• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini dilakukan di wilayah Gugusan Pulau-Pulau Padaido, Distrik Padaido, Kabupaten Biak Numfor, Propinsi Papua. Gugus Pulau-Pulau Padaido terletak antara 0000’ - 1030’ Lintang Selatan dan 135000’ - 136045’ Bujur Timur. Kawasan terdiri atas kurang lebih 32 pulau-pulau karang dimana 8 (delapan) pulau dihuni oleh masyarakat secara permanen. Secara tradisional, Gugusan Pulau-Pulau Padaido terbagi atas Padaido Bawah dan Padaido Atas (Lampiran 11). Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan bahwa: (1) lokasi merupakan gugusan pulau-pulau kecil, (2) tingkat ketergantungan masyarakat pada sumber daya pesisir dan lautan sangat tinggi, (3) berada pada wilayah adat/ulayat masyarakat, (4) adanya cara penangkapan ikan yang merusak, (5) adanya konflik pemanfaatan ruang, (6) adanya kearifan tradisional masyarakat dan (7) merupakan Taman Wisata Alam Laut.

Penelitian ini berlangsung sejak Januari 2003 sampai dengan Juli 2003 yang dilakukan dalam tiga tahap : (1) Studi pustaka, bertujuan untuk memperoleh data dan informasi sekunder. Kegiatan ini berlangsung selama 3 bulan, (2) Survei lapangan, bertujuan untuk memperoleh data primer, berlangsung selama 3 bulan. Kegiatan ini mencakup pengumpulan data kualitas air, data kondisi sosial ekonomi dan budaya serta kelembagaan, dan (3) Analisis data dan penulisan laporan.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah kawasan Gugusan Pulau-Pulau Padaido, kondisi biogeofisik pulau-pulau, kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat, kelembagaan, dan kebijakan pengelolaan. Penelitian menggunakan pendekatan

Participatory Coastal Resource Assessment (PCRA) untuk mempelajari profil sumberdaya alam pesisir dan lautan dan sosial ekonomi serta budaya masyarakat di kawasan. Permasalahan yang menonjol adalah degradasi habitat dan sumberdaya pesisir dan laut, eksploitasi lebih sumberdaya perikanan, konflik pemanfaatan ruang/wilayah serta lemahnya penegakan hukum oleh aparat hukum. Degradasi sumberdaya pesisir (terumbu karang, lamun dan mangrove) disebabkan oleh aktivitas

masyarakat yang destruktif dalam pemanfaatan. Praktek ini sangat berdampak terhadap persediaan stok ikan dan kegiatan pariwisata (ekowisata). Untuk menghindari kerusakan lebih parah dan menjaga kelangsungan fungsi ekologis, ekonomi dan sosial maka kawasan Gugusan Pulau-Pulau Padaido dikelola sebagai kawasan lindung, konservasi dan kawasan pemanfaatan dengan metode zonasi. Tujuan dari pengelolaan kawasan adalah untuk menempatkan aktivitas-aktivitas masyarakat sesuai peruntukkannya (kesesuaian) dan daya dukung lingkungan. Kegiatan pengelolaan kawasan dilakukan berdasarkan kajian sumberdaya alam pesisir dan laut serta kondisi sosial ekonomi dan budaya yang berasal dari data primer, sekunder maupun dari hasil wawancara dengan anggota dan kelompok masyarakat. Zona-zona yang terbentuk selanjutnya ditetapkan kegiatan-kegiatan yang boleh dan tidak boleh dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Agar pemanfaatan kawasan ini berlangsung secara optimal, berkelanjutan dan berbasis masyarakat dilakukan juga analisis kebijakan pengelolaan.

Jenis dan Metode Pengumpulan Data Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data ya ng diperoleh secara langsung dari survei lapangan dan wawancara (berkuesioner) dengan responden (masyarakat). Data sekunder adalah data yang belum atau telah diolah oleh suatu instansi dan hasil pengolahannya didokumentasikan dalam bentuk laporan. Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 2.

