• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Penanganan Bahan dan Metode Pengeringan terhadap Mutu Biji dan Minyak Jarak Pagar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Penanganan Bahan dan Metode Pengeringan terhadap Mutu Biji dan Minyak Jarak Pagar"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

JARAK PAGAR (

Jatropha curcas

L.)

VERRA MELLYANA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kajian Penanganan Bahan dan Metode Pengeringan terhadap Mutu Biji dan Minyak Jarak Pagar (Jatropha

curcas L.) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Februari 2010

(3)

VERRA MELLYANA. Handling and Drying Method of Jatropha curcas L. for Quality Measurement of Dried Seed and Castor Oil. Under direction of USMAN AHMAD and SRI WIDOWATI.

Energy is consumed in many sectors such as industry, transportation, and household. Most of the source of energy nowadays are obtained from fosil, which is predicted available for less than 10-15 upcoming years, and should be replaced by renewable energy. One of potential renewable energy to considered is Jatropha, a plant with seeds containing oil that can be processed into biodiesel. As a part of plant, fruit of Jatropha should be treated properly after harvest to maintain its oil in the seeds, so that good physical and chemical properties of the oil extracted from the seed can be obtained. This research is aim to develop method of handling of the harvested Jatropha fruits, including its drying, to maintain quality of the seeds and oil resulted from extraction. Different combinations of preparation (fresh, seed and steamed seed) and drying (temperature of 50, 60, 70 oC and natural sun drying), have been investigated. The results showed that the best treatment was seed drying at 70 oC with the drying time of 4.83 hour, oil rate of 40.06%, and oil yield of 28.59%. Quality of the seeds which fulfilled Standard National Indonesia (SNI) 01-1677-1989 were broken seed (0.57%), cracked seed (0.20 %), foreign object (0%), moisture content (6.08%). However, the highest oil extraction (40.06%) was not satisfy SNI 01-1677-1989. This case, quality of castor oil which qualified SNI 01-1904-1990 were oil moisture content (0.23%) and acid value (0.33 mg KOH/g), but refractive index (1.6209), iod number (54.31) and saponification number (67.30) were unqualified.

(4)

VERRA MELLYANA. Kajian Penanganan Bahan dan Metode Pengeringan terhadap Mutu Biji dan Minyak Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Dibimbing oleh USMAN AHMAD dan SRI WIDOWATI.

Persediaan minyak dunia untuk keperluan industri, transportasi, dan rumah tangga hanya mencukupi untuk 10-15 tahun mendatang, sehingga diperlukan suatu sumber energi terbarukan. Salah satu tanaman yang sangat potensial sebagai sumber energi terbarukan adalah jarak pagar (Jatropha curcas L.). Minyak yang dihasilkan dari biji jarak pagar harus memenuhi syarat agar dapat digunakan sebagai bahan baku biodiesel. Tujuan penelitian ini adalah menentukan metode penanganan bahan dan suhu pengeringan yang optimal untuk mempertahankan mutu dari biji dan minyak jarak pagar.

Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Pengolahan Hasil Pertanian di Leuwikopo, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian, Bogor pada bulan Januari sampai Agustus 2009. Bahan yang digunakan adalah buah jarak dari PT. Panjiwaringin di Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak, Kota Banten dengan umur petik 90 hari setelah pembungaan.

Buah masing-masing 10 kg diberi perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama, buah jarak dikupas sehingga diperoleh biji, kemudian dikeringkan; perlakuan kedua, buah jarak dikupas kemudian dikukus selama 5 menit dan dikeringkan; dan perlakuan ketiga, buah jarak langsung dikeringkan kemudian dikupas untuk mendapatkan biji. Proses pengeringan dilakukan secara manual (penjemuran) dan mekanis (suhu 50, 60, dan 70 ºC). Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan dua faktor (penanganan bahan dan suhu pengeringan) dan tiga ulangan. Analisis yang dilakukan meliputi mutu biji jarak kering yaitu mutu (biji jarak rusak, biji jarak pecah, benda-benda asing, dan kadar air, dan kadar minyak)(SNI No. 01-1677-1989); dan mutu minyak biji jarak meliputi mutu (indeks bias, kadar air, bilangan iod, bilangan penyabunan, dan bilangan asam)(SNI No. 01-1904-1990).

Hasil terbaik untuk memperoleh biji jarak adalah pengupasan buah segera setelah panen, kemudian biji yang diperoleh dikeringkan dengan menggunakan alat pengering pada suhu 70 oC dengan parameter waktu pengeringan tercepat (4.83 jam) yang menghasilkan rendemen minyak tertinggi (28.59%) serta menghasilkan mutu yang baik. Untuk mutu biji jarak yang dihasilkan dan memenuhi SNI No. 01-1677-1989 diantaranya rata-rata biji jarak rusak terendah (0.57%); rata-rata biji jarak pecah terendah (0.20%); rata-rata benda asing (0%); dan rata-rata kadar air biji terendah (6.08%) dengan kadar minyak sebesar 40.06%. Akan tetapi kadar minyak (40.06%) yang merupakan kadar minyak yang tertinggi dari semua perlakuan ini, masih belum memenuhi SNI No. 01-1677-1989. Sedangkan mutu minyak yang memenuhi SNI No. 01-1904-1990 diantaranya kadar air minyak terendah (0.23%) dan bilangan asam terendah (0.33 mg KOH/g); dan yang tidak memenuhi adalah rata-rata indeks bias (1.6209), bilangan iod (54.31) dan bilangan penyabunan (67.30).

(5)

lama (2 jam dari perlakuan terbaik). Pengeringan dalam bentuk buah memberikan hasil yang kurang baik, karena menurunkan kadar minyak biji jarak (6.51% dari perlakuan terbaik) dan waktu pengeringan lebih lama (11.17 jam dari perlakuan terbaik). Pengeringan dengan penjemuran (biji, biji kukus dan buah), pengeringan dalam bentuk buah, dan pemberian perlakuan pengukusan biji sebelum dilakukan pengeringan memberikan hasil yang kurang baik. Pengeringan dengan penjemuran (biji, biji kukus dan buah) memberikan hasil yang kurang baik, karena dapat menurunkan kadar minyak (5.26-8.62% dari perlakuan terbaik) dan waktu pengeringan lebih lama tergantung dari ada tidaknya sinar matahari (9.17-19.17 jam dari perlakuan terbaik). Untuk penelitian selanjutnya, perlu adanya kajian mengenai alat pengepres yang memiliki ukuran penekanan yang dapat diukur sehingga diperoleh daya tekan yang sama untuk semua perlakuan.

(6)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

(7)

JARAK PAGAR (

Jatropha curcas

L.)

VERRA MELLYANA

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Teknologi Pascapanen

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

curcas L.)

Nama : Verra Mellyana

NRP : F153070091

Program Studi : Teknologi Pascapanen

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Usman Ahmad, M.Agr Ketua

Dr. Ir. Sri Widowati, M. AppSc Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Teknologi Pascapanen

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. I Wayan Budiastra, M. Agr Prof. Dr. Ir. Khairil A Notodiputro, MS

(9)
(10)

Dengan segala cinta kupersembahkan karya indah

ini untuk Papa, Mama, Debby, Noni, dan Deff

“I can’t survive without you”

kau berada di atas, dan kesombongan mengantarkan

kembali kau ke bawah

(11)

Bismillahirrohmanirrohim. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Kajian Penanganan Bahan dan Metode Pengeringan terhadap Mutu Biji dan Minyak Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)”.

Ucapan terima kasih tak terhingga penulis sampaikan kepada Ayahanda yang terkasih

Hartono

dan ibunda tersayang

Evie Anie

atas dukungan doa, moril dan materi, serta kasih sayang yang tak ternilai harganya. Adikku

Debby Lellyana,

S.Si

dan

Ellyana Tria Anggarani, SE

tersayang serta

Defiana Arnaldy, S.TP,

M.KOM

tercinta yang selalu memberikan kasih sayang dan mendoakan penulis sehingga ter-support untuk menyelesaikan usulan penelitian ini dengan sebaik-baiknya.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

Dr. Ir. Usman Ahmad, M.Agr

dan

Dr. Ir. Sri Widowati,

M.App.Sc

selaku dosen pembimbing yang telah bersedia memberikan bimbingan dan arahan yang sangat bermanfaat untuk pengembangan wawasan penulis, serta

Prof. Dr. Ir. Atjeng M.Syarief, M.SAE

dan

Dr. Ir. Rokhani Hasbullah, M.Si

yang telah berkenan menjadi penguji luar komisi.

Penghargaan juga penulis sampaikan kepada Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Departemen Pertanian atas beasiswa yang diperoleh penulis selama melaksanakan pendidikan S2 ini, Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian Binuang, Kalimantan Selatan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan tugas belajar; Program Kerjasama Penelitian Pertanian dengan Perguruan Tinggi (KKP3T), Badan Litbang Pertanian dan MITSUBISHI Corporation yang telah membantu biaya penelitian dan penyusunan Tesis.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan untuk teman-teman seperjuangan TPP 2007

(P’Kardi, T’Eti, M’Ida, M’Agus, Ria, Bambang dan Yeni)

,

P’Sulyaden

(teknisi Lab.TPPHP),

P’Joko

(Administrator TPP), TPP 2008&2009, Teman-teman kantor Binuang (

P’Kusharyono, P’Anwar, P’Yanto, P’Marhaen,

P’Sadikin, B’Nani, B’Herni, B’ Nila, C’Imis, Ipit, Atul, dll),

serta semua pihak yang telah tulus membantu dan tidak dapat penulis ucapkan satu persatu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya bagi upaya pengembangan evaluasi mutu biji dan minyak jarak pagar di Indonesia. Amin.

Bogor, Februari 2010

(12)

Penulis dilahirkan pada tanggal 22 Januari 1981 di Bandung, Jawa Barat. Putri pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda Hartono dan Ibunda Evie Anie.

