• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 Pakan Uji

Pakan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 5 macam pakan yang memiliki kandungan isoprotein, isokalori dan isolipid. Kandungan protein pakan 30% dengan rasio-energi pakan 9,0 kkal DE/g protein, sedangkan lemak 6,1% (Syamsurnano, 2008). Komposisi bahan pakan dibuat berdasarkan komposisi bahan pakan pada penelitian Syamsurnano (2008). Sumber karbohidrat utama adalah dekstrin. Sumber lemak berasal dari minyak jagung dan minyak ikan. Pakan A menggunakan tepung bungkil kedelai 50% menggantikan protein dari tepung ikan 15%; pakan B sama seperti pakan A ditambahkan metionin ; pakan C menggunakan tepung bungkil kedelai 75% menggantikan protein dari tepung ikan 22%; pakan D sama seperti pakan C ditambahkan metionin ; dan pakan E 100% tepung bungkil kedelai menggantikan protein dari tepung ikan 30% ditambahkan metionin. Untuk pengukuran kecernaan pakan digunakan Cr2O3 (Kromium Oksida) sebanyak 0,5% sebagai indikator dengan mengurangi persentase CMC sebagai bahan pengikat.

Tabel 3. Komposisi bahan pakan percobaan (g/100g pakan)

% protein tepung kedelai : % protein tepung ikan Bahan pakan A (50 : 50) B (50 : 50) + Metionin C (75 : 25) D (75 : 25) + Metionin E (100 : 0) + Metionin Tepung ikan 22,00 22,00 12,00 12,00 0 Tepung kedelai 32,11 31,45 45,11 44,25 59,50 Dekstrin 36,36 36,86 32,84 33,25 29,40 Minyak ikan 1,00 1,00 1,50 1,50 2,00 Minyak jagung 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 Vitamin mix2* 1,50 1,50 1,50 1,50 1,50 Mineral mix2* 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 Kolin klorida 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 Fitase 0,03 0,03 0,05 0,05 0,05 CMC 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 Metionin 0,00 0,50 0,00 0,55 0,65 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Tabel 4. Komposisi proksimat (% bobot kering) dan energi pakan uji untuk ikan patin

% protein tepung kedelai : % protein tepung ikan Komposisi proksimat (%) A (50 : 50) B (50 : 50) + Metionin C (75 : 25) D (75 : 25) + Metionin E (100 : 0) + Metionin Protein 31,02 30,59 31,17 29,72 30,12 Lemak 5,85 6,16 4,54 4,17 4,65 Abu 9,42 9,02 7,61 8,07 6,98 Serat Kasar 4,11 3,47 4,77 4,71 5,48 Kadar Air 10,69 10,84 8,96 10,16 10,60 BETN* 49,6 50,76 51,91 53,33 52,77 Total energi (kkal/100g protein) 277,7 278,2 280,1 280,6 282,8 Rasio DE/P (kkal/g protein)** 9,1 9,1 9,1 9,1 9,2 Keterangan:

*BETN: Bahan ekstrak tanpa nitrogen. DE: Digestible Energy.

P : Protein.

**DE Protein = 3,0 kkal/g protein, DE Lemak = 8,1 kkal/g protein, DE karbohidrat = 2,5 Kkal/g protein (Furuichi, 1988).

Komposisi asam amino esensial dari bahan baku tepung ikan, tepung bungkil kedelai dan tubuh ikan disajikan pada Tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5. Hasil analisis asam amino esensial tepung ikan, tepung bungkil kedelai dan tubuh ikan patin (g/100 g protein dalam berat kering)

Jenis Analisis Tepung Ikan Tepung Kedelai Ikan Patin

Protein 68,77 49,14 67,11 Asam Amino Histidin 1,55 1,23 2,47 Arginin 4,34 3,67 1,99 Threonin 2,97 1,94 0,84 Valin 3,58 2,40 1,37 Metionin 1,85 0,69 1,81 Isoleusin 3,15 2,39 1,06 Leusin 4,99 3,75 2,43 Penilalanin 2,51 2,48 1,06 Lisin 5,18 3,24 1,55 Triptopan 0,77 0,67 0,35

