• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Lokasi

Penelitian dilaksanakan selama 2 (dua) bulan dari bulan Februari – Maret 2012. Lokasi pengamatan dan pengambilan sampel vegetasi dilakukan di TWA Madapangga. Kajian mengenai pengetahuan lokal masyarakat sekitar kawasan dalam pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat dilakukan di Desa Ndano dan Monggo Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas: 1. Peta kawasan TWA Madapangga

2. Perlengkapan inventarisasi seperti: kompas, GPS, pita meter, meteran, tally sheet, tali rapia/tambang, hagameter dan patok dari bambu

3. Perlengkapan untuk pembuatan herbarium seperti: label, kantong plastik, koran, alkohol 70%, kamera digital

4. Panduan pertanyaan wawancara 5. Perlengkapan tulis menulis

Jenis Data yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data vegetasi dan pengetahuan lokal masyarakat sekitar kawasan dalam pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat meliputi:

1. Tingkat pohon, tiang dan pancang: nama jenis, jumlah individu, tinggi bebas cabang dan diameter

2. Tingkat semai, herba, semak, liana, epifit dan parasit: nama jenis dan jumlah individu

3. Data pengetahuan lokal masyarakat dalam pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat: nama lokal suku Mbojo Bima, habitus, bagian yang dimanfaatkan serta pemanfaatannya.

Pengumpulan Data

Analisis Vegetasi

Pengumpulan data vegetasi tumbuhan dilakukan pada ketiga blok pengelolaan dari kawasan TWA Madapangga (blok perlindungan, blok pemanfaatan terbatas dan blok pemanfaatan intensif). Metode yang digunakan

dalam pengumpulan data vegetasi adalah metode garis berpetak yang diletakkan secara sistematis dengan awal acak. Tiap blok dibuat transek-transek dengan panjang 500 m, lebar 20 m dan jarak antar transek 100 m. Jumlah seluruh transek yang diamati adalah 16 transek (8 transek pada blok perlindungan, 5 transek pada blok pemanfaatan terbatas dan 3 transek pada blok pemanfaatan intensif). Tiap transek dibuat 13 petak contoh yang berukuran 20 m x 20 m dengan jarak antar petak 20 m. Tiap petak contoh dilakukan pengukuran semua tingkat tumbuhan yaitu petak ukuran 20 m x 20 m untuk pengukuran dan pencatatan tingkat pohon, liana, epifit dan parasit serta pohon inang. Petak ukuran 10 m x 10 m dilakukan pengukuran dan pencatatan untuk tingkat tiang. Petak ukuran 5 m x 5 m dilakukan pengukuran dan pencatatan untuk tingkat pancang. Petak ukuran 2 m x 2 m dilakukan pengukuran dan pencatatan untuk tingkat semai, semak dan herba seperti pada Gambar 4 (Soerianegara & Indrawan 1988).

20 m A 20 m Arah rintisan 20 m 500 m

Gambar 4 Skema penempatan petak-petak contoh pada tiap transek. Keterangan :

A : Petak pengukuran untuk pohon, liana, epifit dan parasit (20 m x 20 m) B : Petak pengukuran untuk tiang (10 m x 10 m)

C : Petak pengukuran untuk pancang (5 m x 5 m)

D : Petak pengukuran untuk semai, semak dan herba (2 m x 2 m) Kriteria tumbuhan yang diukur adalah sebagai berikut :

1. Tingkat pertumbuhan:

a. Pohon adalah vegetasi pohon dengan diameter  20 cm. b. Tiang adalah vegetasi pohon muda diameter 10-20 cm.

c. Pancang adalah vegetasi anakan pohon yang mempunyai diameter  10 cm dan tinggi  1.5 cm.

d. Semai adalah anakan pohon yang mempunyai tinggi  1.5 cm. 2. Habitus:

a. Semak adalah tumbuhan berkayu yang pada saat dewasa mempunyai diameter < 7 cm, tumbuh rapat, berduri dan daun yang mudah gugur.

b. Herba adalah tumbuhan setahun atau menahun, tinggi 0.5-2 cm, tidak berkayu. c. Liana (non woody) adalah golongan tumbuhan yang walaupun tetap hijau tetapi

sangat tergantung pada kelompok tumbuhan lainnya dan mempunyai ketinggian > 1.5 m dari permukaan tanah.

