• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini berjudul Konsep Diri, Kecerdasan Emosional, Tingkat Stres, dan Strategi Koping Remaja pada Berbagai Model Pembelajaran di SMA. Disain

penelitian yang digunakan adalah cross sectional study, yaitu penelitian yang

dilakukan dalam satu waktu tertentu. Pemilihan tempat dengan berbagai model pembelajaran yang digunakan (akselerasi, RSBI, dan reguler) dalam penelitian ini

dilakukan secara purposive. Pemilihan kelas akselerasi didasarkan pada

pertimbangan bahwa SMA Negeri 3 Bogor merupakan SMA Negeri yang pertama kali mencanangkan program kelas Akselerasi di Kota Bogor. Dalam menentukan kelas RSBI didasarkan pada pertimbangan bahwa kelas RSBI SMA Negeri 3 Bogor memiliki jenis lingkungan yang sama dengan kelas akselerasi yang juga diteliti dalam penelitian ini. Selain itu, untuk menentukan kelas reguler pada SMA Negeri 8 Bogor dipilih berdasarkan perbedaan karakteristik sekolah dengan SMA Negeri 3 Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan mulai bulan April hingga Mei 2011.

Cara Pemilihan Contoh

Contoh dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 8 Bogor yang tergolong ke dalam kategori remaja. Jumlah contoh yang diambil adalah 26 contoh yang merupakan siswa akselerasi, 30 contoh siswa kelas RSBI, dan 30 contoh yang merupakan siswa reguler pada kelas XI IPA. Pemilihan kelas XI ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa kelas tersebut telah memiliki pengalaman dalam hal program yang diterapkan di sekolah yang bersangkutan dan tidak disibukkan dengan persiapan Ujian Nasional. Total contoh adalah 86 contoh.

Pengambilan contoh tersebut terdiri atas siswa yang termasuk ke dalam kelas akselerasi, kelas RSBI, dan kelas reguler. Dalam hal ini, peneliti akan membandingkan ketiga kelas contoh berdasarkan program pembelajaran yang berbeda dalam hal konsep diri, kecerdasan emosional, tingkat stres, dan strategi koping contoh.

27 Purposive Purposive P Purposive

Gambar 2 Kerangka contoh penelitian

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari contoh dan dikumpulkan dengan alat bantu berupa kuesioner. Data primer terdiri atas (1) Karakteristik contoh meliputi jenis kelamin, usia, dan urutan anak, (2) Karakteristik keluarga meliputi usia orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, dan besar keluarga, (3) Konsep diri contoh, (4) Kecerdasan emosional contoh, (5) Stres yang dialami contoh, serta (6)

Strategi koping contoh dalam menghadapi stres yang meliputi problem focused

coping dan emotion focused coping. Data sekunder yang digunakan adalah data yang diperoleh dari sekolah yang bersangkutan, yaitu mengenai karakteristik sekolah.

Kota Bogor

Akselerasi (1 kelas)

RSBI (6 kelas)

SMA Negeri 3 Bogor SMA Negeri 8 Bogor

Reguler (5 kelas) Kelas XI IPA (1 kelas=26 siswa) Kelas XI IPA (1 kelas=32 siswa) Kelas XI IPA (1 kelas=39 siswa) Purposive n=26 n=30 n=30 Purposive

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data

Jenis

data Peubah

Alat dan cara

pengukuran Skala data

Primer Karakteristik contoh

Usia Jenis kelamin Urutan kelahiran kuesioner Rasio Nominal Ordinal Primer Karakteristik keluarga

Usia Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Besar Keluarga kuesioner Rasio Ordinal Nominal Rasio Ordinal

Primer Konsep diri contoh

Dimensi internal

Dimensi eksternal

kuesioner Ordinal

Ordinal

Primer Kecerdasan emosional

contoh

Kesadaran emosi diri

Pengelolaan emosi diri

Kemampuan memotivasi

diri

Kemampuan empati

Seni membina hubungan

kuesioner Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Primer Tingkat stres contoh

Reaksi fisik

Reaksi psikologis

kuesioner Ordinal

Ordinal

Primer Strategikoping

Problem Focused Coping Emotion Focused Coping

kuesioner Ordinal

Ordinal Sekunder Karakteristik sekolah

Model Pembelajaran (lingkungan, metode belajar, dan kurikulum)