Pendidikan S1 ditempuh di Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB), lulus tahun 2003 dengan predikat sangat memuaskan dan pada tahun yang sama penulis diterima sebagai pegawai negeri sipil di Departemen Pertanian, serta ditempatkan di Balai Besar Pelatihan Pertanian Binuang-Kalimantan Selatan.

Pada tahun 2007 penulis mendapat kesempatan mengikuti pendidikan program Magister di Jurusan Teknologi Pascapanen, Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Departemen Pertanian. Selama mengikuti program S2, penulis mendapatkan penghargaan prestasi akademik gemilang (IP = 4.00) selama semester satu sampai semester tiga.

(13)

Halaman

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

DAFTAR LAMPIRAN...xvi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian... 2

Manfaat Penelitian... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Jarak Pagar ... 3

Biji Jarak Pagar ... 4

Pengeringan ... 6

Parameter Mutu Biji Jarak Kering... 9

Parameter Mutu Minyak Biji Jarak... 10

Hasil Penelitian Sebelumnya... 12

METODE PENELITIAN ... 14

Waktu dan Tempat ... 14

Bahan dan Alat ... 14

Metode Penelitian... 15

Analisis Mutu Biji Jarak Kering ... 19

Analisis Mutu Minyak Biji Jarak ... 22

Pengukuran Parameter Lain... 26

Rancangan Percobaan... 29

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

Laju pengeringan... 32

Pengaruh Penanganan Bahan dan Suhu Pengeringan terhadap Mutu Biji Jarak Kering... 36

Pengaruh Penanganan Bahan dan Suhu Pengeringan terhadap Mutu Minyak Biji Jarak... 42

Pengukuran Parameter Lain... 49

KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

Kesimpulan... 58

Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(14)

Halaman

1 Spesifikasi persyaratan mutu biji jarak dan minyak biji jarak... 5 2 Pengaruh interaksi antara penanganan bahan dengan suhu

pengeringan terhadap rata-rata biji jarak rusak ... 37 3 Pengaruh interaksi antara penanganan bahan dengan suhu

pengeringan terhadap rata-rata biji jarak pecah ... 38 4 Pengaruh interaksi antara penanganan bahan dengan suhu

pengeringan terhadap rata-rata benda-benda asing ... 39 5 Pengaruh interaksi antara penanganan bahan dengan suhu

pengeringan terhadap rata-rata kadar air biji jarak... 40 6 Pengaruh interaksi antara penanganan bahan dengan suhu

pengeringan terhadap rata-rata kadar minyak biji jarak ... 41 7 Pengaruh interaksi antara penanganan bahan dengan suhu

pengeringan terhadap rata-rata indeks bias minyak jarak... 42 8 Pengaruh interaksi antara penanganan bahan dengan suhu

pengeringan terhadap rata-rata kadar air minyak jarak (%) ... 43 9 Pengaruh interaksi antara penanganan bahan dengan suhu

pengeringan terhadap rata-rata bilangan iod minyak jarak ... 45 10 Pengaruh interaksi antara penanganan bahan dengan suhu

pengeringan terhadap rata-rata bilangan penyabunan minyak jarak ... 46 11 Pengaruh interaksi antara penanganan bahan dengan suhu

pengeringan terhadap rata-rata bilangan asam minyak jarak ... 48 12 Pengaruh interaksi antara penanganan bahan dengan suhu

pengeringan terhadap rata-rata bilangan asam minyak jarak ... 51 13 Rata-rata nilai warna L*a*b minyak hasil pengepresan ... 52 14 Pengaruh interaksi antara penanganan bahan dengan suhu

pengeringan terhadap rata-rata berat jenis minyak jarak ... 54 15 Pengaruh interaksi antara penanganan bahan dengan suhu

pengeringan terhadap rata-rata densitas kamba biji jarak... 55 16 Pengaruh interaksi antara penanganan bahan dengan suhu

pengeringan terhadap rata-rata berat biji jarak ... 55 17 Pengaruh interaksi antara penanganan bahan dengan suhu

(15)

Halaman

1 Buah dan biji jarak pagar (Hambali et al. 2007ª) ... 4

2 Diagram alir penanganan jarak pagar. ... 7

3 Experimental dryer... 14

4 (a) Alat pemecah biji jarak dan (b) alat pengepres biji jarak... 15

5 Penanganan bahan awal ... 15

6 Perlakuan penanganan bahan dalam bentuk biji. (a) buah utuh, (b) buah terkupas, (c) biji sortasi, dan (d) proses pengeringan biji. ... 16

7 Perlakuan penanganan bahan dalam bentuk biji. (a) proses pengukusan, (b) biji hasil pengukusan, dan (d) proses pengeringan biji kukus. ... 16

8 Perlakuan penanganan bahan dalam bentuk buah (a) pengeringan awal, (b) pengeringan akhir, (c) perubahan warna buah, dan (d) buah kering. ... 17

9 Proses penjemuran. (a) penjemuran saat cuaca mendung dan hujan, dan (b) penjemuran saat cuaca cerah ... 17

10 Diagram alir penelitian ... 18

11 (a) buah yang telah ditimbang, (b) gelas ukur yang telah diberi air, dan (c) buah dalam gelas ukur. ... 28

12 (a) gelas ukur kosong dan (b) gelas ukur berisi minyak. ... 29

13 Biji jarak dengan berbagai macam perlakuan. ... 31

14 (a) biji kering hasil pengeringan dengan alat pengering dan (b) biji kering hasil penjemuran. ... 32

15 Laju pengeringan biji jarak pada suhu 50, 60 dan 70 oC. ... 33

16 Laju pengeringan biji kukus pada suhu 50, 60 dan 70 oC. ... 33

17 Laju pengeringan buah pada suhu 50, 60 dan 70 oC... 34

18 Laju pengeringan penjemuran (a) biji, (b) biji kukus, dan (c) buah... 35

19 (a) biji berjamur, (b) biji masih muda, dan (c) biji keriput. ... 36

20 (a) uji kualitas, (b) saringan dengan diameter 2 mm, dan (c) biji jarak pecah. ... 37

21 (a) benda-benda asing dalam cawan, dan (b) perbesaran gambar... 38

22 (a) penyimpanan cawan berisi biji dalam oven, (b) timbangan dan desikator, (c) biji dalam cawan. ... 39

23 (a) pemberian heksan pada tabung, (b) pemanasan, (c) sisa minyak bercampur air, (d) penguapan air, dan (e) minyak yang tersisa. ... 40

24 Persentase kulit buah, biji dan sisa. ... 49

(16)
(17)

Halaman

1 Analisis sidik ragam pengaruh penanganan bahan dan suhu pengeringan terhadap biji jarak rusak ... 63 2 Analisis sidik ragam pengaruh penanganan bahan dan suhu

pengeringan terhadap biji jarak pecah ... 63 3 Analisis sidik ragam pengaruh penanganan bahan dan suhu

pengeringan terhadap benda-benda asing... 63 4 Analisis sidik ragam pengaruh penanganan bahan dan suhu

pengeringan terhadap kadar air oven awal biji jarak ... 63 5 Analisis sidik ragam pengaruh penanganan bahan dan suhu

pengeringan terhadap kadar air oven akhir biji jarak... 64 6 Analisis sidik ragam pengaruh penanganan bahan dan suhu

pengeringan terhadap kadar minyak jarak ... 64 7 Analisis sidik ragam pengaruh penanganan bahan dan suhu

pengeringan terhadap indeks bias minyak jarak ... 64 8 Analisis sidik ragam pengaruh penanganan bahan dan suhu

pengeringan terhadap kadar air minyak jarak ... 64 9 Analisis sidik ragam pengaruh penanganan bahan dan suhu

pengeringan terhadap bilangan iod minyak jarak ... 65 10 Analisis sidik ragam pengaruh penanganan bahan dan suhu

pengeringan terhadap bilangan penyabunan minyak jarak ... 65 11 Analisis sidik ragam pengaruh penanganan bahan dan suhu

pengeringan terhadap bilangan asam minyak jarak ... 65 12 Analisis sidik ragam pengaruh penanganan bahan dan suhu

pengeringan terhadap rendemen minyak jarak ... 65 13 Analisis sidik ragam pengaruh penanganan bahan dan suhu

pengeringan terhadap berat jenis minyak jarak... 66 14 Analisis sidik ragam pengaruh penanganan bahan dan suhu

pengeringan terhadap densitas kamba biji jarak ... 66 15 Analisis sidik ragam pengaruh penanganan bahan dan suhu

pengeringan terhadap berat biji jarak ... 66 16 Analisis sidik ragam pengaruh penanganan bahan dan suhu

pengeringan terhadap waktu pengeringan ... 66 17 Kadar air biji, biji kukus dan buah pada berbagai suhu pengeringan ... 67 18 Laju pengeringan biji, biji kukus dan buah pada berbagai suhu

(18)

Latar Belakang

Manusia menggunakan energi untuk berbagai keperluan industri, transportasi, dan rumah tangga. Hingga saat ini, hampir semua negara bergantung sepenuhnya pada bahan bakar fosil sebagai sumber energi. Hal ini tidak dapat dibiarkan berlangsung lebih lama lagi karena persediaan minyak dunia hanya mencukupi untuk 10-15 tahun mendatang (Hambali et al. 2007a), sedangkan di Indonesia untuk 23 tahun mendatang (Hambali et al. 2007b).

Eksploitasi minyak mineral sebagai bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui secara terus menerus telah melambungkan harga dan melumpuhkan mobilitas manusia. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan suatu sumber energi terbarukan, salah satunya adalah biomassa. Teknologi konversi biomassa pada tingkat produksi menghasilkan bahan bakar hayati (biofuel), yaitu biodiesel, bioetanol, dan biogas. Diantara ketiganya, biodiesel merupakan produk bahan bakar hayati yang paling potensial untuk dikembangkan. Sebagai negara agraris, dengan potensi biodiversitas yang tinggi, Indonesia memiliki banyak tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan baku biodiesel. Salah satu tanaman yang sangat potensial adalah jarak pagar (Jatropha curcas L.).

