• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Mei 2009 sampai Bulan Januari 2010 yang meliputi pengamatan lapangan berupa pengukuran parameter lingkungan dan histologi jaringan gamet karang.

Lokasi penelitian berada pulau di gugusan Kepulauan Spermonde yaitu Pulau Badi, Sulawesi Selatan (Gambar 8). Untuk analisis histologi jaringan telur karang dilakukan di Laboratorium Histologi Ikan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan yaitu haematoxylin mayer – eosin, formalin 10%, HCL, dan alkohol bertingkat yakni 70%, 80%, dan 100% .

Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu scuba diving, kamera

speed boat, meteran, sabak, pelampung, pH meter, buku identifikasi karang,

thermometer, alat tulis menulis, handrefraktometer, currentmeter, mikroskop okuler, objek glass, deg glass, pahat, palu, cool box, kantong sampel, gunting bedah, dan botol sampel.

Skema Alur Penelitian

Gambar 9. Skema alur penelitian Identifikasi

Morfologi Karang Target

Sinyal Reproduksi Seksual dari Alam

Karang Target Keadaan Fisiologi Karang Target Saat Pengamatan Pengamatan Histologi Kerangka Pemikiran Observasi Laboratorium Observasi Lapangan Pengamatan Fase Bulan Pengamatan Oseanografi Perbandingan

Prosedur Kerja

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa bagian dan dilaksanakan dalam dua tahapan besar yakni:

1. Tahap pengamatan lapangan, dan 2. Tahap analisis laboratorium

Kedua tahapan tersebut saling terkait agar mendapatkan hasil yang didapatkan lebih maksimal.

1. Pengamatan Lapangan

Prosedur ini dibagi menjadi beberapa tahapan yang dilakukan secara bertahap dan saling terkait antara tiap bagian.

Penentuan Lokasi Penelitian

Tahapan ini lokasi yang akan diambil sebagai tempat untuk mengambil data harus sesuai dengan beberapa kriteria dan parameter lingkungan yang telah ditentukan yakni:

a. Lokasi yang sewaktu-waktu mudah dijangkau b. Kondisi karang yang masih baik

c. Berada pada daerah yang terlindung dari aksi gelombang d. Topografi perairan yang landai (reef flat)

Kelima kriteria tersebut harus terpenuhi agar penentuan karang target dilapangan akan menjadi lebih mudah. Penentuan lokasi ini dilakukan dengan survey pada siang hari ketika air sedang surut. Penandaan dilakukan dengan menggunakan pelampung yang diikatkan ke salah satu karang mati pada lokasi tersebut.

Penentuan Stasiun Pengamatan

Penentuan stasiun pengamatan didasarkan pada keberadaan karang target. Jenis karang yang akan dimati harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Jenis karang yang berpolip besar misalnya dari jenis Euphilia ancora, dan

Euphilia glabrescens.

Pengamatan Parameter Lingkungan

Parameter lingkungan yang diukur pada penelitian ini mencakup beberapa hal yakni nitrat, fospat, fase bulan, pasang surut, suhu perairan, arus, salinitas, dan pH perairan. Pengukuran in situ dilakukan pada beberapa parameter lingkungan yang cepat berubah.

Pengukuran parameter oseanografi seperti arus, suhu perairan, dan pH perairan dilakukan secara in situ tiap jam selama dua hari. Data yang didapatkan dari alam dijadikan sebagai pembanding dengan data sekunder oseanografi yang lain dari musim yang berbeda.

Pengamatan arus menggunakan currentmeter dengan pengukuran dilakukan tiap jam selama pengamatan. Untuk suhu perairan menggunakan

thermometer yang dicelup kedalam perairan dekat dengan objek yang diamati. Pengukuran pH menggunakan pH tester.

Fase bulan dan pasang surut dipergunakan data sekunder yang ada. Pada data fase bulan dengan melihat keadaan bulan serta perbandingannya dengan data fase bulan yang ada. Fase bulan yang dipergunakan yakni 2 hari sebelum dan 2 hari sesudah bulan purnama dan bulan mati.

Data pasang surut yang dipergunakan yakni data pasang surut selat Makassar, dengan perbandingan data pasang surut pada saat tersebut. Pengamatan pasang surut didasarkan pada data sekunder dalam kurun waktu 6 bulan. Data ini diperoleh dari BAKOSURTANAL Makassar.

Nitrat dan fospat pengukuran dilakukan dengan mengambil sampel air laut pada lokasi penelitian. Sampel tersebut dibawa ke laboratorium untuk diukur.

2. Pengamatan Laboratorium

Pengamatan TKG (tingkat kematangan gonad) dilakukan secara histologi maupun secara in situ. Pengamatan secara in situ dengan cara mengukur ukuran koloni untuk membandingkan umur karang yang telah siap bereproduksi. Analisis gonad pada karang digunakan metode standard dari Szmant-Froelich et al. (1980)

Metode Pengambilan Sampel

Sampel karang yang diambil berukuran ± 10 cm dari koloninya. Sampel kemudian dimasukkan kedalam botol plastik yang telah berisi formalin 5% (formalin 37% dilarutkan dengan air laut) sebagai pengawet sampel sebelum memasuki analisis berikutnya.