Data sekolah

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian diolah melalui proses editing, coding,

scoring, entry, cleaning, dan analisis data. Pengolahan dan analisis data dilakukan

secara statistik deskriptif dan inferensia dengan menggunakan program SPSS 16.0

for windows dan Microsoft Excel 2007. Kontrol kualitas data dilakukan dengan uji kuesioner, uji realibilitas, dan uji validitas untuk alat ukur konsep diri, kecerdasan

29

Pada kuesioner terdapat data mengenai karakteristik contoh, karakteristik keluarga, karakteristik sekolah, konsep diri, kecerdasan emosional, tingkat stres, dan strategi koping contoh. Pengolahan data yang dilakukan pada variabel karakteristik contoh terdiri atas jenis kelamin, usia, dan urutan kelahiran. Jenis kelamin dibedakan menjadi (1) laki-laki, (2) perempuan. Usia contoh secara keseluruhan tergolong ke dalam remaja awal (13-16 tahun) dan remaja akhir (17-18 tahun), sedangkan urutan kelahiran diklasifikasi menjadi (1) anak sulung, (2) anak tengah, dan (3) anak bungsu.

Karakteristik keluarga terdiri atas usia orang tua, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan besar keluarga. Hurlock (1980) membagi usia menjadi tiga kategori yakni dewasa awal (18-40 tahun), dewasa madya (41-60 tahun), dan dewasa akhir (> 60 tahun). Tingkat pendidikan orang tua diukur berdasarkan pendidikan formal terakhir yang pernah diikuti orang tua contoh, yaitu (0) tidak tamat SD, (1) SD/sederajat (2) SMP/sederajat (3) SMA/sederajat (4) D1, D2, dan D3 (5) S1, S2, dan S3 (6) lainnya yang tidak terdaftar dalam kuesioner.

Jenis pekerjaan orang tua merupakan pekerjaan utama yang dilakukan orang tua untuk menghidupi keluarga, yaitu (1) tidak bekerja (2) petani (3) buruh tani, (4) wiraswasta (5) swasta (6) PNS/ABRI (7) pensiun (8) dokter (9) supir. Data pendapatan orang tua diperoleh dari pendapatan total keluarga, dikelompokkan menjadi (1) kurang dari sama dengan dari Rp 1.000.000,00; (2) antara Rp 1.000.001,00 sampai dengan Rp 2.000.000,00; (3) antara Rp 2.000.001,00 sampai dengan Rp 3.000.000,00; (4) antara Rp 3.000.001,00 sampai dengan Rp 4.000.000,00; (5) antara Rp 4.000.001,00 sampai dengan Rp 5.000.000,00; dan (6) lebih dari sama dengan Rp 5.000.001,00. Data besar keluarga dikelompokkan

berdasarkan data Hurlock (1980) yaitu keluarga kecil (≤ 4 orang), sedang (5-7

orang), dan besar (≥ 8 orang).

Data konsep diri diukur menggunakan kuesioner berbentuk skala yang

mengacu pada alat skala konsep diri yaitu Tennessee Self-Concept Scale (TSCS)

yang disusun oleh Fitts (1971) dan dimodifikasi oleh Hapsari (2001) mengenai konsep diri remaja yang terdiri dari 15 dimensi, yaitu: identitas diri fisik, tingkah laku fisik, kepuasan diri fisik, identitas diri etik moral, tingkah laku etik moral, kepuasan etik moral, identitas diri personal, tingkah laku diri personal, kepuasan

diri personal, identitas diri keluarga, tingkah laku diri keluarga, kepuasan diri keluarga, identitas diri sosial, tingkah laku diri sosial, dan kepuasan diri sosial.

Setiap dimensi yang diukur terdapat dua sifat item yaitu pernyataan yang

bersifat positif (favorable) dan pernyataan bersifat negatif (unfavorable). Data

konsep diri secara keseluruhan berjumlah 100 item pertanyaan dan kemudian dipilih 50 pertanyaan yang terdiri atas pertanyaan positif dan negatif. Pembagian skor terbagi menjadi empat, yaitu 1 untuk sangat tidak sesuai, 2 untuk tidak sesuai, 3 untuk sesuai, dan 4 untuk sangat sesuai. Setelah diberi skor, masing-masing jawaban dikategorikan ke dalam kategori positif dan negatif sesuai dengan skor yang dicapai.