(19)

dalam proses produksi biodiesel harus menggunakan dua tahap yang dikenal dengan esterifikasi transesterifikasi (estrans). Selain itu rendemen biodiesel juga menurun sebesar 20-30% tergantung besarnya reaksi penyabunan (Sudrajat et al. 2006). Hal ini dapat meningkatkan biaya pengolahan biodiesel sehingga sangat merugikan dan tidak ekonomis.

Penelitian mengenai biji jarak ini telah banyak dilakukan, tetapi umumnya hasil pengolahannya memiliki tingkat keasaman tinggi. Penanganan pascapanen yang baik untuk mengurangi keasamaan yang tinggi yaitu dengan memetik buah jarak langsung dari pohonnya, tidak menggunakan buah jarak yang telah jatuh di tanah. Buah jarak yang baru dipanen masih mengandung kadar air yang tinggi yang dapat mempercepat pertumbuhan mikroorganisme, sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan baik secara fisik maupun kandungan kimianya. Hal inilah yang membuat umur simpan menjadi sangat pendek dan susut penyimpanan yang besar apabila tidak dilakukan perlakuan pra-penyimpanan. Salah satu proses yang dapat mempertahankan mutu biji jarak adalah dengan melakukan pengeringan disamping penanganan pascapanen yang baik di lapangan.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian meliputi tujuan umum dan khusus untuk mencapai hasil optimal. Tujuan umum adalah untuk mempertahankan mutu biji jarak selama penanganan bahan dan proses pengeringan. Tujuan khusus adalah menentukan metode penanganan bahan dan metode pengeringan yang optimal untuk mempertahankan mutu biji dan minyak jarak pagar.

Manfaat Penelitian

(20)

Jarak Pagar

Di Indonesia terdapat berbagai jenis tanaman jarak diantaranya jarak kepyar (Ricinus communis), jarak bali (Jatrophapodagrica), jarak ulung (Jatropha gossypifolia L.) dan jarak pagar (Jatropha curcas L.). Keempat jenis tanaman ini dapat menghasilkan minyak, yang berpotensi sebagai bahan baku untuk pembuatan biodiesel. Namun demikian, tanaman jarak pagar (Jatropha curcas

L.) memiliki potensi yang lebih besar sebagai bahan bakar (biodiesel) karena viskositasnya yang lebih rendah dibandingkan jenis lainnya (Faradisa 2006).

Secara taksonomi, tumbuhan jarak pagar masih berkerabat dengan jarak kepyar, tetapi berbeda kandungan asam lemaknya. Minyak jarak pagar terdiri dari trigliserida dengan rantai asam lemak lurus dengan atau tanpa ikatan rangkap, sedangkan minyak jarak kepyar memiliki cabang hidroksil. Perbedaan struktur ini menyebabkan manfaat penggunaan dua minyak tersebut juga berbeda. Minyak jarak kepyar lebih cocok diaplikasikan sebagai bahan pelumas dibandingkan sebagai bahan bakar. Urutan klasifikasi ilmiah tanaman jarak pagar dapat dilihat sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Dicotyledonae (berkeping dua) Ordo : Euphoriales

Famili : Euphorbiaceae Genus : Jatropha Spesies : Jatropha curcas L.

(21)

namun harus hati-hati karena cairan kulit batangnya dapat meracuni ikan dan akarnya sebagai penawar gigitan ular (Nurcholis & Sumarsih 2007). Selain digunakan sebagai tanaman obat dan biodiesel, tanaman jarak pagar ini juga berfungsi sebagai tanaman penahan erosi, dan penyerap polusi udara. Hal ini disebabkan karena jarak pagar mampu menyerap gas karbondioksida dari atmosfir sebesar 1.8 kg/kg bagian kering tanaman (Prihandana 2007).

Biji Jarak Pagar

Tanaman jarak pagar menghasilkan biji yang memiliki kandungan minyak cukup tinggi, yaitu sekitar 30-50% (Hambali et al. 2007a). Menurut Faradisa (2006), buahnya berbentuk bulat telur, diameter 2-4 cm, berwarna hijau ketika masih muda dan kuning jika masak. Buah jarak terbagi menjadi 3 ruang yang masing-masing diisi 3 biji (Gambar 1). Biji berbentuk bulat lonjong, warna coklat kehitaman. Biji inilah yang banyak mengandung minyak dengan rendemen sekitar 40-60%. Minyak yang dihasilkan dari biji jarak pagar mengandung 21% asam lemak jenuh dan 79% asam lemak tidak jenuh. Buah yang sudah dipanen harus segera diolah (jangan terlalu lama disimpan) karena mutu minyak yang dihasilkan akan menurun (Prihandana, 2007).

Gambar 1 Buah dan biji jarak pagar (Hambali et al. 2007ª)

(22)

ternak dan kulit biji melalui proses pirolisis dapat dikonversi menjadi bio-oil dan bahan bakar cair pengganti minyak tanah (Direktorat Budidaya Tanaman Tahunan 2008). Menurut SNI No. 01-1677-1989 (Tabel 1), biji jarak pagar adalah biji dari buah jarak yang telah dikeringkan, dilepaskan dari kulit buahnya dan dibersihkan. Untuk proses selanjutnya, biji jarak dipres sehingga diperoleh minyaknya.

Tabel 1 Spesifikasi persyaratan mutu biji jarak dan minyak biji jarak Standar Nasional Indonesia (SNI)

Minyak biji jarak

(23)

Pengeringan

Sebagian besar produk pertanian di panen dalam keadaan kadar air yang tinggi. Pada kadar air tinggi, pertumbuhan mikroorganisme sangat cepat sehingga dapat mengakibatkan berbagai kerusakan baik secara fisik maupun kandungan kimianya. Hal ini yang menyebabkan umur simpan produk-produk pertanian menjadi sangat pendek dan susut penyimpanan yang besar bila disimpan tanpa adanya perlakuan pra penyimpanan.

Salah satu tahapan pascapanen yang penting untuk mendapatkan biji jarak yang dapat disimpan lama dan aman dari kemungkinan serangan jasad renik adalah dengan dilakukan pengeringan (Gambar 2). Jika proses pengeringan yang dilakukan kurang baik, maka akan mengakibatkan biji jarak pagar yang kurang baik pula, sehingga kualitas minyak jarak pun kurang baik. Proses pengeringan banyak dijumpai dalam industri pengolahan pertanian dengan tujuan memudahkan penanganan selanjutnya, mengawetkan bahan, meningkatkan nilai tambah, serta aman disimpan sebelum diperdagangkan. Pengeringan akan mengakibatkan perubahan pada sifat fisik dan kimia sehingga dapat menggambarkan reaksi-reaksi yang terjadi karena proses pengeringan. Pada prinsipnya proses pengeringan dapat dilakukan dengan pengeringan alami (sun drying) dan pengeringan buatan (artificial drying).

Pengeringan merupakan proses penurunan kadar air bahan sampai kadar air kesetimbangan dengan udara normal atau sampai pada tingkat yang dapat memperlambat laju kerusakan bahan akibat jamur, efektivitas enzim dan serangga (Henderson et al. 1997). Geankoplis (1993), menambahkan bahwa selain menguapkan air, pengeringan juga digunakan untuk menguapkan cairan organik lainnya dari bahan seperti benzena. Menurut Parikesit dan Utomo (1984), operasi pengeringan dilakukan dengan menghembuskan udara atau gas panas yang tidak jenuh pada bahan yang akan dikeringkan. Air tersebut dapat menguap pada suhu yang lebih rendah dari titik didihnya karena perbedaan kandungan uap air di bidang antar muka bahan padat-gas dengan kandungan uap air pada fasa gas. Gas panas, disebut media pengering, menyediakan panas yang diperlukan untuk penguapan air sekaligus membawa uap air keluar.

(24)

tingkat molekul. Perpindahan kalor ditentukan oleh konduktifitas kalor bahan, sedangkan perpindahan massa akan proposional dengan difusi molekul uap air dalam udara. Ditambahkan oleh Geankoplis (1993), bahwa perpindahan kalor yang terjadi selama pengeringan terjadi secara konduksi, konveksi, dan radiasi. Dalam bahan yang bersifat mikroporous, dimana ruang kosong dalam bahan terisi cairan atau uap, perpindahan kalor internal terjadi secara konduksi dan konveksi terutama bila pori-pori diisi oleh air dan uap air. Perpindahan kalor secara konveksi terjadi antara fluida yang mengalir dengan permukaan bahan padat dan demikian pula uap air pindah dari permukaan biji jarak ke udara pengeringan.

Gambar 2 Diagram alir penanganan jarak pagar (Soeparman et al, 2007) Pengupasan dan pengeringan

Pengepresan minyak dan pemurnian

Transesterifikasi proses kimia (metanol+katalis) dan air

Pemurnian (distilasi, pencucian)

Buah jarak pagar

Biji kering

Ampas biji (pupuk, biogas)

Minyak jarak SVO

(Straight vegetable oil) Bahan bakar untuk mesin diesel yang dimodifikasi

Methanol

Biodiesel

(25)

Proses pengeringan diklasifikasikan menjadi dua, yaitu proses curah

(batch) dan proses berkesinambungan (continue). Dalam operasi curah, bahan

disimpan dalam ruang pengering dan proses pengeringan berhenti sampai tercapai kadar air kesetimbangan. Bahan yang dikeringkan langsung berhubungan dengan aliran udara yang dihembuskan. Proses pengeringan curah biasanya dipraktekkan berupa proses semi curah, yang merupakan operasi yang relatif mahal sehingga hanya dilakukan dalam skala kecil atau pilot plant. Pada proses pengeringan berkesinambungan (continue), bahan digerakkan dalam ruang pengering secara terus menerus dan kontak dengan aliran udara pengering. Arah aliran udara pengering berlawanan atau searah dengan gerakan bahan. Pengeringan yang berkesinambungan memiliki keuntungan antara lain alat yang digunakan relatif lebih kecil untuk mendapatkan jumlah hasil yang sama, biaya proses relatif murah, dan hasil lebih seragam.