3.2 Pemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data 3.2.1 Uji Pertumbuhan

Dalam percobaan ini digunakan ikan patin dengan bobot tubuh 1,80-1,83 g. Benih ikan percobaan berasal dari daerah sekitar Bogor.Wadah pemeliharaan adalah akuarium berukuran 40 x 33 x 40 cm sebanyak 15 buah yang diisi dengan air sampai ketinggian 34 cm dan dilengkapi dengan sistem resirkulasi. Adaptasi ikan terhadap lingkungan laboratorium dan pakan uji dilakukan selama 2 hari dalam bak fiber ukuran 2 x 1 x 1m. Setelah ikan dapat beradaptasi, ikan diseleksi untuk digunakan sebagai ikan uji. Sebelum diseleksi ikan dipuasakan selama 24 jam, lalu ditimbang bobotnya. Selanjutnya ikan dimasukkan ke dalam masing-masing akuarium dengan kepadatan 20 ekor/akuarium. Penyusunan dan penempatan akuarium dilakukan secara acak. Ikan diberi pakan 2 kali sehari, yaitu pukul 08.00, dan 18.00 WIB sampai ikan kenyang (at satiation) dan banyaknya pakan yang diberikan dicatat untuk mengetahui tingkat konsumsi pakan.. Sebelum pemberian pakan dilakukan, feses ikan uji disipon terlebih dahulu. Setelah 40 hari pemberian pakan percobaan, ikan dipuasakan selama 24 jam dan ditimbang untuk mengetahui bobot akhir. Sebanyak 2 ekor ikan setiap perlakuan digunakan untuk analisis komposisi tubuh dan 3 ekor diambil dagingnya untuk analisis proksimat daging ikan patin.

Air yang digunakan untuk pemeliharaan lebih dahulu diaerasi selama 24 jam dalam bak penampungan untuk meningkatkan kandungan oksigen terlarut. Air tersebut dialirkan dengan sistem resirkulasi ke setiap akuarium, suhu air tersebut yaitu 28o-29oC, pH berkisar 6,5 – 7, oksigen terlarut 5,03 – 5,65 ppm.

3.2.2 Uji Kecernaan

Pengukuran kecernaan pakan dilakukan untuk mengetahui tingkat kecernaan total pakan oleh ikan uji. Uji kecernaan pakan dilakukan terpisah dengan uji pertumbuhan. Pengukuran ini dilakukan pada setiap perlakuan dan dilaksanakan selama 18 hari. Pakan yang diberikan adalah pakan perlakuan yang telah diberi Cr2O3 sebanyak 0,5%. Ikan diberi pakan 2 kali sehari (pukul 08.00 dan 14.00 WIB) sampai kenyang. Pengumpulan feses dilakukan sekitar 2 jam setelah ikan diberi pakan. Adaptasi ikan terhadap pakan yang mengandung Cr2O3

dilakukan selama 4 hari dan setelah hari ke 5 pengumpulan feces dilakukan dengan cara menyipon dengan segera feses yang telah dikeluarkan oleh ikan. Feses yang terkumpul disentrifugasi pada 3.000 rpm selama 10 menit, lalu endapannya disimpan di freezer sampai dilakukan analisis kecernaan nutrien pakan (Lampiran 7).

3.2.3. Uji Ekskresi Amonia

Pengukuran ekskresi amonia dilakukan untuk mengetahui besarnya amonia (NH3) yang diekskresikan oleh ikan. Caranya ikan uji dipuasakan selama 24 jam, lalu ditimbang bobotnya. Sebelum pengamatan, ikan diberi pakan sampai kenyang, kemudian wadah ditutup dengan stryrofoam di permukaan airnya. Pada bagian tengah penutup dilubangi lalu dimasukkan selang aerasi. Selang aerasi tersebut digunakan untuk mengalirkan air dari wadah ke botol sampel air. Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel air untuk diukur kadar amonianya.. Pengambilan selanjutnya dilakukan setiap jam sekali selama 5 jam pengamatan. Kemudian nilai ekskresi amonia diplotkan dalam persamaan regresi, lalu dirata-ratakan tiap jam pengamatan.