Data kecerdasan emosional terdiri atas 35 item pertanyaan yang telah dikembangkan oleh peneliti berdasarkan indikator kecerdasan emosional dalam teori Goleman (2007). Pembagian skor dalam data ini terbagi menjadi 1 untuk sangat tidak sesuai, 2 untuk tidak sesuai, 3 untuk sesuai, dan 4 untuk sangat sesuai. Setelah diberi skor, masing-masing jawaban dikategorikan menjadi rendah (< 60%), sedang (60%-80%), dan tinggi (> 80%).

Data gejala stres diukur menggunakan kuesioner yang disusun oleh H. Ebel

(1983) dan dikembangkan oleh Latifah (2009) yang terdiri atas 57 item

pertanyaan dan kemudian dipilih 30 item pertanyaan dengan pembagian skor 1 untuk tidak pernah, 2 untuk jarang, 3 untuk sering, dan 4 untuk sering sekali. Setelah diberi skor, masing-masing jawaban dikategorikan menjadi rendah (< 60%), sedang (60%-80%), dan tinggi (> 80%).

Data strategi koping terdiri atas 30 item pertanyaan yang dikembangkan

oleh peneliti berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Atkinson, Atkinson,

Smith, dan Bem (2000). Pembagian skor dalam data ini terbagi menjadi 1 untuk sangat tidak membantu, 2 untuk tidak membantu, 3 untuk membantu, dan 4 untuk sangat membantu. Setelah diberi skor, data tersebut kemudian dibagi ke dalam

dua jenis, yaitu emotional focused coping dan problem focused coping. Kemudian

dari masing-masing jenis koping tersebut, dikategorikan lagi secara lebih spesifik jenis koping yang lebih dominan dengan kategori rendah (< 60%), sedang (60%-80%), dan tinggi (> 80%).

31

Uji reliabilitas menunjukkan nilai Cronbach alpha untuk konsep diri

0,856, kecerdasan emosional sebesar 0,835, gejala stres sebesar 0,837, dan strategi koping sebesar 0,778. Data dianalisis secara deskriptif dan inferensia. Analisis deskriptif mencakup rata-rata, nilai maksimum dan minimum yang digunakan untuk semua data kuantitatif. Sistem skoring dilakukan dengan menjumlahkan dan mengkategorikan dengan menggunakan teknik skoring secara normatif. Analisis inferensia yang dilakukan adalah korelasi Spearman untuk menganalisis hubungan antar variabel pada data ordinal dan rasio. Selain itu, menggunakan Uji Regresi

Linier Berganda untuk mengetahui pengaruh antar variabel serta Uji one way

Anova untuk mengetahui perbedaan tiap variabel pada berbagai model pembelajaran.

Analisis hubungan antar variabel secara statistik deskriptif akan digunakan tabulasi silang. Uji Deskriptif pada seluruh variabel yang diamati digunakan untuk melihat sebaran contoh menurut variabel yang diteliti. Analisis secara inferensia akan menggunakan:

1. Uji Korelasi Spearman dan Pearson

Uji ini digunakan untuk melihat hubungan antara karakteristik contoh, karakteristik keluarga contoh, karakteristik sekolah, konsep diri, kecerdasan emosional, tingkat stres, dan juga strategi koping yang

dilakukan. Uji korelasi Spearman untuk data yang berskala ordinal, dan

Pearson untuk skala data interval dan rasio.

2. Uji Variansi satu arah (Anova) digunakan untuk melihat perbedaan antara

setiap data yang berskala rasio pada contoh yang merupakan siswa akselerasi, RSBI, dan reguler.

Definisi operasional

Karakteristik remaja adalah ciri khas yang dimiliki oleh remaja yang diteliti, meliputi jenis kelamin, usia, dan urutan anak dalam keluarga.

Contoh adalah siswa yang berusia 13-18 tahun yang berada di kelas Reguler, Akselerasi, dan RSBI.

Karakteristik keluarga adalah keadaan keluarga yang meliputi usia orang tua, tingkat pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, dan besar keluarga.

rs = 1-∑d2 i

Besar keluarga adalah jumlah orang yang memiliki hubungan keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak serta hidup dari sumberdaya yang sama. Pendidikan orang tua adalah pendidikan tertinggi yang dilewati oleh orang tua

contoh.