Metode Dekalsifikasi Karang

Sebelum melakukan pengerjaan secara histologi, sampel terlebih dahulu dipisahkan dari skeletonnya. Pemisahan tersebut dilakukan dengan menggunakan Asam Chlorida (HCL) dengan konsentrasi 12% (HCL dicampur dengan

aquadest) (Harii et al. 2001).

Sampel yang telah diawetkan didalam formalin 5% sebelum diluruhkan terlebih dahulu dicuci dengan air tawar mengalir hingga formalin lapas dari permukaan karang ditandai dengan bau yang hilang dari sampel tersebut.

Sampel kemudian dimasukkan kedalam HCl 12% dan dibiarkan selama ± 24 jam hingga seluruh kapur dari karang melunak. Jika karang belum melunak maka HCL yang ada akan diganti kemudian diamati setiap 24 jam sekali. Proses ini terus dilakukan sampai karang melunak.

Jaringan karang yang lunak kemudian diangkat dari larutan dan dicuci dengan air mengalir hingga bersih. Jaringan karang tersebut dimasukkan ke dalam botol yang berisi alkohol 70% selama 2 x 24 jam. Kemudian diteruskan ke analisis histologi.

Metode Histologi Karang

Proses histologi karang didasarkan pada metode histologi jaringan oleh Luna. 1968. Karang pada tahap ini telah didekalsifikasi sehingga rangka kapurnya melunak dan mempermudah dalam proses pemotongan.

Karang yang telah didekalsifikasi kemudian memasuki tahapan fiksasi. Potongan karang hasil dekalsifikasi yang telah direndam dalam larutan fiksasi kemudian dikeluarkan lalu dipotong horizontal dari arah dorsal ke ventral hingga ke rangka karang. Potongan jaringan tersebut dimasukkan kedalam larutan alkohol 70%

selama 15 - 30 menit untuk proses washing. Proses washing ini dilakukan sebanyak 2 kali.

Proses dehidrasi kemudian dilanjutkan dengan proses dehidrasi tahap I dengan menggunakan alkohol 70% selama 15 - 30 menit. Proses ini juga dilakukan sebanyak 2 kali.

Proses dehidrasi tahap I dilanjutkan ke proses dehidrasi Tahap II dengan menggunakan larutan alkohol 80% untuk merendam potongan jaringan selama 15 - 30 menit. Proses dehidrasi Tahap II dilakukan 2 kali.

Proses dehidrasi tahap II dilanjutkan ke proses dehidrasi tahap III dengan menggunakan larutan alkohol 90% selama 15 - 30 menit, proses ini dilakukan sebanyak 2 kali .

Tahap berikutnya yakni dehidrasi tahap IV atau dehidrasi terakhir dilakukan dengan menggunkan larutan alkohol 96 % selama 15 - 30 menit, proses ini dilakukan 2 kali.

Proses dehidrasi dilanjutkan ke proses clearing dengan menggunakan larutan Xylene atau Xylol. Proses clearing dilakukan 2 kali selama 15-30 menit.

Proses clearing dilanjutkan ke proses impregnasi (infiltrasi paraffin ke dalam jaringan) yang dilakukan 3 kali ulangan dengan selang setiap bagiannya 1 jam dalam histoembedder.

Proses impregnasi dilanjutkan ke proses penanaman potongan jaringan dalam paraffin.

Jaringan yang telah ditanam dalam blok paraffin, kemudian bloknya didinginkan selama 2 x 24 jam sehinggan blok parafinnya benar-benar kering.

Blok paraffin yang sudah kering disiapkan untuk tahap cutting (pemotongan blok berisi jaringan). Hasil cutting jaringan dilekatkan di mikroskop slide dan dibiarkan selama 24 jam sebelum dilanjutkan ke proses pewarnaan sel dengan menggunakan Haematoxylin mayer – eosin.

Proses pewarnaan selesai dilanjutkan dengan proses redehidrasi dengan menggunakan alkohol bertingkat (70 %, 80%, 90% dan 96%), masing-masing tahap dilakukan selama 5 menit.

Proses redehidrasi selesai dilanjutkan dengan pengeringan selama minimal 24 jam dalam suhu ruangan agar sampel jaringan kering sempurna dan dapat dilapis dengan glass obyek.

Sampel jaringan yang telah dilapis dengan glass obyek kemudian dikeringanginkan dalam suhu ruang selama minimal 24 jam agar perekat dapat kering sempurna.

Proses pelapisan selesai, sampel jaringan dapat diamati dibawah mikroskop dan kemudian difoto untuk mengambil gambarnya.

Analisis Data

Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif. Untuk melihat perbandingan antara faktor alam dengan ukuran telur maka akan dipergunakan Analisis Komponen Utama (PCA).

Dokumen terkait