A B B C CC D D A B B C C D

d. Epifit adalah tumbuhan yang melekat pada batang, cabang bahkan pada daun tumbuhan lainnya. Pada umumnya tumbuhan ini tidak menimbulkan pengaruh buruk pada inang yang ditumpanginya.

e. Parasit adalah tumbuhan yang hidup menempel pada tumbuhan lain dan mengambil makanan dari tumbuhan inangnya.

Pembuatan Herbarium

Pembuatan herbarium dilakukan terhadap jenis-jenis tumbuhan yang belum teridentifikasi. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pembuatan herbarium adalah sebagai berikut:

1. Mengambil spesimen herbarium yang terdiri dari ranting lengkap dengan daunnya, kalau ada bunga dan buahnya juga diambil.

2. Memotong contoh herbarium yang telah diambil dengan menggunakan gunting dengan panjang kurang lebih 40 cm.

3. Memasukkan contoh herbarium ke dalam kertas koran dengan memberi kertas label berukuran 3 cm x 5 cm. Kertas label memuat keterangan tentang nomor spesies, nama lokal, lokasi pengumpulan dan nama pengumpul/kolektor. 4. Menyusun beberapa herbarium di atas sasak yang terbuat dari bambu dan

disemprot dengan alkohol 70% untuk selanjutnya dibawa ke camp.

5. Menjemur herbarium pada sinar matahari dan menyemprot kembali dengan alkohol 70%.

6. Herbarium yang sudah kering lengkap dengan keterangan-keterangan yang diperlukan diidentifikasi untuk mendapatkan nama ilmiahnya.

Identifikasi Jenis Tumbuhan

Identifikasi jenis tumbuhan di lapangan dilakukan oleh petugas BKSDA NTB dengan menggunakan buku panduan identifikasi. Jenis-jenis yang belum teridentifikasi dibuat spesimen herbarium. Herbarium tersebut diidentifikasi oleh petugas identifikasi jenis Kebun Raya Bogor. Jenis-jenis yang telah teridentifikasi kemudian ditelusuri informasi pemanfaatannya melalui berbagai literatur/buku tentang tumbuhan pangan dan obat yang ada. Data yang diperoleh dari kedua kegiatan tersebut meliputi: nama lokal, nama ilmiah, famili, habitus, khasiat atau manfaat dan bagian-bagian yang dimanfaatkan.

Wawancara

Pengumpulan data pengetahuan lokal masyarakat dalam pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat dilakukan di Desa Ndano dan Monggo (khususnya Dusun Tolo Nggeru) yang merupakan desa terdekat dengan kawasan TWA Madapangga. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah wawancara tidak terstruktur (Sitorus 1998), dengan bantuan daftar panduan pertanyaan. Daftar panduan pertanyaan wawancara dapat dilihat pada Lampiran 16. Penentuan responden dilakukan secara stratified yaitu responden dipilih

berdasarkan kelas umur yaitu remaja (13-19 tahun), dewasa (20-60 tahun) dan tua (> 60 tahun). Alokasi responden pada tiap desa disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Alokasi responden pada pengumpulan data pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat

Jenis Responden (orang)

Jumlah responden/desa (orang/unit Jumlah desa (unit) Total responden (orang) Remaja (13 - 19 thn) Dewasa (20 - 60 thn) Tua ( > 60 thn) 10 10 10 2 2 2 20 20 20 Jumlah 30 2 60

Selain melakukan wawancara dengan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan TWA Madapangga, juga dilakukan survei pasar untuk menelusuri kebenaran informasi hasil wawancara. Tujuan survei pasar adalah untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan pangan dan obat dari hutan yang telah dijual ke pasar dan asal lokasi pemungutannya. Lokasi pasar yang disurvei adalah pasar tradisional Sila dan Bima.

Analisis Data

Keanekaragaman Jenis

Untuk menentukan ukuran keanekaragaman jenis tumbuhan, digunakan pendekatan kekayaan (Indeks Margalef), keragamaan (Indeks Shannon-Wiener), dan kemerataan (Evenness).

