menggunakan alat pengering secara visual berbeda dengan biji yang dikeringkan menggunakan sinar matahari. Hasil pengeringan biji jarak dari berbagai macam perlakuan dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 13 Biji jarak dengan berbagai macam perlakuan.

Biji yang dikeringkan menggunakan alat pengering, cenderung mempunyai tekstur halus dan warna coklat menarik, sedangkan biji jarak yang dikeringkan dengan sinar matahari mempunyai tekstur kasar dan warna coklat kusam seperti

ditunjukkan pada Gambar 15. Warna dan tekstur untuk biji jarak kering berdasarkan SNI No. 01-1677-1989 tidak menjadi kriteria mutu sehingga biji jarak kering untuk pengeringan menggunakan alat pengering dan penjemuran tidak dapat dijadikan acuan untuk menentukan mutu biji jarak kering. Dengan demikian berdasarkan warna dan tekstur untuk biji kering yang dihasilkan, baik dengan menggunakan alat pengering atau penjemuran memenuhi SNI No. 01-1677-1989.

(a) (b) Gambar 14 (a) biji kering hasil pengeringan dengan alat pengering dan (b) biji

kering hasil penjemuran. Laju pengeringan

- Laju pengeringan biji jarak pada suhu 50, 60 dan 70 oC

Berdasarkan hasil penelitian (Gambar 16) dapat dinyatakan bahwa laju pengeringan biji jarak pada suhu 50, 60 dan 70 oC cenderung meningkat tajam pada awal pengeringan, kemudian menurun dan akhirnya menuju konstan. Peningkatan laju pengeringan biji tertinggi terjadi pada suhu 50 oC pada jam ke-0.17 dengan laju pengeringan 0.77% bk/jam, kemudian diikuti dengan suhu 60 oC pada jam ke-0.67 dengan laju pengeringan 0.60% bk/jam, dan suhu 70oC pada jam ke-5 dengan laju pengeringan 0.59% bk/jam (Lampiran 18). Setelah mencapai titik puncak, maka laju pengeringan akan semakin menurun dengan cepat sampai pada titik tertentu, dan kemudian

mulai menurun perlahan sampai menuju konstan. Suhu yang tinggi menyebabkan waktu selama pengeringan lebih cepat dibandingkan dengan suhu rendah. Rata-rata waktu pengeringan biji untuk suhu 70, 60 dan 50 oC berturut-turut 4.83, 5.83, dan 8.5 jam. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu pengeringan, menyebabkan nilai kadar air semakin rendah, sehingga banyak air yang terkandung dalam minyak yang teruapkan akibat adanya pengaruh panas, dengan demikian maka waktu pengeringan akan semakin cepat (Mustaghfiri 2007).

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 Waktu (jam) L a ju p e n g e rin g a n (% b k /ja m )

Biji 50 Biji 60 Biji 70

Gambar 15 Laju pengeringan biji jarak pada suhu 50, 60 dan 70 oC. - Laju pengeringan biji kukus pada suhu 50, 60 dan 70 oC

Berdasarkan hasil penelitian (Gambar 17) dapat dinyatakan bahwa laju pengeringan biji kukus pada suhu 50, 60 dan 70 oC sama dengan perlakuan pengeringan biji, yaitu cenderung meningkat tajam pada awal pengeringan, kemudian menurun dan akhirnya menuju konstan.

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0 16.0 Waktu (jam) La ju pe nge ri ng a n ( % bk /j a m )

Biji Kukus 50 Biji Kukus 60 Biji Kukus 70

Peningkatan laju pengeringan biji kukus tertinggi terjadi pada suhu 70 o

C dalam waktu 0.33 jam dengan laju pengeringan 0.68% bk/jam, kemudian diikuti dengan suhu 60 oC dalam waktu 0.67 jam dengan laju pengeringan 0.52 bk/jam dan suhu 50 oC dalam waktu 0.67 jam dengan laju pengeringan 0.38% bk/jam. Setelah mencapai titik puncak, maka laju pengeringan akan

Dokumen terkait