Tabel 2 Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian

No Jenis data Metode Sumber data

I Data Primer

1 Komponen BioGoeFisik : (Luas pulau, topografi, kemi ringan pantai, tipe pantai, lebar pantai, panjang pantai, material pantai, penutup lahan, keter

Survei lapangan Pulau-pulau ber- penduduk dan tidak berpendu- duk.

sediaan air tawar, pasang surut, kedalaman perairan, kecepatan dan arah arus, kecerahan, kualitas air, jenis tutupan, lamun dan

mangrove).

2 Komponen Sosekbud : - Aspek Kependudukan

(Jumlah, kepadatan, struktur umur, pendidikan, agama, rasio kelamin). - Aspek Ekonomi

(Mata pencaharian, tingkat pen- dapatan dan pengeluaran, sarana dan prasarana).

- Aspek Budaya (Asal mula pendu duk, sistem matapencaharian, sis- tem kemasyarakatan, sistem penge tahuan, sistem teknologi, sistem religi dan kesenian).

Wawancara : - Individu - Kelompok

Institusi terkait dan survei insitu pada pulau-pulau berpenduduk

II Data Sekunde r

(Batas wilayah, monografi desa, batas kelola desa adat, hasil- hasil penelitian di lokasi (terumbu karang, data kunjungan wisatawan, aktivitas masyarakat, kegiatan pemerintah dan non-pemerintah yang pernah dan sedang dilaku- kan di lokasi penelitian).

Penelusuran doku- men hasil penelitian dan dokumentasi pada perpustakaan kantor daerah dan instansi lain terkait.

Desa dan kantor Distrik Padaido, Pesisir Biak Timur, Biak Kota, Coremap serta Instansi terkait lain di luar Kab. Biak Numfor.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data profil sumberdaya pesisir dan laut, sosial ekonomi dan budaya dengan melibatkan partisipasi masyarakat dilakukan dengan metode pengkajian sumberdaya pesisir dan laut secara partisipasi (Participatory Coastal Resources Assessment, PCRA) (Walters, et al., 1998).

Pengumpulan data dilakukan pada kawasan pesisir dan laut pulau-pulau dengan pendekatan gugus pulau, yaitu Gugus Pulau-Pulau Padaido Bawah dan Gugus Pulau- Pulau Padaido Atas. Data primer (biofisik dan sosekbud) diperoleh melalui menerapkan metode transek, pencatatan langsung, dan wawancara, sedangkan

pengumpulan data sekunder diperoleh melalui menerapkan metode penelusuran informasi yang terdokumentasi di berbagai lembaga, pemerintah dan masyarakat. Jenis data, metode pengumpulan dan sumber pengambilan data, baik data primer dan sekunder disajikan pada Tabel 3.

Pengambilan data kualitas air dilakukan pada stasion penelitian yang ditetapkan, sedangkan data kondisi terumbu karang diperoleh dari hasil survei Coremap 2003. Penentuan stasion penelitian dilakukan secara “purpossive” mewakili seluruh lokasi penelitian. Pengukuran parameter kualitas air dilakukan secara langsung dan tidak langsung di lapangan. Parameter kualitas air yang diukur dalam penelitian disajikan pada Tabel 4. Lokasi pengukuran parameter kualitas air disajikan pada Lampiran 11. Tabel 3 Metode pengumpulan data penelitian

No Jenis Data Metode Sumber data

I 1

2 3

Data Primer

Profil SDA pesisir dan lautan : - Terumbu karang - Rumput laut - Ikan Karang - Lamun - Mangrove

Profil pantai dan perairan Sosekbud

Pengamatan / Pengukuran langsung di lapangan

- Transek intersep linear (LIT)

- Transek kuadrat linear - Sensus

- Transek kuadrat linear - Transek linear

(English, et al., 1994) - Analisis citra + SIG Wawancara : - Individu - Kelompok - Coremap,2003 - Coremap,2003 - Coremap,2003 - In situ - In situ - Lab. SIG - Field check - Distrik Padaido

II Data Sekunder - Penelusuran dokumen

dan laporan hasil kajian instansi terkait.