Kekayaan Jenis (Species richness)

Untuk menentukan kekayaan jenis dalam unit-unit pengamatan digunakan adalah indeks diversitas Margalef (1972) dalam Magurran (1988). Indeks kekayaan Margalef (DMg) adalah indeks yang menunjukan kekayaan jenis suatu

komunitas, besarnya nilai indeks ini dipengaruhi oleh banyaknya jenis dan jumlah individu pada suatu areal. Jika nilai DMg < 3.5 menunjukan kekayaan jenis

tergolong rendah, 3.5 < DMg < 5.0 menunjukan kekayaan jenis tergolong sedang,

dan DMg > 5.0 menunjukan kekayaan jenis tergolong tinggi. Indeks kekayaan

Margalef dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: DMg =

Keterangan:

DMg = Indeks kekayaan Margalef

S = Jumlah jenis

Keragaman Jenis (Heterogeneity)

Untuk menentukan keragaman jenis digunakan indeks keragaman Shannon- Wiener (Krebs 1978). Indeks ini menunjukan tingkat keanekaragaman vegetasi di suatu tempat atau hutan dimana nilainya ditentukan oleh kelimpahan jenis dan kemerataannya. Jika H' < 1.5 tergolong tingkat keragaman rendah, 1.5 ≤ H' ≥ 3.5 tergolong tingkat keragaman sedang, H' > 3.5 tergolong tingkat keragaman tinggi. Indeks keragaman Shannon-Wiener dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut :

H′= - ∑ Keterangan:

pi = Proporsi jumlah individu ke-i (ni/N) H' = Indeks diversitas Shannon - Wiener ni = Jumlah individu jenis tertentu N = Jumlah total individu seluruh jenis Kemerataan Jenis (Evenness)

Kemerataan menunjukan tingkat penyebaran jenis pada suatu areal hutan.. Kisaran nilai Evenness antara 0 - 1. Nilai Evenness yang semakin mendekati angka 1 berarti semakin tinggi nilai kemerataannya yang mengindikasikan komposisi penyebaran jenis semakin merata atau tidak didominasi oleh satu atau beberapa jenis tertentu. Nilai Evenness dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut (Magurran 1988) :

E = = Keterangan: E = Nilai evenness (0-1)

H' = Indeks diversitas Shannon-Wiener H'max = Nilai maksimun indeks diversitas = ln S

S = Jumlah jenis Dominasi Jenis

Data hasil inventarisasi vegetasi selanjutnya dianalisis untuk mengetahui dominasi jenis. Dominasi suatu jenis akan ditunjukan oleh besaran Indeks Nilai Penting (INP). Indeks Nilai Penting (INP) untuk vegetasi tingkat pancang, tiang dan pohon merupakan penjumlahan dari nilai-nilai kerapatan relatif (KR), dominasi relatif (DR), dan frekuensi relatif (FR) atau INP = KR + FR + DR, sedangkan untuk vegetasi tingkat semai, semak, herba, epifit, liana dan parasit dapat dihitung dengan INP = KR + FR. Persamaan-persamaan yang digunakan untuk menentukan nilai-nilai tersebut adalah sebagai berikut (Soerianegara & Indrawan 1988):

K =

KR = x 100% F = FR = x 100% D = DR = x 100% Pola Sebaran

Analisis pola sebaran dilakukan dengan menggunakan metode indeks Morisita (Krebs 1989) untuk menentukan kecenderungan pola penyebaran tumbuhan. Pola sebaran jenis dibedakan ke dalam tiga tipe yaitu menyebar seragam (uniform), menyebar acak (random) dan mengelompok (clumped).

Id = n

.