Pendapatan keluarga pekerjaan utama yang dilakukan oleh keluarga contoh yang memberikan penghasilan paling besar.

Model Pembelajaran suatu cara yang dapat menunjang proses belajar di sekolah yang terdiri atas lingkungan belajar, metode pembelajaran, dan kurikulum yang digunakan.

Program Akselerasi suatu program percepatan proses belajar dengan pengurangan waktu satu tahun dari biasanya yang diperuntukkan bagi anak-anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata.

Program Kelas RSBI suatu program yang dilaksanakan di sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas global atau Internasional serta menciptakan lulusan yang memiliki daya sains yang tinggi melalui inovasi di bidang pengelolaan sekolah dan proses pembelajaran dan menyediakan fasilitas yang lengkap, sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan perkembangan teknologi.

Konsep diri internal pandangan seseorang tentang dirinya yang dipersepsi berdasarkan dunia batin seseorang yang terdiri atas identitas diri, tingkah laku, dan kepuasan diri.

Konsep diri eksternal pandangan seseorang tentang dirinya yang dipersepsi berdasarkan peran, aktivitas, dan nilai yang dianut oleh seseorang dan terdiri atas diri fisik, etik moral, diri personal, diri keluarga, dan diri sosial. Kecerdasan emosional adalah kemampuan contoh dalam mengenali emosi,

mengelola emosi, memotivasi diri, berempati, dan kemampuan membina hubungan dengan orang lain.

Stres suatu kondisi atau perasaan seseorang saat dihadapkan pada peristiwa yang dirasakan dapat mengancam kesehatan fisik atau psikologisnya.

Strategi koping suatu program pengurangan stres kognitif yang terdiri atas

HASIL

Keadaan Umum Lokasi Penelitian Profil SMA Negeri 3 Bogor

SMA Negeri 3 Bogor yang terletak di Jalan Pakuan No.4 Bogor, resmi berdiri pada tanggal 1 Juli 1981. Awalnya sekolah ini bernama SMA Baranangsiang yang didirikan oleh Bapak Ali Sadikin. Gedung di Jalan Pakuan ini pernah dipergunakan oleh SMAN 2, SMAN 3, dan SMAN 4 hingga akhirnya ditetapkan bahwa SMAN 3 Bogor lah yang berhak menempati lokasi tersebut. SMAN 3 Bogor memiliki 25 kelas dan siswa lebih dari 1000 orang serta telah tumbuh dan berkembang menjadi salah satu sekolah favorit di Bogor. Salah satu prestasi yang terukir adalah selalu terjadi peningkatan jumlah siswa yang diterima di PTN baik melalui jalur SPMB maupun jalur USMI (Ujian Saringan Masuk). Dalam menunjang seluruh aktivitas akademik dan non-akademik, SMAN 3 Bogor dibina oleh 59 guru tetap, 6 guru tidak tetap, 8 orang bagian tata usaha, dan 9 orang pembantu umum.

Kelas Akselerasi SMA Negeri 3 Bogor

Mulai tahun ajaran 2002/2003 SMAN 3 Bogor diberi kepercayaan oleh Dinas Pendidikan Kota Bogor untuk membuka kelas Akselerasi yaitu kelas percepatan yang membuat siswa dapat menyelesaikan pendidikan di SMA dalam waktu hanya 2 tahun saja. Layanan pembelajaran yang menyamaratakan kemampuan siswa ternyata bertentangan dengan kenyataan bahwa setiap orang memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu perubahan dalam hal strategi pelayanan pembelajaran dengan memberikan pelayanan sesuai dengan minat dan kemampuan siswa. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengelompokkan siswa dalam kelas akselerasi. Tujuan dari adanya program kelas akselerasi ini antara lain, memberikan layanan kepada anak berbakat untuk mewujudkan bakat dan kemampuannya secara optimal, memberikan kesempatan pada siswa untuk menyelesaikan pendidikan lebih awal (2 tahun), mengembangkan kemampuan intelektual, emosional, dan spiritual secara komprehensif dan optimal sesuai dengan potensi siswa, serta

mengembangkan kreativitas siswa secara optimal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan hidup di masyarakat secara mandiri.