Parikesit dan Utomo (1984) menyatakan bahwa yang berperan dalam pengeringan adalah hubungan kesetimbangan air dalam bahan dengan uap air dalam udara pengering. Air yang berada dalam suatu bahan akan memberikan tekanan uap tertentu tergantung pada jumlah air dan sifat bahannya. Apabila bahan yang mengandung air dipertemukan dengan suatu aliran udara yang memiliki kondisi tertentu dan tetap, maka bahan dapat mengalami salah satu hal berikut:

1. Bahan tidak mengalami perubahan kadar air

Hal ini terjadi apabila tekanan uap yang diberikan bahan sama dengan tekanan uap di udara, sehingga tidak ada gaya dorong untuk perpindahan air. Kadar air tersebut dalam bahan disebut kadar air kesetimbangan.

2. Kadar air menurun karena penguapan

Hal ini terjadi apabila tekanan uap air yang diberikan bahan lebih besar dari tekanan uap di udara dan akan berlangsung sampai tekanan uap yang diberikan bahan sama dengan tekanan uap di udara.

(26)

mempengaruhi pengeringan adalah luas permukaan bahan, suhu pengeringan, aliran udara dan tekanan uap di udara.

Parameter Mutu Biji Jarak Kering

Mutu biji jarak kering ditentukan melalui beberapa parameter diantaranya: - Biji jarak rusak, biji jarak pecah, benda-benda asing

Menurut SNI No. 01-1677-1989, biji jarak rusak adalah biji yang tidak pecah, berjamur, dimakan serangga, muda, berkeriput, dan hangus. Biji jarak pecah adalah biji yang terbelah menjadi dua bagian atau lebih dengan pecahan yang tertahan diatas saringan berukuran 2 mm, sedangkan benda-benda asing adalah segala benda-benda yang tidak termasuk biji jarak, kulit biji dan biji pecah yang lolos saringan 2 mm.

- Kadar air

Kadar air tinggi dalam bahan bakar menyebabkan penurunan mutu bahan bakar, karena dapat menurunkan nilai kalor untuk penguapan, menurunkan titik nyala, memperlambat proses pembakaran, dan menambah volume gas buang. Air yang terkandung dalam minyak dibedakan menjadi dua, yaitu air internal dan air eksternal. Air internal adalah air yang terikat di dalam minyak secara fisik dan kimia, sedangkan air eksternal adalah air yang menempel pada permukaan minyak. Air dapat menyebabkan percikan nyala api pada ujung burner, dapat mematikan nyala api, menurunkan suhu api, dan memperlama penyalaan. Pada minyak nabati, seperti minyak jarak pagar, keberadaan air akan menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme dalam minyak (Purnomo 2007).

- Kadar minyak

(27)

biji jarak sebesar 30%, dan yang terekstrak sebesar 25%, maka setiap hektar lahan yang dapat diperoleh 1.9-2.5 ton minyak/ha/tahun.

Parameter Mutu Minyak Biji Jarak

Mutu minyak biji jarak ditentukan melalui beberapa parameter diantaranya: - Indeks bias

Indeks bias merupakan perbandingan dari sinus sudut sinar jatuh dan sinus sudut sinar pantul dari cahaya ruang melalui suatu zat. Refraksi atau pembiasan disebabkan adanya interaksi antara gaya elektrostatika dan gaya elektromagnetik dari atom-atom di dalam molekul cairan. Indeks bias ini dapat menyatakan panjangnya rantai karbon, peningkatan bobot molekul, dan adanya sejumlah ikatan rangkap. Semakin panjang rantai karbon dan jumlah ikatan rangkap pada minyak, maka nilai indeks bias semakin banyak. Parameter tersebut digunakan untuk menguji kemurnian minyak (Sudarmadji, 1989). Semakin tinggi nilai indeks bias suatu minyak, maka akan semakin sulit minyak itu terbakar. Menurut SNI No. 01-1904-1990, prinsip penentuan indeks bias didasarkan pada pengukuran langsung sudut bias minyak yang dipertahankan pada kondisi suhu yang tetap.

- Kadar air

Prinsip kerja penentuan kadar air merupakan selisih berat awal dari contoh uji dan berat setelah penguapan (SNI No. 01-1904-1990).

- Bilangan iod

(28)

oksidasi adalah hidrokarbon yang yang paling penting dalam fungsinya sebagai bahan bakar. Menurut SNI cara uji minyak dan lemak No. 01-3555-1998, prinsip penentuan bilangan iod merupakan penambahan larutan iodium monokhlorida dalam campuran asam asetat dan karbon tetrakhlorida ke dalam contoh. Setelah melewati waktu tertentu dilakukan penetapan halogen yang dibebaskan dengan penambahan kalium iodida (KI). Banyaknya iod yang dibebaskan dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat dan indikator kanji.

- Bilangan penyabunan

Bilangan penyabunan didefinisikan sebagai jumlah mg kalium hidroksida yang diperlukan untuk bereaksi secara penuh dengan semua gugus aktif dalam satu gram minyak. Bilangan penyabunan menunjukkan ukuran rata-rata bobot molekul minyak. Minyak yang memiliki bobot molekul rendah akan memiliki nilai bilangan penyabunan yang tinggi, sedangkan minyak yang memiliki bobot molekul tinggi akan memiliki nilai bilangan penyabunan yang rendah. Minyak yang terdiri dari asam lemak berantai panjang akan memiliki bobot molekul yang lebih tinggi daripada asam lemak berantai pendek. Kenaikan bobot molekul ditandai dengan kenaikan titik didih. Semakin pendek rantai karbon, maka semakin rendah titik didihnya. Menurut SNI No. 01-1904-1990, prinsip penentuan bilangan penyabunan dari minyak atau lemak berarti berat kalium hidroksida (dinyatakan dalam mg), yang diperlukan untuk penyabunan 1 gram dari minyak atau lemak tersebut. Bilangan penyabunan bertalian dengan berat lemak dan daripadanya dapat diperhitungkan ekivalen penyabunan yaitu 1 gram ekivalen KOH adalah sama dengan 56100 dibagi dengan bilangan penyabunan.

- Bilangan asam

(29)

yang ada, dimana berat molekul asam lemak bebas tersebut dianggap sebesar 286, 256, atau 200 (sebanding dengan asam palmitat) sesuai dengan jenis minyak atau lemak.

Hasil Penelitian Sebelumnya

Mulyati (2000), melakukan penelitian pengeringan biji jarak (Ricinus

communis) dengan oven dan pengering sistem rak (compartment dryer). Dari

hasil pengeringan pendahuluan dengan menggunakan oven pada suhu 50, 60 dan 70 ºC, diperoleh kadar minyak yang memenuhi SNI No. 01-1677-1989, dengan rata-rata masing-masing sebesar 49.7, 49.6, dan 48.1%, sedangkan pada suhu 80 dan 90 ºC sebesar 44.1 dan 43.1%. Pengeringan utama dilakukan dengan menggunakan alat pengering sistem rak yang dibagi menjadi dua perlakuan yaitu perlakuan pada satu rak dan tiga rak pada suhu 50, 60 dan 70 ºC. Baik pengeringan satu rak maupun tiga rak, diberi perlakuan tambahan yaitu kecepatan udara pengering 2.4 m/detik; 3.4 m/detik; dan 4.4 m/detik. Berdasarkan hasil penelitian, proses pengeringan jarak satu rak maupun tiga rak, menunjukkan bahwa faktor kecepatan udara pengering, suhu, dan interaksi antara keduanya tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap kadar minyak dalam biji. Nilai kadar minyak jarak kasar untuk pengering satu rak berkisar antara 48.0-51.0%, dan untuk pengering tiga rak berkisar antara 47.5-50.5%. Suhu yang lebih tinggi mengakibatkan kadar minyak dalam biji jarak yang dihasilkan lebih rendah dan meningkatkan bilangan asam minyak jarak. Baik pengeringan satu rak maupun tiga rak memberikan nilai bilangan asam berkisar antara 0.56-1.79. Bilangan asam ini memenuhi SNI No. 01-1677-1989 yaitu maksimal 3.0.

Liestiyani (2000), melakukan penelitian pengukusan untuk biji jarak (Ricinus

communis L). Biji jarak dikeringkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu

(30)
(31)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Pengolahan Hasil Pertanian di Leuwikopo, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian, Bogor yang berlangsung pada bulan Januari sampai Agustus 2009.

Bahan dan Alat

Penelitian ini menggunakan buah jarak dari PT. Panjiwaringin di Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak, Kota Banten. Buah yang berwarna kuning dengan umur petik 90 hari setelah pembungaan (Hambali 2007), dipetik menggunakan tangan, kemudian dimasukkan ke dalam karung dan diusahakan agar tidak menyentuh tanah.

Bahan kimia yang digunakan adalah heksana, alkohol 95 persen, KOH dan sejumlah bahan kimia keperluan analisis. Alat-alat yang digunakan meliputi alat pengering tipe experimental dryer (Gambar 3), alat pemecah biji jarak, alat pengepres biji jarak (Gambar 4), oven, pengukur suhu digital (hybrid recorder), alat pengukur kadar air KETT Moisture Tester (KMS), termometer bola basah dan bola kering, timbangan digital, serta peralatan gelas dan perlengkapan analisis kimia lainnya.

(32)

(a) (b) Gambar 4 (a) Alat pemecah biji jarak dan (b) alat pengepres biji jarak.