- Distrik Padaido - Biak kota - Wilayah lain.

Tabel 4 Parameter kualitas air yang diukur dalam penelitian

Parameter Metode Sumber data

Fisika: Posisi Arus (m/det) Kecerahan (m) Suhu GPS Current meter Secchi disk Termometer In situ In situ In situ In situ Kimia: pH Salinitas (ppm) Oksigen terlarut (mg/l) BOD (mg/l) COD (mg/l) Amonia (mg/l) Nitrit (mg/l) Nitrat (mg/l) Orthophospat (mg/l) pH-meter, Horiba Refraktometer, Horiba Titrasi

Botol sampel, titrasi Botol sampel, titrasi

Botol sampel, spectrofotometer Botol sampel, spectrofotometer Botol sampel, spectrofotometer Botol sampel, spectrofotometer

In situ In situ In situ Laboratorium Laboratorium Laboratorium Laboratorium Laboratorium Laboratorium

Metode Pengambilan Responden

Responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah rumah tangga nelayan yang berasal dari 12 desa pada 8 pulau yang dihuni. Jumlah rumah tangga nelayan di Distrik Padaido tahun 2000 sebanyak 728 (Kabupaten Biak Numfor, 2000).

Responden dipilih secara acak. Penentuan jumlah responden (sampel) dari populasi rumah tangga nelayan ditentukan dengan persamaan yang dikemukakan Slovin, 1960 yang diacu dalam Sevilla, et al., 1993 dengan kesalahan penelitian deskriptif 10% (Gay, 1976 yang diacu dalam Sevilla, et al., 1993, sebagai berikut :

n = N / (1 + N e2)

dimana, n : ukuran sampel

N : ukuran populasi rumah tangga nelayan

e : persentase ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan contoh.

Berdasarkan persamaan di atas, jumlah responden yang diambil secara acak (bila populasi rumah tangga nelayan 728 (Kabupaten Biak Numfor, 2000) dan persentase ketidaktelitian 10%) sebanyak 88 rumah tangga nelayan. Dalam penelitian ini ukuran contoh yang terpilih sebanyak 100 responden.

Analisis Data

Data yang terkumpul selanjutnya ditabulasi dan dikelompokkan berdasarkan lokasi dan kepentingan analisis untuk menjawab permasalahan dan tujuan penelitian. Kerangka analisis data pengelolaan kawasan Gugusan Pulau-Pulau Padaido disajikan pada Gambar 3.

Analisis Zonasi Pulau-Pulau

Analisis zonasi bertujuan untuk melakukan konservasi sumberdaya pesisir dan laut Gugusan Pulau-Pulau Padaido dalam mendukung kegiatan pariwisata dan rekreasi serta pengembangan perikanan rakyat yang diwujudkan dalam bentuk zona konservasi, zona pemanfaatan terbatas dan zona pemanfaatan khusus. Zona konservasi adalah zona yang karena kondisi biogeofisik, sosial ekonomi dan budaya serta kelembagaan ditetapkan sebagai zona konservasi. Pada zona ini kawasan pulau, pesisir dan laut dimanfaatkan untuk beberapa peruntukkan. Zona pemanfaatan terbatas adalah zona yang karena kondisi biogeofisik dan sosial ekonomi dan budaya serta kelembagaan ditetapkan sebagai zona pemanfaatan terbatas. Pada zona ini pengelolaan kawasan ha nya untuk satu atau dua peruntukkan. Zona pemanfaatan khusus adalah zona yang karena kondisi kawasan ditetapkan sebagai zona pemanfaatan khusus. Pada zona ini pengelolaan kawasan hanya dilakukan untuk satu peruntukkan.