Kelas RSBI SMA Negeri 3 Bogor

Era Globalisasi menuntut kemampuan daya saing yang kuat dalam teknologi, manajemen, dan sumber daya manusia. Dalam upaya mewujudkan hal tersebut, Pemerintah melakukan berbagai inovasi di bidang pendidikan. Salah satunya dengan mendirikan kelas Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). RSBI adalah sekolah nasional yang menyiapkan peserta didiknya berdasarkan standar nasional pendidikan Indonesia namun dengan taraf Internasional sehingga lulusannya memiliki kemampuan daya saing Internasional. SMAN 3 Bogor sebagai penyelenggara pendidikan berkeyakinan bahwa paradigma baru pendidikan harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin melalui fasilitas yang dilaksanakan dengan proses pendidikan yang bermartabat, pro perubahan (kreatif, inovatif, dan experimentatif), serta dapat menumbuhkembangkan bakat, minat dan kemampuan peserta didik. Dengan demikian penyelenggaraan kelas RSBI di SMAN 3 Bogor dapat memfasilitasi peserta didik agar mempunyai daya saing Internasional, menghasilkan lulusan yang berkelas Nasional dan Internasional serta meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Program pendidikan yang akan dilaksanakan oleh kelas Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) antara lain, lama peserta didik belajar adalah 3 tahun untuk mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, Biologi dan Bahasa Inggris dengan menggunakan kurikulum nasional dan Internasional, menggunakan bahasa pengantar bilingual (Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia), menggunakan teknologi komunikasi Informasi (ICT), dan menerapkan model pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa menjadi kreatif, inovatif, dinamis, dan mandiri. Fasilitas belajar yang diberikan, yaitu ruang kelas yang memenuhi standar Internasional, pembelajaran berbasis ICT, Laboratorium IPA dan Bahasa. Selain itu juga tersedia akses internet dan ruang multimedia.

35

Profil SMA Negeri 8 Bogor

SMAN 8 Kota Bogor didirikan pada tanggal 5 Oktober 1994. Awalnya sekolah ini berdiri dengan nama SMAN 1 Kedunghalang yang diresmikan oleh kepala kantor Wilayah Pendidikan dan Kebudayaan provinsi Jawa Barat. Pada awalnya, SMAN 1 Kedunghalang belum mempunyai gedung sendiri sehingga harus menyatu dengan SMAN 6 Kota Bogor. Sekolah ini dikepalai pertama kali oleh bapak Drs. Yusupandi dengan guru sebanyak 25 orang dan murid berjumlah 200 orang. Pada tahun 1994 SMAN 1 Kedunghalang ini berganti nama menjadi SMAN 8 Kota Bogor yang digunakan sampai dengan sekarang.

Sekolah yang beralamat di Jalan BTN Ciparigi No. 60, Desa Ciparigi, Kecamatan Bogor Utara ini memiliki visi menjadi sekolah yang nyaman dengan sumber daya manusia yang berkualitas dan berwawasan teknologi berlandaskan iman dan taqwa. Selain itu, SMAN 8 juga memiliki beberapa misi, antara lain, meningkatkan prestasi akademik lulusan, membentuk peserta didik yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur, meningkatkan prestasi ekstra kurikuler, menumbuhkan minat baca, meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris, serta meningkatkan wawasan berbasis teknologi bagi pendidik dan peserta didik.

Karakteristik Contoh Jenis Kelamin

Jumlah contoh pada penelitian ini adalah sebanyak 86 orang yang berasal dari tiga kelompok kelas yang berbeda, yaitu 26 contoh dari kelas akselerasi, 30 contoh dari kelas RSBI, dan 30 contoh dari kelas reguler. Lebih dari separuh contoh dari masing-masing kelas tersebut terdiri atas contoh yang berjenis kelamin perempuan, yaitu persentase masing-masing kelas sebesar 61,5 persen di kelas akselerasi, 60 persen di kelas RSBI, dan 66,7 persen di kelas reguler (Tabel 2).

Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Contoh Akselerasi RSBI Reguler Total

n % n % n % n %

Laki-laki 10 38,5 12 40,0 10 33,3 32 37,2

Perempuan 16 61,5 18 60,0 20 66,7 54 62,8

Usia

Usia contoh secara keseluruhan tergolong ke dalam remaja awal (13-16 tahun) dan remaja akhir (17-18 tahun). Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa data menyebar dengan rata-rata usia ketiga jenis contoh adalah 16 tahun. Seluruh contoh pada kelas akselerasi termasuk dalam kategori remaja awal, yaitu berada pada kisaran usia 13 sampai 16 tahun. Lebih dari separuh contoh pada kelas RSBI (53,3%) dan kelas reguler (53,3%) termasuk ke dalam kategori remaja awal. Hasil

uji beda one way anova menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata

dalam hal usia (p<0,01) antara kelas akselerasi, RSBI, dan juga reguler. Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan usia

Urutan Kelahiran

Urutan kelahiran diklasifikasi menjadi anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu. Terlihat bahwa data menyebar dengan rata-rata urutan kelahiran ketiga kelompok contoh adalah anak sulung. Ketiga kelompok contoh memiliki persentase paling besar pada urutan anak sulung. Lebih dari separuh contoh pada kelas akselerasi (61,5%) merupakan anak sulung. Pada kelas RSBI, hampir separuh contoh juga merupakan anak sulung (46,7%), dan separuh contoh pada kelas reguler (50,0%) pun merupakan anak sulung. Orang tua cenderung memberikan tuntutan dan menetapkan standar yang tinggi bagi anak sulung. Hal tersebut dapat membuat anak meraih keberhasilan dan memiliki pekerjaan yang lebih baik dibandingkan saudara kandungnya. Akan tetapi, tekanan untuk menjadi berhasil tersebut dapat menjadi alasan mengapa anak sulung seringkali memiliki rasa bersalah, lebih cemas, dan kesulitan menghadapi situasi yang menimbulkan stres (Santrock 2003).

Kelompok Usia Contoh (Tahun)

Akselerasi RSBI Reguler Total

n % n % n % n % Remaja awal (13-16) 26 100,0 16 53,3 16 53,3 58 67,4 Remaja akhir (17-18) 0 0,0 14 46,7 14 46,7 28 32,6 Total 26 100,0 30 100,0 30 100,0 86 100,0 Mean±SD (tahun) 15,27±0,533 16,50±0,572 16,47±0,507 16,12±0,773 p-value 0,000

37

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan urutan kelahiran

Karakteristik Keluarga Usia Orang tua

Berdasarkan Hurlock (1980), usia dibagi menjadi tiga kategori yakni dewasa awal (18-40 tahun), dewasa madya (41-60 tahun), dan dewasa akhir (> 60 tahun). Terlihat bahwa data menyebar dengan rata-rata usia ayah dan ibu ketiga jenis contoh berada pada kategori dewasa madya (41-60 tahun). Hampir seluruh ayah contoh di kelas akselerasi (96,1%), kelas RSBI (92.8%), dan kelas reguler (93,3%) berada pada kategori dewasa madya atau kisaran 41 sampai dengan 60 tahun. Begitupun untuk usia ibu contoh pada kelas akselerasi dan RSBI.

Tabel 5 Sebaran contoh menurut usia orang tua contoh

Keterangan: * sebanyak dua orang ayah dari kelas SBI telah meninggal dunia Kelompok Urutan

Kelahiran Contoh

Akselerasi RSBI Reguler Total

n % n % n % n % Anak sulung 16 61,5 14 46,7 15 50,0 45 52,3 Anak tengah 4 15,4 8 26,7 7 23,3 19 22,1 Anak bungsu 6 23,1 8 26,7 8 26,7 22 25,6 Total 26 100,0 30 100,0 30 100,0 86 100,0 Mean±SD (tahun) 1,62±0,852 1.80±0,847 1,77±0,858 1,73±0,846 Kelompok Usia Orangtua (Tahun)

Akselerasi RSBI* Reguler Total

n % n % n % n % Ayah Dewasa muda (18-40) 1 3,8 0 0,0 2 6,7 3 3,7 Dewasa madya (41-60) 25 96,1 26 92,8 28 93,3 79 94,0 Dewasa lanjut (>60) 0 0,0 2 7,14 0 0,0 2 2,3 Total 26 100,0 28 100,0 30 100,0 84 100,0 Mean±SD (tahun) 47,77±5,078 50,21±6,332 47,09±8,962 48,21±5,248 p-value 0,900 Ibu Dewasa muda (18-40) 2 7,6 2 6,6 8 26,6 12 14,0 Dewasa madya (41-60) 24 92,3 28 93,3 22 73,3 74 86,0 Dewasa lanjut (>60) 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 Total 26 100,0 30 100,0 30 100,0 86 100,0 Mean±SD (tahun) 44,19±3,666 45,43±4,248 41,83±2,925 43,80±3,922 p-value 0,001