3.3 Analisis Kimia

Analisis kimia dilakukan pada tepung ikan, tepung kedelai dan tubuh ikan patin untuk mengetahui kandungan asam aminonya. Analisis kimia juga dilakukan pada pakan percobaan dan tubuh ikan. Analisis proksimat pakan dilakukan pada awal percobaan. Sebelum pakan percobaan disusun, terlebih dahulu dilakukan analisis proksimat tepung ikan, tepung bungkil kedelai, dan dekstrin (Lampiran 8) untuk memudahkan dalam penyusunan ransum. Analisis proksimat yang dilakukan meliputi protein, lemak, abu, serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), kadar air dan komposisi asam amino. Sedangkan untuk analisis proksimat tubuh dan daging ikan dilakukan pada awal dan akhir percobaan.

Bahan dari masing-masing sampel dianalisis secara kimia sesuai prosedur yang sudah baku. Kadar protein dengan metode Kjeldahl (Lampiran 1), lemak dengan metode ekstrasi eter dengan alat Soxhlet (Lampiran 2), abu dengan metode pemanasan sampel dalam tanur pada suhu 400-600oC (Lampiran 3), serat

kasar dengan metode pelarutan sampel dalam asam dan basa kuat serta pemanasan (Lampiran 4), dan kadar air dengan metode pemanasan dalam oven pada suhu 105-110oC (Lampiran 5). Analisis asam amino dengan metode Pico-Tang yang dimodifikasi dengan alat Waters Pico-Tang HPLC (High Performance Liquid Chromatography) (Lampiran 6) dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Pertanian-Cimanggu dan analisa kadar amoniak dengan metode Phenate.

3.4 Analisis Statistik

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan dan 3 ulangan. Peubah yang diuji secara statistik meliputi pertumbuhan relatif, efesiensi pakan, retensi protein, retensi lemak, kecernaan protein, kecernaan total dan ekskresi amonia. Data dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA). Jika beberapa faktor ditemukan adanya perbedaan nyata (P<0,05), dilakukan uji lanjut uji Duncan metode Fisher multiple range test dengan program MINITAB v.14.

Peubah yang diukur sebagai berikut : 1. Pertumbuhan Relatif (Huisman,1991)

Keterangan : Wt = biomasa akhir pemeliharaan (g) W0 = biomasa awal pemeliharaan (g) PR = pertumbuhan relatif (%) 2. Efisiensi Pakan (Takeuchi, 1988)

Efisiensi pakan dihitung dengan rumus : [(Bt + Bd) – Bo)]

EP = x 100%

F

Keterangan :

Bt = bobot ikan pada akhir percobaan (g) Bo = bobot ikan pada awal percobaan (g)

Bd = jumlah bobot ikan yang mati selama percobaan (g) F = jumlah pakan yang dikonsumsi selama percobaan (g)

Wt – W0 PR (%) =

3. Retensi Protein (Takeuchi, 1988)

Retensi protein dihitung dengan rumus :

Bobot protein akhir (g) – bobot protein awal (g)

RP (%) = x 100%

Bobot total konsumsi protein (g)

4. Kecernaan Protein Pakan dan Kecernaan Total (Takeuchi, 1988) Kecernaan protein pakan dihitung dengan rumus :

ADC = (1 – NP/NF x IP/IF) x100%

Kecernaan total pakan dihitung dengan rumus :

ADC = (1 – IP/IF) x 100% Keterangan :

ADC = Koefisien kecernaan nutrien (%) IP = Indikator dalam pakan (%) IF = Indikator dalam feses (%) NP = Nutrien dalam pakan (%) NF = Nutrien dalam feses (%)

5. Analisis Ekskresi Amonia (NH3-N)

Analisa ekskresi amonia pada masing-masing perlakuan dilakukan pada akhir penelitian. Ekskresi amonia ikan per jam pengamatan setiap perlakuan dihitung dengan rumus :

[NH3-N]t1 - [NH3-N]to x V

Ekskresi amonia (NH3-N) = (mg/g tubuh/jam)

g x t

Keterangan :

[NH3-N]to = konsentrasi amonia pada awal pengamatan (mg/l) V = volume air di dalam wadah (l)

t = selang pengambilan sampel (jam) g = bobot ikan (g)

Dokumen terkait