Metode Penelitian

Perlakuan penanganan bahan

Buah jarak diperoleh dari PT. Panjiwaringin di Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak, Kota Banten. Proses sortasi dilakukan dikebun untuk memisahkan buah yang berwarna kuning, kemudian disimpan dalam karung dengan berat masing-masing sebanyak 10.5 kg dan dibawa dengan menggunakan mobil. Buah tersebut kemudian dibawa ke laboratorium dengan menggunakan karung dan disimpan dalam refrigerator dengan suhu 5°C. Buah disimpan di dalam refrigerator dalam karung terbuka pada rak-rak bertingkat (Gambar 5).

(a) (b) (c)

(33)

Buah dengan berat masing-masing 10 kg diberi perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama, buah jarak dikupas secara manual untuk mendapatkan biji jarak kemudian biji tersebut dikeringkan (Gambar 6).

(a) (b) (c) (d) Gambar 6 Perlakuan penanganan bahan dalam bentuk biji. (a) buah utuh, (b)

buah terkupas, (c) biji sortasi, dan (d) proses pengeringan biji.

Perlakuan kedua, buah jarak dikupas untuk mendapatkan biji jarak kemudian dikukus selama 5 menit, lalu dikeringkan dengan menggunakan alat pengering (Gambar 7). Pengukusan bertujuan untuk menon-aktifkan enzim pemecah lemak, membunuh bakteri dan jamur yang dapat menyebabkan minyak menjadi asam. (Sudrajat et al. 2006)

(a) (b) (c)

Gambar 7 Perlakuan penanganan bahan dalam bentuk biji. (a) proses pengukusan, (b) biji hasil pengukusan, dan (d) proses pengeringan biji kukus.

(34)

(a) (b) (c) (d) Gambar 8 Perlakuan penanganan bahan dalam bentuk buah (a) pengeringan

awal, (b) pengeringan akhir, (c) perubahan warna buah, dan (d) buah kering.

Perlakuan pengeringan

Proses pengeringan dilakukan dengan penjemuran (Gambar 9) dan pengeringan mekanis yang dapat diatur suhunya, yaitu pada suhu 50, 60, dan 70 ºC. Pertimbangan dalam memilih suhu ini berdasarkan penelitian sebelumnya dimana pada suhu 50-70 °C, memberikan kadar minyak diatas standar biji jarak menurut SNI No. 01-1677-1989, sedangkan perlakuan pada suhu diatas 70 °C dapat menurunkan kadar minyak dari biji jarak (Mulyati 2000). Diagram alir penelitian ini dapat ditunjukkan pada Gambar 10.

(a) (b) Gambar 9 Proses penjemuran. (a) penjemuran saat cuaca mendung dan

hujan, dan (b) penjemuran saat cuaca cerah

(35)

(Syarief & Suroso 1989). Proses pengeringan ini dilakukan sampai kadar air maksimal 7% (berdasarkan SNI No. 01-1677-1989).

Gambar 10 Diagram alir penelitian

Laju pengeringan

Laju pengeringan merupakan perbandingan perubahan kadar air bahan terhadap waktu pengeringan (kg H2O/jam). Laju pengeringan ini menunjukkan kecepatan perubahan kadar air bahan selama proses pengeringan.

Pengupasan 2.Mekanis 50, 60, dan

(36)

Analisis Mutu Biji Jarak Kering

Analisis dilakukan pada biji jarak pagar kering dengan parameter sebagai berikut: - Biji jarak rusak, biji jarak pecah, benda-benda asing (SNI No.

01-1677-1989)

Biji jarak ditimbang mendekati 0.1 gram sebanyak ± 500 cuplikan dalam sebuah wadah yang telah ditera sebelumnya, kemudian dituang ke dalam sebuah bak kayu yang telah disediakan khusus, atau pada selembar kertas di atas meja. Biji jarak rusak, biji jarak pecah, dan benda-benda asing disimpan ke dalam 3 wadah terpisah yang telah ditera sebelumnya, kemudian masing-masing ditimbang beratnya dengan ketelitian 0.01 g. Sebaiknya pemeriksaan dilengkapi dengan loupe. Biji jarak rusak (biji jarak pecah atau benda-benda asing) dapat dihitung pada persamaan berikut :

x100% R

Q P=

Keterangan :

P = Biji jarak rusak (biji jarak pecah atau benda-benda asing) (% bobot/bobot)

Q = Berat biji jarak rusak setelah ditimbang atau berat biji jarak pecah setelah ditimbang atau berat benda-benda asing setelah ditimbang (gram)

R = Berat cuplikan (gram) - Kadar air

(37)

Kadar air dihitung menggunakan persamaan berikut :

a = Berat contoh sebelum pengeringan (gram) b = Berat contoh setelah pengeringan (gram) - Kadar minyak (SNI No. 01-1677-1989)

Bahan kimia yang digunakan adalah (1) n-Heksana, (2) pasir yang telah dicuci dengan asam khlorida dan dibakar, dan (3) batu apung, berupa butir-butir kecil dan telah dikeringkan sebelumnya.

Peralatan yang digunakan diantaranya (1) neraca analitik, (2) penggiling mekanis yang mudah dibersihkan dan dapat menggiling ampas tanpa terjadi pemanasan, tanpa ada perubahan yang berarti dalam kadar air, bahan menguap, serta minyak menjadi bubuk dapat lolos seluruhnya melalui ayakan diameter lubang 1 mm, (3) ayakan, dengan diameter lubang 1 mm, (4) kertas saring dan kapas, yang bebas dari bahabahan yang larut dalam n-Heksana, (5) labu berkapasitas 250 ml, (6) pemanas listrik, (7) lumpang dan alu dari poselin, besi atau suasa atau sebaliknya penggiling kecil mekanis yang sesuai, dan (8) oven listrik dengan pengatur suhu.

Prosedur/pelaksanaan pengujian diantaranya :

- Pembuatan cuplikan. Cuplikan digiling demgan penggiling mekanis yang sebelumnya telah dibersihkan dengan baik. Sebesar ± 1/20 dari berat cuplikan digunakan untuk menyempurnakan kebersihan penggiling dan hasil penggilingan ini dibuang. Sisa cuplikan kemudian digiling, dikumpulkan dan dicampurkan dengan hati-hati. Pengujian dilakukan tanpa penangguhan.

- Cuplikan untuk pengujian. Segera setelah penggilingan selesai, hasil gilingan ditimbang ± 10 gram dengan ketelitian 0.01 gram. Cuplikan pengujian ditempatkan ke dalam kertas saring dan ditutup dengan penutup dari kapas.

(38)

- Penentuan. Penentuan ini diantaranya (1) labu dari alat ekstraksi yang berisi 1 atau 2 butir batu apung dikeringkan pada suhu mendekati 100 °C dan didinginkan kembali ± selama 1 jam dalam eksikator hingga suhu kamar, kemudian ditimbang mendekati 0.001 gram. Kertas saring yang berisi cuplikan ditempatkan ke dalam alat ekstraksi. Sejumlah pelarut yang diperlukan dituangkan ke dalam labu, (2) labu dipasang pada alat ekstraksi di atas alat pemanas sehingga kecepatan ekstraksi sekurang-kurangnya 3 tetes setiap detik (pendidihan berlangsung secukupnya tetapi tidak keras), (4) ekstraksi berlangsung selama 6 jam, kemudian dibiarkan menjadi dingin kembali. (5) sebagian besar pelarut diuapkan dari labu dengan cara destilasi pada penangas air atau penangas listrik. Sisa-sisa pelarut dihilangkan dengan jalan memutar-mutar labu sampai pelarutnya tertinggal sedikit sekali, (6) Sisa-sisa pelarut terakhir dihilangkan dengan jalan memanaskan labu ± 30 menit pada suhu sekitar 105 °C, (7) sisa pelarut ini dihilangkan dengan mengalirkan gas yang lamban (misalnya nitrogen atau karbondioksida) selama jangka waktu yang pendek atau dengan jalan mengurangi tekanan dalam labu, (8) labu dibiarkan menjadi dingin kembali sampai suhu kamar ± selama 1 jam, (9) labu dipanaskan kembali ± 10 menit pada kondisi yang sama, kemudian didinginkan kembali dan ditimbang. Perbedaan hasil antara dua kali penimbangan tidak boleh melebihi 0.01 gram. Jika lebih, dipanaskan kembali dalam oven selama beberapa periode ± 10 menit sampai perbedaan massa paling banyak 0.01 gram. Berat labu terakhir dicatat. Dua penentuan dikerjakan terhadap cuplikan yang sama.

Kadar minyak dihitung berdasarkan persamaan berikut:

o 1

M x100% M

= (%) minyak Kadar

Keterangan :

M0 = Massa cuplikan yang diuji (gram).

(39)

Analisis Mutu Minyak Biji Jarak

Analisis dilakukan pada minyak biji jarak dengan parameter sebagai berikut: - Indeks bias

Minyak diteteskan menggunakan pipet pada Digital ABBE refractometer

KRUSS Germany dengan suhu ruang 20oC. Besarnya indeks bias dilihat

pada layar digital.

- Kadar air (SNI No. 01-1904-1990)

Peralatan yang digunakan adalah cawan aluminium, desikator, oven, dan neraca analitik.

Prosedur/pelaksanaan pengujian diantaranya :

- Cawan alumunium dipanaskan di dalam oven pada suhu 101 ºC selama 15 menit, kemudian didinginkan dalam desikator selama 10-15 menit dan ditimbang dengan ketelitian 0.0001 g. Minyak jarak sebanyak 5 gram ditimbang dalam cawan, kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu 101±1 ºC selama 30 menit. Cawan kemudian didinginkan dalam desikator selama 10-15 menit dan ditimbang;

- Pemanasan, pendinginan, dan penimbangan diulangi sampai selisih berat antara beberapa penimbangan tidak melebihi 1 mg (0.05%);

Rumus perhitungan kadar air atau bahan yang menguap dapat dilihat sebagai berikut :

- Bilangan iod (SNI cara uji minyak dan lemak No. 01-3555-1998)

Pereaksi yang digunakan diantaranya - Karbon tetrakhlorida

- Larutan kalium iodida (KI) 20%. Kalium iodida sebanyak 20 gram dilarutkan dalam 100 ml air suling.