[∑ ∑ ] Keterangan:

Id = Indeks dispersi Morisita n = Ukuran contoh

Σx = Jumlah individu Σx2

= Jumlah kuadrat individu

Untuk menentukan pola sebaran seragam/merata (uniform), dihitung dengan persamaan :

Mu =

∑ Keterangan:

Mu : Indeks Morisita untuk pola sebaran seragam/merata

0.975 : Nilai Chi-square pada db (n-1), selangkepercayaan 97.5%

Untuk menentukan pola sebaran kelompok (clumped), dihitung dengan persamaan :

Mc =

Keterangan:

Mc : Indeks Morisita untuk pola sebaran kelompok

Untuk menghitung Indeks Morisita terstandar ( Ip ) dapat digunakan formula : Ip = 0.5 + 0.5 Jika Id ≥ Mc > 1.0 Ip = 0.5 Jika Mc > Id ≥ 1.0 Ip = - 0.5 Jika 1.0 > Id > Mu Ip = - 0.5 + 0.5 Jika 1.0 > Mu > Id

Perhitungan indeks Morisita terstandar dapat mengetahui pola sebaran yaitu acak

jika Ip = 0, mengelompok jika Ip > 0, dan seragam jika Ip < 0. Kesamaan Komunitas

Kesamaan komunitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui tingkat kesamaan antara kelompok tumbuhan (struktur maupun komposisinya). Nilai IS (indeks kesamaan) berada diantara 0 dan 1. Nilai IS yang mendekati 1 (100%) menunjukan keadaan di dalam dua komunitas yang dibandingkan sama dan sebaliknya nilai IS mendekati 0 menunjukan keadaan di dalam dua komunitas yang dibandingkan berbeda. Untuk mengetahui kesamaan komunitas tumbuhan antar lokasi pengamatan digunakan indeks kesamaan komunitas (index of similarity) Morisita-Horn (Magurran 1988), yaitu:

Keterangan:

Mjk = Indeks kesamaan komunitas Morisita-Horn

Xij = Jumlah individu jenis tertentu yang terdapat pada komunitas j

Xik = Jumlah individu jenis tertentu yang terdapat pada komunitas k

Pengetahuan Lokal Masyarakat dalam Pemanfaatan Tumbuhan Pangan dan Obat

Data kualitatif yang diperoleh dari kegiatan wawancara dan survei pasar diolah dan dianalisis dengan melakukan peringkasan, penggolongan, penyederhanaan dan pengkaitan antar tema pemanfaatan. Selanjutnya data yang telah diperoleh disajikan secara deskriptif mengenai jenis tumbuhan pangan dan obat serta pemanfaatannya sesuai dengan tema pembahasan yang ada sehingga mendukung penarikan kesimpulan.

Untuk mengetahui hubungan antara kelas umur responden dengan tingkat pengetahuannya dalam pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat yang terdapat dalam kawasan TWA Madapangga dilakukan uji Chi-Square menggunakan

software SPSS 16.0. Tingkat pengetahuan diukur berdasarkan banyaknya jumlah jenis tumbuhan pangan dan obat yang diketahui pemanfaatannya oleh responden, kemudian dibandingkan dengan daftar jenis tumbuhan pangan dan obat yang



 2 2 2 ik ij x x x x Mjk ij ik

ditemukan di TWA Madapangga. Kriteria penilaian tingkat pengetahuan responden yang digunakan adalah kriteria tingkat pengetahuan menurut Arikunto (2006) yaitu:

Baik : Responden mengetahui 76-100% pemanfaatan dari keseluruhan jenis tumbuhan pangan dan obat yang ditemukan di TWA Madapangga

Cukup : Responden mengetahui 50-75% pemanfaatan dari keseluruhan jenis tumbuhan pangan dan obat yang ditemukan di TWA Madapangga

Kurang: Responden mengetahui < 50% pemanfaatan dari keseluruhan jenis tumbuhan pangan dan obat yang ditemukan di TWA Madapangga

Persamaan yang digunakan dalam Chi-Square adalah sebagai berikut:

Keterangan:

X²hit = Nilai Chi-Square

Oi = frekuensi Observasi/pengamatan Ei = Frekuensi harapan

Hipotesa yang diuji:

H0 = Tidak ada perbedaan tingkat pengetahuan pemanfaatan tumbuhan pangan

dan obat antar kelas umur responden

H1 = Ada perbedaan tingkat pengetahuan pemanfaatan tumbuhan pangan dan

obat antar kelas umur responden Kriteria uji:

Jika X² hitung > X² (0.05;db); maka terima H1

Jika X² hitung ≤ X² (0.05;db); maka terima H0

Dokumen terkait