Hampir seluruh ibu contoh berada pada kategori dewasa madya, yaitu kelas akselerasi sebesar 92,3 persen dan kelas RSBI sebesar 93,3 persen. Pada kelas reguler, hampir tiga per empat (73,3%) ibu contoh berada pada kategori dewasa madya dan sisanya termasuk ke dalam kategori dewasa muda, yaitu sebesar 6,8 persen berada pada kisaran usia 18 sampai dengan 40 tahun. Hasil uji

beda one way anova menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata

dalam usia ayah contoh (p>0,05), namun terdapat perbedaan dalam hal usia ibu contoh (p<0,05) dari ketiga kelompok kelas tersebut.

Pendidikan Orang tua

Tingkat pendidikan orang tua diukur berdasarkan pendidikan formal terakhir yang pernah diikuti orang tua contoh, yaitu tidak tamat SD; SD/sederajat; SMP/sederajat; SMA/sederajat; D1, D2, dan D3; serta S1, S2, dan S3. Tabel 6 menunjukkan bahwa data menyebar dengan rata-rata pendidikan ayah pada ketiga kelompok contoh adalah lulusan S1/S2/S3, sedangkan pendidikan ibu pada ketiga kelompok contoh adalah SMA/sederajat.

Tabel 6 Sebaran contoh menurut pendidikan orang tua contoh Kelompok

Pendidikan Orangtua

Akselerasi RSBI* Reguler Total

n % n % n % n % Ayah Tidak Tamat SD 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 SD 0 0,0 0 0,0 2 6,7 2 2,3 SMP 0 0,0 1 3,6 2 6,7 3 3,5 SMA/sederajat 3 11,5 6 21,4 15 50,0 24 28,6 D1/D2/D3 4 15,4 2 7,1 1 3,3 7 8,4 S1/S2/S3 19 73,1 19 67,8 10 33,3 48 57,2 Total 26 100,0 28 100,0 30 100,0 84 100,0 Mean±SD (tahun) 4,62±0,697 4,39±0,956 3,50±1,225 4,14±1,099 p-value 0,001 Ibu Tidak Tamat SD 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 SD 0 0,0 2 6,7 3 10,0 5 5,8 SMP 0 0,0 0 0,0 7 23,3 7 8,1 SMA/sederajat 3 11,5 13 43.3 15 50,0 31 36,0 D1/D2/D3 5 19,2 2 6,7 0 0,0 7 8,1 S1/S2/S3 18 69,2 13 43,3 5 16,7 36 41,9 Total 26 100,0 30 100,0 30 100,0 86 100,0 Mean±SD (tahun) 4,58±0,703 3,80±1,215 2,90±1,155 3,72±1,252 p-value 0,000

39

Lebih dari separuh ayah contoh pada kelas akselerasi (73,1%) dan kelas RSBI (67,8%) menempuh pendidikan hingga S1/S2/S3. Pada kelas reguler, separuh ayah contoh menempuh pendidikan hingga SMA/sederajat. Lebih dari separuh ibu contoh pada kelas akselerasi menempuh pendidikan hingga S1/S2/S3, yaitu sebesar 69,2 persen. Pada kelas RSBI, sebesar 43,3 persen ibu contoh menempuh pendidikan hingga S1/S2/S3 dan 43,3 persen lainnya menempuh pendidikan hingga SMA/sederajat. Separuh ibu contoh pada kelas reguler (50,0%)

telah menempuh pendidikan hingga SMA/sederajat. Hasil uji beda one way Anova

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata dalam hal pendidikan ayah (p<0,05) dan pendidikan ibu (p<0,01) antara kelas akselerasi, RSBI, dan juga reguler.

Pekerjaan Orang tua

Jenis pekerjaan orang tua merupakan pekerjaan utama yang dilakukan orang tua untuk menghidupi keluarga, yaitu tidak bekerja, petani, buruh tani, wiraswasta, swasta , PNS/ABRI, pensiunan, dokter, supir, dan pekerjaan lainnya. Terlihat bahwa data menyebar dengan rata-rata pekerjaan ayah pada ketiga jenis

Dokumen terkait