(40)

dengan air suling bebas CO2, dan dimasukkan ke dalam labu ukur 1 liter. 100 ml larutan natrium tiosulfat 1 N diencerkan ke dalam labu ukur 1 liter. - Pembuatan larutan Wijs dilakukan dengan melarutkan 13 gram iod ke

dalam 1 liter asam asetat pekat lalu dialiri gas khlor (tidak boleh berlebihan), sehingga sejumlah khlor yang terikat setara dengan iod yang diperlukan yaitu 3.6 gram khlor. Untuk mengetahui apakah gas khlor yang diperlukan cukup, enlemeyer berisi larutan asetat ditimbang sebelum dan sesudah dialiri gas khlor atau dengan memperhatikan perubahan warna dari coklat tua menjadi coklat kekuning-kuningan. Larutan ini kemudian dimasukkan ke dalam botol berwarna dan disimpan ditempat gelap pada suhu kurang dari 30 oC.

Peralatan yang digunakan diantaranya : - Neraca analitik, ketelitian minimal ± 0.1 mg - Erlenmeyer 500 ml

- Pipet gondok 25 ml

- Buret 50 ml, ketelitian 0.1 ml

Prosedur/pelaksanaan pengujian diantaranya :

- Sejumlah minyak ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml, bertutup asah, kemudian ditambahkan 15 ml karbon tetraoksida dengan menggunakan gelas ukur untuk melarutkan lemak. Larutan wijs ditambahkan dengan menggunakan pipet gondok, lalu erlenmeyer ditutup. - larutan kemudian disimpan selama 1-2 jam dalam tempat/ruang gelap.

Untuk lemak yang mempunyai nilai bilangan iod di bawah 50, maka larutan disimpan di tempat gelap selama 1 jam. Untuk lemak yang mempunyai bilangan iod di atas 50, maka larutan disimpan ditempat gelap selama 2 jam. Setelah dilakukan penyimpanan, larutan KI 20% sebanyak 10 ml dan 100 ml air suling ditambahkan. Erlenmeyer segera ditutup, dikocok, dan dititer dengan larutan natrium tiosulfat 0.1 N dan larutan kanji sebagai indikator.

Bilangan iod dihitung berdasarkan persamaan berikut:

(41)

N = Normalitas natrium thiosulfat (Na2S2O3)

- Bilangan penyabunan (SNI cara uji minyak dan lemak No.

01-3555-1998)

Pereaksi yang digunakan diantaranya :

- Kalium hidroksida 0.5 N dalam etanol 95%. KOH sebanyak 40 gram ditimbang dan dilarutkan dalam 25 ml air suling, kemudian diencerkan dalam etanol 95% sampai 1 liter.

- Pembuatan asam khlorida HCL 0.5 N, dengan melarutkan 41.5 ml (HCl 37% bj 1.13) menjadi 1 liter dengan air suling.

- Pembuatan Indikator larutan fenolftalein 0.5%, dengan melarutkan 0.5 gram fenolftalein dalam alkohol 95% dalam labu ukur 100 ml.

Peralatan yang digunakan diantaranya : - Neraca analitik, dengan ketelitian 0.1 mg - Erlenmeyer 200 ml

- Pendingin tegak, panjang 1 m - Pipet volumetri 25 ml

- Buret 50 ml dengan ketelitian 0.01 ml - Penangas air

Prosedur/pelaksanaan pengujian diantaranya :

- Minyak sebanyak 2 gram, dengan ketelitian 0.0001 gram, dimasukkan dalam tabung erlenmeyer.

- 25 ml KOH alkohol 0.5 ditambahkan dengan menggunakan pipet dana beberapa butir batu didih.

- Erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin tegak dan didihkan diatas penangas air selama 1 jam.

- 0.5-1 ml fenolftalein ditambahkan ke dalam larutan tersebut, dan dititer dengan asam khlorida HCl 0.1 N sampai indikator warna berubah menjadi tidak berwarna.

Bilangan penyabunan dihitung berdasarkan persamaan berikut:

(42)

Keterangan :

T1 = Volume asam 0.5 N yang dibutuhkan untuk contoh (ml) T2 = Volume asam 0.5 N yang dibutuhkan untuk blanko (ml) N = Normalitas HCL 0.5 N

W = Berat contoh (gram)

- Bilangan asam (SNI cara uji minyak dan lemak No. 01-3555-1998)

Keasaman organik suatu minyak lemak atau lemak biasanya dinyatakan dengan salah satu dari 2 cara, yaitu (1) sebagai persentasi berat dari asam lemak bebas yang ada, dimana berat molekul asam lemak bebas tersebut dianggap sebesar 282.256 atau 200 (masing-masing sebanding dengan asam oleat, asam palmitat atau asam laurat) sesuai dengan jenis minyak atau lemak. Untuk masing-masing hal, dasar perhitungan haruslah dinyatakan, dan (2) sebagai bilangan asam, dimana bilangan asam adalah jumlah mg kalium hidroksida yang diperlukan untuk menetralkan keasaman 1 gram minyak atau lemak. Apabila dalam minyak tersebut terdapat asam mineral, maka kadarnya ditentukan, kemudian perhitungan secara deduksi dilakukan dari keasaman total bahan untuk memperoleh persentasi asam lemak bebas atau bilangan asam.

Peralatan yang digunakan adalah neraca analitik, labu erlenmeyer 250 ml, dan buret 50 ml. Bahan kimia yang digunakan adalah pereaksi-pereaksi diantaranya (1) Larutan alkohol 95% netral (alkohol 95% dalam enlemeyer, diberi beberapa tetes indikator fenolftalein, kemudian dititrasi dengan larutan standar NaOH 0.1 N sampai terbentuk warna merah muda), (2) Indikator fenolftalein (PP) 0.5% (0.5 gram fenolftalein dilarutkan dalam 100 ml etanol 95%), dan (3) Larutan standar NaOH 0.1 yang diawali dengan membuat larutan NaOH 50% (100 gram NaOH dalam 100 ml air suling bebas CO2). Pembuatan larutan standar NaOH 0.1 N dilakukan dengan melarutkan 5.26 ml NaOH 50% ke dalam labu ukur 1000 ml.

Prosedur/pelaksanaan pengujian diantaranya :

- 2-5 gram minyak ditimbang ke dalam Enlemeyer 250 ml, kemudian ditambahkan 50 ml etanol 95% netral.

(43)

Bilangan asam dihitung berdasarkan persamaan berikut:

Waktu pengeringan diukur setiap 10 menit untuk 2 jam pertama, kemudian pengukuran selanjutnya dilakukan setiap 30 menit sampai diperoleh kadar air maksimal 7 %.

Rendemen

- Rendemen biji basah

Rendemen biji basah dihitung berdasarkan perbandingan antara berat biji basah hasil pengupasan terhadap berat buah awal.

x100%

A = berat biji basah setelah pengupasan (gram) B = berat buah awal (gram)

- Rendemen biji kering

Rendemen biji kering dihitung berdasarkan perbandingan antara berat biji kering hasil pengeringan terhadap berat biji basah hasil pengupasan.

x100%

(44)

- Rendemen minyak

Biji jarak dengan kadar air maksimal 7% dihaluskan dengan alat penghalus, kemudian ditimbang dan dimasukkan dalam kain blacu berukuran 30 x 30 cm dan dipress dengan menggunakan alat pengepress. Mula-mula biji jarak halus dalam kain blacu disimpan pada tabung alat pengepres, kemudian dilakukan pemanasan. Setelah suhu mencapai 105 oC, proses pengepresan dimulai. Suhu pengepresan dijaga berkisar antara 105-110 oC. Proses pengepresan berlangsung selama 20 menit.

Rendemen minyak dihitung berdasarkan perbandingan antara minyak hasil pengepresan terhadap berat biji kering.

x100%

A = minyak hasil pengepresan (gram)

B = berat biji kering yang telah dihaluskan (gram)

Pengukuran warna minyak

Minyak dalam botol yang telah disusun diambil gambarnya (Gambar 27) secara bersamaan menggunakan kamera Nixon Coolpix S52 dengan 9.0

Megapixels. Pengambilan gambar dilakukan di lapangan dengan bantuan cahaya

sinar matahari pada pukul 14.00 WIB (tidak menggunakan cahaya dari kamera). Gambar kemudian dianalisa dengan mengunakan Adobe Photoshop CS2 untuk mendapatkan nilai warna L*a*b. Setiap perlakuan diambil sembilan titik nilai warna L*a*b kemudian dirata-ratakan, dan diplotkan dalam diagram sistem warna Hunter (Gambar 28).

Berat biji

Berat biji jarak pagar dalam satu liter, yang telah ditimbang, kemudian dihitung. Berat biji dihitung berdasarkan perbandingan antara berat biji dalam satu liter dengan jumlah biji.

(45)

Berat jenis

- Berat jenis buah

Tabung gelas ukur berukuran 1000 ml, diberi air 500 ml. Buah yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam gelas ukur. Perubahan volume yang terjadi diukur (Gambar 11).

1

2 B

B A (gram/ml) buah

jenis Berat

− =

Keterangan :

A = Berat buah (gram) B1 = Volume air awal (500 ml) B2 = Volume air akhir

(a) (b) (c)

Gambar 11 (a) buah yang telah ditimbang, (b) gelas ukur yang telah diberi air, dan (c) buah dalam gelas ukur.

- Berat jenis minyak

Tabung gelas ukur berukuran 25 ml, disimpan di atas timbangan, lalu timbangan dinormalkan. Minyak jarak dimasukkan dalam tabung gelas ukur sampai batas 25 ml dan ditimbang (Gambar 12). Berat jenis minyak dihitung berdasarkan perbandingan antara berat minyak terhadap volume gelas ukur.

B A (gram/ml) minyak

jenis

(46)

Keterangan :

A = berat minyak (gram) B = volume gelas ukur (25 ml)

(a) (b) Gambar 12 (a) gelas ukur kosong dan (b) gelas ukur berisi minyak.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial (RAL Faktorial) dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah penanganan bahan dengan tiga taraf yaitu : A1 = buah jarak dikupas kemudian biji dikeringkan; A2 = buah jarak dikupas, biji dikukus selama 5 menit, lalu dikeringkan; A3 = buah jarak langsung dikeringkan, kemudian dikupas. Faktor kedua adalah suhu pengeringan dengan empat taraf yaitu B1 = penjemuran (sebagai kontrol); B2 = suhu pengeringan 50 °C; B3 = suhu pengeringan 60 °C; B4 = suhu pengeringan 70 °C.

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16. Model rancangan acak lengkap faktorial (RAL Faktorial) dengan dua faktor dan tiga ulangan dapat dilihat pada persamaan berikut:

(47)

Keterangan :

Yijk = respon setiap parameter yang diamati μ = nilai rata-rata umum

Ai = pengaruh perlakuan penanganan bahan Bj = pengaruh suhu pengeringan

ABij = pengaruh interaksi penanganan bahan dengan suhu pengeringan εijk = galat percobaan

(48)

Biji jarak yang dikeringkan menggunakan alat pengering secara visual berbeda dengan biji yang dikeringkan menggunakan sinar matahari. Hasil pengeringan biji jarak dari berbagai macam perlakuan dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 13 Biji jarak dengan berbagai macam perlakuan.

(49)

ditunjukkan pada Gambar 15. Warna dan tekstur untuk biji jarak kering berdasarkan SNI No. 01-1677-1989 tidak menjadi kriteria mutu sehingga biji jarak kering untuk pengeringan menggunakan alat pengering dan penjemuran tidak dapat dijadikan acuan untuk menentukan mutu biji jarak kering. Dengan demikian berdasarkan warna dan tekstur untuk biji kering yang dihasilkan, baik dengan menggunakan alat pengering atau penjemuran memenuhi SNI No. 01-1677-1989.

(a) (b) Gambar 14 (a) biji kering hasil pengeringan dengan alat pengering dan (b) biji

kering hasil penjemuran.

Laju pengeringan

- Laju pengeringan biji jarak pada suhu 50, 60 dan 70 oC

(50)

mulai menurun perlahan sampai menuju konstan. Suhu yang tinggi menyebabkan waktu selama pengeringan lebih cepat dibandingkan dengan suhu rendah. Rata-rata waktu pengeringan biji untuk suhu 70, 60 dan 50 oC berturut-turut 4.83, 5.83, dan 8.5 jam. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu pengeringan, menyebabkan nilai kadar air semakin rendah, sehingga banyak air yang terkandung dalam minyak yang teruapkan akibat adanya pengaruh panas, dengan demikian maka waktu pengeringan akan semakin cepat (Mustaghfiri 2007).

0

Biji 50 Biji 60 Biji 70

Gambar 15 Laju pengeringan biji jarak pada suhu 50, 60 dan 70 oC.

- Laju pengeringan biji kukus pada suhu 50, 60 dan 70 oC

Berdasarkan hasil penelitian (Gambar 17) dapat dinyatakan bahwa laju pengeringan biji kukus pada suhu 50, 60 dan 70 oC sama dengan perlakuan pengeringan biji, yaitu cenderung meningkat tajam pada awal pengeringan, kemudian menurun dan akhirnya menuju konstan.

0

Biji Kukus 50 Biji Kukus 60 Biji Kukus 70

(51)

Peningkatan laju pengeringan biji kukus tertinggi terjadi pada suhu 70 o

C dalam waktu 0.33 jam dengan laju pengeringan 0.68% bk/jam, kemudian diikuti dengan suhu 60 oC dalam waktu 0.67 jam dengan laju pengeringan 0.52 bk/jam dan suhu 50 oC dalam waktu 0.67 jam dengan laju pengeringan 0.38% bk/jam. Setelah mencapai titik puncak, maka laju pengeringan akan semakin menurun dengan cepat sampai pada titik tertentu, dan kemudian menurun sampai menuju konstan. Suhu yang tinggi menyebabkan waktu selama pengeringan lebih cepat dibandingkan dengan suhu rendah. Rata-rata waktu pengeringan biji untuk suhu 70, 60 dan 50 oC berturut-turut 6.83, 10.67, dan 13.67 jam. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu pengeringan, maka laju pengeringan akan semakin tinggi dan waktu pengeringan akan semakin singkat.

- Laju pengeringan buah pada suhu 50, 60 dan 70 oC

Berdasarkan hasil penelitian (Gambar 18) dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi suhu pengeringan maka laju pengeringan akan semakin tinggi. Selama proses pengeringan buah, laju pengeringan pada suhu 70 oC cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan suhu 50 dan 60 oC. Semakin tinggi suhu pengeringan, maka proses pengeringan akan semakin cepat. Rata-rata waktu pengeringan buah untuk suhu 50, 60 dan 70 oC berturut-turut 16, 19, dan 24 jam. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa makin tinggi suhu pengeringan, maka laju pengeringan akan makin tinggi dan waktu pengeringan akan makin singkat.

0.00

Buah 50 Buah 60 Buah 70

(52)

- Laju pengeringan penjemuran

Laju pengeringan penjemuran pada buah (Gambar 19.c) cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan laju pengeringan biji (Gambar 19.a) dan biji kukus (Gambar 19.b). Hal ini disebabkan karena kadar air pada buah sangat tinggi, sehingga terjadi penguapan air dalam jumlah besar.

(53)

Penjemuran dengan sinar matahari berlangsung pada hari pertama untuk jam ke-0 s.d jam ke-3.5, hari ketiga untuk jam ke-46.5 s.d jam ke-54.5, hari keempat untuk jam ke-71.5 s.d jam ke-76.5, dan hari keenam untuk jam ke-119 s.d jam ke-119.50 (Lampiran 19). Pada hari kedua dan kelima tidak dilakukan penjemuran, karena cuaca mendung dan hujan, sehingga masing-masing perlakuan di simpan pada tempat teduh (diangin-anginkan).

Pengaruh Penanganan Bahan dan Suhu Pengeringan terhadap Mutu

Biji Jarak Kering

- Biji jarak rusak

Biji jarak rusak menurut SNI No. 01-1677-1989 adalah biji yang tidak pecah yang berjamur, dimakan serangga, muda, berkeriput, dan hangus (Gambar 20). Rata-rata biji jarak rusak untuk biji yang dikeringkan menggunakan alat pengering pada suhu 50, 60 dan 70 oC memenuhi standar, yaitu maksimal 2%, sedangkan rata-rata biji yang dijemur dengan menggunakan sinar matahari tidak memenuhi standar. Rata-rata biji jarak yang rusak untuk biji tanpa perlakuan sebesar 4.55%, biji dengan perlakuan pengukusan sebesar 15.03%, dan biji yang dijemur dalam bentuk buah sebesar 4.09% (Tabel 2; Lampiran 20).

(a) (b) (c) Gambar 19 (a) biji berjamur, (b) biji masih muda, dan (c) biji keriput.

(54)

Penjemuran dengan sinar matahari tergantung pada kondisi cuaca. Dalam penelitian ini proses penjemuran dengan sinar matahari dalam bentuk biji berlangsung selama 4 hari (3 hari efektif saat cuaca cerah, dan 1 hari tidak efektif karena cuaca mendung dan hujan) dan dalam bentuk biji kukus dan buah selama 6 hari (4 hari efektif saat cuaca cerah, dan 2 hari tidak efektif karena cuaca mendung dan hujan).

Tabel 2 Pengaruh interaksi antara penanganan bahan dengan suhu pengeringan terhadap rata-rata biji jarak rusak

Suhu pengeringan Penanganan

bahan 50 oC 60 oC 70 oC Penjemuran Rata-rata biji rusak (%)

Biji 0.91 ab 0.69 a 0.57 a 4.55 b Biji kukus 0.72 a 1.27 ab 1.01 ab 15.03 c

Buah 0.71 a 1.07 ab 0.73 a 4.09 ab

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf kepercayaan 95%.

- Biji jarak pecah

Biji jarak pecah menurut SNI No. 01-1677-1989 adalah biji yang terbelah menjadi dua bagian atau lebih dengan pecahan yang tertahan diatas saringan berukuran 2 mm (Gambar 21). Rata-rata biji jarak pecah untuk semua perlakuan berkisar antara 0-1.14% (Tabel 3). Rata-rata ini memenuhi SNI No. 01-1677-1989, yaitu maksimal 4%.

(a) (b) (c) Gambar 20 (a) uji kualitas, (b) saringan dengan diameter 2 mm, dan (c) biji

jarak pecah.

(55)

Tabel 3 Pengaruh interaksi antara penanganan bahan dengan suhu pengeringan terhadap rata-rata biji jarak pecah

Suhu pengeringan Penanganan

bahan 50 oC 60 oC 70 oC Penjemuran Rata-rata biji pecah (%)

Biji 1.14 b

0.37 a 0.20 a 0.48 ab Biji kukus 0.09 a 0.13 a 0.19 a 0.55 ab

Buah 0.09 a 0.05 a 0.01 a 0.00 a

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf kepercayaan 95%.

- Benda-benda asing

Benda-benda asing menurut SNI No. 01-1677-1989 adalah segala benda yang tidak termasuk biji jarak, kulit biji dan biji pecah yang lolos saringan 2 mm (Gambar 22). Rata-rata benda-benda asing untuk semua perlakuan berkisar antara 0-0.02%. Nilai ini memenuhi SNI No. 01-1677-1989, yaitu maksimal 0.5% (Tabel 4).

(a) (b) Gambar 21 (a) benda-benda asing dalam cawan, dan (b) perbesaran

gambar

(56)

Tabel 4 Pengaruh interaksi antara penanganan bahan dengan suhu pengeringan terhadap rata-rata benda-benda asing

Suhu pengeringan Penanganan

bahan 50 oC 60 oC 70 oC Penjemuran Rata-rata benda-benda asing (%)

Biji 0.00 a

0.00 a 0.00 a 0.00 a Biji kukus 0.00 a 0.00 a 0.00 a 0.01 a

Buah 0.00 a 0.00 a 0.01 a 0.02 b

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf kepercayaan 95%.

- Kadar air

Kadar air merupakan selisih antara berat awal dan berat setelah penguapan dari biji jarak. Pengukuran kadar air biji dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu 105 oC (Gambar 23) untuk biji yang telah dikeringkan, sedangkan pada saat penelitian dilakukan pengukuran kadar air dengan penimbangan berat (Lampiran 17). Rata-rata kadar air awal biji jarak dengan menggunakan oven, baik biji hasil pengupasan maupun biji yang dikukus berkisar antara 42.83-45.18 % basis basah dan rata-rata kadar air awal buah berkisar antara 76.1-79.5%. Setelah dilakukan proses pengeringan, kadar air mengalami penurunan. Rata-rata kadar air biji jarak untuk semua perlakuan berkisar antara 6.03-6.77% (Tabel 5). Nilai ini memenuhi SNI No. 01-1677-1989, yaitu maksimal 7%.

(a) (b) (c) Gambar 22 (a) penyimpanan cawan berisi biji dalam oven, (b) timbangan

dan desikator, (c) biji dalam cawan.

(57)

diperoleh dari hasil pengeringan tidak berbeda nyata seperti ditunjukkan dalam Tabel 5.

Tabel 5 Pengaruh interaksi antara penanganan bahan dengan suhu pengeringan terhadap rata-rata kadar air biji jarak

Suhu pengeringan Penanganan

bahan 50 oC 60 oC 70 oC Penjemuran

Rata-rata kadar air awal biji jarak (%) Biji 45.18 a 44.57 a 45.00 a 45.00 a Biji kukus 43.34 a 44.35 a 42.83 a 45.04 a Buah 77.81 bc 76.10 b 78.87 c 79.50 c

Rata-rata kadar air akhir biji jarak (%) Biji 6.48 ab 6.77 b 6.08 ab 6.48 ab Biji kukus 6.16 ab 6.34 ab 6.57 ab 6.13 ab Buah 6.13 ab 6.04 a 6.47 ab 6.03 a

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf kepercayaan 95%.

- Kadar minyak

Kadar minyak adalah seluruh minyak yang terekstraks dari biji jarak pagar (Gambar 24). Rata-rata kadar minyak biji jarak untuk semua perlakuan berkisar antara 31.44-40.06% (Tabel 6). Nilai ini tidak memenuhi SNI No. 01-1677-1989, yaitu minimal 47%. Hal ini disebabkan karena kadar minyak tergantung pada varietasnya, sehingga sangat diperlukan perbaikan dengan pemuliaan tanaman untuk meningkatkan kadar minyak dari varietas ini. Sumber lain menyebutkan bahwa kadar minyak jarak pagar sebesar 68.44% (Agustian 2005); kadar minyak dari buah yang berwarna hijau kekuningan sampai kuning sebesar 26.98-29.38% (Wanita & Hartono 2006); satu daging biji terkandung 30% minyak SJO (straight jathropa oil) dan 70 % sisanya berupa ampas yang bisa digunakan sebagai pupuk kaya nitrogen karena kandungan minyaknya yang tinggi (Priyanto 2007).

(a) (b) (c) (d) (e)

(58)

Tabel 6 Pengaruh interaksi antara penanganan bahan dengan suhu pengeringan terhadap rata-rata kadar minyak biji jarak

Suhu pengeringan Penanganan

bahan 50 oC 60 oC 70 oC Penjemuran

Rata-rata kadar minyak biji jarak (%) Biji 38.38 de 39.58 e 40.06 e 31.44 a

Biji kukus 37.78 cde 35.17 bcd 32.09 ab 34.80 abc

Buah 34.28 abc

37.36 cde 33.55 ab 34.30 abc

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf kepercayaan 95%.

Berdasarkan analisis sidik ragam, pengaruh penanganan bahan, suhu pengeringan, dan interaksinya berbeda sangat nyata terhadap kadar minyak jarak (Lampiran 6). Rata-rata kadar minyak tertinggi sebesar 40.06%, dengan perlakuan biji yang dikeringkan menggunakan alat pengering pada suhu 70 o

(59)

Pengaruh Penanganan Bahan dan Suhu Pengeringan terhadap Mutu

Minyak Biji Jarak

- Indeks bias

Rata-rata indeks bias minyak jarak untuk semua perlakuan berkisar antara 1.4680-1.4684 dan 1.6205-1.6209 (Tabel 7). Nilai ini tidak memenuhi standar SNI No. 01-1904-1990, yaitu antara 1.475-1.479 untuk mutu satu dan mutu dua minyak jarak.

Tabel 7 Pengaruh interaksi antara penanganan bahan dengan suhu pengeringan terhadap rata-rata indeks bias minyak jarak

Suhu pengeringan Penanganan

bahan 50 oC 60 oC 70 oC Penjemuran

Rata-rata indeks bias minyak jarak Biji 1.6205 b 1.6205 b 1.6209 b 1.4681 a

Biji kukus 1.4684 a

1.4684 a 1.4683 a 1.4681 a Buah 1.4680 a 1.4682 a 1.4683 a 1.4680 a

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata berdasarkan ujii Duncan pada taraf kepercayaan 95%.

Umumnya minyak jarak pagar memiliki indeks bias sebesar 1.468 (Akiyanto 2003). Nilai ini sama untuk semua perlakuan kecuali biji yang dikeringkan pada suhu 50, 60, dan 70 oC, yaitu sebesar 1.620. Tingginya nilai indeks bias ini diduga disebabkan oleh penanganan bahan yang berbeda dan dibuktikan dengan uji Duncan pada tingkat kepercayaan 95%. Berdasarkan analisis sidik ragam, pengaruh penanganan bahan, suhu pengeringan, dan interaksinya berbeda sangat nyata terhadap indeks bias minyak jarak (Lampiran 7). Indeks bias minyak untuk biji yang dikeringkan pada suhu 50 o

C tidak berbeda nyata dengan biji yang dikeringkan pada suhu 60, dan 70 o

C, akan tetapi nilai indeks bias ini berbeda sangat nyata terhadap perlakuan penanganan bahan dalam bentuk biji kukus dan buah serta perlakuan suhu untuk penjemuran.

(60)

(Purnomo 2007) sehingga akan semakin sulit minyak itu terbakar (Sudarmadji 1989). Nugrahani (2008) menambahkan bahwa ikatan rangkap pada minyak nabati ditunjukkan oleh bilangan iodnya. Semakin tinggi indeks biasnya maka ikatan rangkap semakin rendah, sehingga bilangan iodnya semakin rendah.

- Kadar air

Kadar air minyak jarak menurut SNI No. 01-1904-1990 merupakan selisih antara berat awal dan berat setelah penguapan dari minyak jarak. Rata-rata kadar air minyak jarak untuk semua perlakuan 0.10-0.25% (Tabel 8). Nilai ini memenuhi standar SNI No. 01-1904-1990 mutu satu, yaitu maksimal 0.25%.

Berdasarkan analisis sidik ragam, pengaruh penanganan bahan, suhu pengeringan, dan interaksinya tidak berbeda nyata terhadap kadar air minyak jarak (Lampiran 8). Hal ini dapat dibuktikan pada Tabel 8, bahwa rata-rata kadar air minyak jarak untuk biji, biji kukus, dan buah, pada setiap suhu 50, 60, 70 oC dan penjemuran tidak berbeda nyata. Hal ini disebabkan karena pada saat pengepresan suhu pemanas yang digunakan berkisar antara 105-110 oC, dimana pada suhu di atas 100 oC, air akan menguap.

Tabel 8 Pengaruh interaksi antara penanganan bahan dengan suhu pengeringan terhadap rata-rata kadar air minyak jarak (%)

Suhu pengeringan Penanganan

bahan 50 oC 60 oC 70 oC Penjemuran

Rata-rata kadar air minyak jarak (%) Biji 0.12 ab

0.13 ab 0.23 ab 0.15 ab Biji kukus 0.17 ab 0.14 ab 0.15 ab 0.18 ab

Buah 0.10 a 0.12 a 0.25 b 0.13 ab

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf kepercayaan 95%.

- Bilangan iod

Gambar

Gambar 3  Experimental dryer
Gambar 5  Penanganan bahan awal
Gambar 10  Diagram alir penelitian
Gambar 11  (a) buah yang telah ditimbang, (b) gelas ukur yang telah diberi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hipotesis tindakan yang dirumuskan yaitu “ Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia melalui Pembelajaran Kelompok Partisipatif pada siswa kelas IV SDN 03

Design the development of personnel resources through government Sufi approach is the development of natural resources is based on the approach of spirituality

Konsentrasi kepemilikan tidak memperlihatkan pengaruh yang signifikan terhadap hubungan karakteristik non-keuangan dan keahlian hukum komite audit dengan tingkat keinformatifan

[r]

Pengaruh lama fermentasi terhadap aktivitas antibakteri kombucha teh hitam dan kombucha teh kulit manggis dalam menghambat pertumbuhan S. epidermidis dapat dilihat

Oleh karena itu para pengembang web membutuhkan suatu metoda, suatu bidang keilmuan dan proses yang dapat diduplikasi, alat-alat pengembang web yang baik dan

Sifat fluida yang selalu membentuk keseimbangan permukaan (surface equilibrium), sehingga setiap tindakan yang.. mengganggu keseimbangan air tanah, akan segera direspon

Apabila nilai yang ditawarkan suatu perusahaan relatif lebih tinggi dari pesaing akan mempengaruhi tingkat loyalitas konsumen, semakin tinggi persepsi nilai yang dirasakan