Pengkajian kesesuaian suatu lokasi (zona) untuk peruntukannya dibutuhkan penerapan kriteria. Kriteria yang digunakan terdiri atas kelompok kriteria ekologi, sosial dan ekonomi (Salm, et al., 2000) dan kelembagaan. Kelompok kriteria ekologi yaitu keanekaragaman hayati, kealamian, keunikan, kerentanan dan keterkaitan pulau. Kelompok kriteria ekonomi yaitu spesies penting, kepentingan perikanan, bentuk ancaman dan pariwisata. Kelompok kriteria sosial yaitu tingkat dukungan masyarakat sekitar, rekreasi, budaya, estetika, konflik kepentingan, keamanan, aksesibilitas, kepedulian dan kepentingan penelitian dan pendidikan. Kelompok kriteria kelembagaan yaitu keberadaan lembaga sosial, dukungan infrastruktur sosial dan dukungan pemerintah.

Gambar 3 Kerangka analisis pengelolaan sumberdaya GPP Padaido. KAWASAN GUGUSAN PULAU - PULAU PADAIDO INTERPRETASI CITRA SATELIT PENGUMPULAN DATA PRIMER PENGUMPULAN DATA SEKUNDER ANALISIS SOSIAL EKONOMI BUDAYA PENYUSUNAN BASIS DATA SPASIAL &

TUBULAR ANALISIS SIG ANALISIS KEBIJAKAN PENGELOLAAN GPP PADAIDO PENGELOLAAN SUMBERDAYA GUGUSAN PULAU-PULAU PADAIDO ANALISIS DAYA DUKUNG SUMBERDAYA LAHAN ANALISIS ZONASI PENGELOLAAN GPP PADAIDO ANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT KRITERIA EKOLOGIS EKONOMIS KRITERIA SOSIAL KELEMBAGAAN

Zonasi peruntukkan pulau-pulau Padaido dilakukan dengan menggunakan persentase total nilai skoring kriteria pengelolaan pulau-pulau. Persentase total nilai skoring diperoleh dengan membandingkan total nilai skoring kriteria pada masing- masing pulau dengan total nilai skoring keseluruhan kriteria dikalikan 100 persen (Salm dan Usher, 1984). Dengan menggunakan teknik interval kelas (skor), zonasi peruntukan pulau dibagi atas tiga zona. Pertama adalah zona pemanfaatan khusus (ZPK). Zona ini memiliki interval nilai persentase skor sebesar < 62%. Kedua adalah zona pemanfaatan terbatas (ZPT). Zona ini memiliki interval nilai persentase skor sebesar 62% - 71%. Ketiga adalah zona konservasi (ZK). Zona ini memiliki interval nilai persentase skor sebesar > 71%.

Dalam menyajikan tampilan peta penentuan posisi dan luasan ruang (batas zona) kawasan Gugusan Pulau-Pulau Padaido diperlukan beberapa batasan dari kriteria ekologi, sosial dan ekonomi serta partisipasi masyarakat. Suatu lokasi yang telah memenuhi syarat nilai kisaran dari batasan ke tiga kriteria yang ditentukan akan ditetapkan, dan bila tidak akan ditetapkan untuk zona lain. konservasi atau pemanfaatan.

Analisis keruangan dalam penelitian ini menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan metode ArcView, yaitu sistem informasi spasial menggunakan komputer yang melibatkan perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), pemakaian data-data yang mempunyai fungsi pokok untuk menyimpan, memperbaharui, menganalisa dan menyajikan kembali semua bentuk informasi spasial. Proses penyusunan zonasi Gugusan Pulau-Pulau Padaido dengan menggunakan SIG disajikan pada Gambar 4.

DATA COLECTION A N A L I S I S S Y N T H E S Y S

Gambar 4 Proses penyusunan zonasi dan kesesuaian lahan GPP Padaido.

KAWASAN GPP PADAIDO

DATA PRIMER

KRITERIA ZONASI (EKOLOGI, SOSIAL, EKONOMI,

KELEMBAGAAN) SURVEY LAPANGAN BASIS DATA PETA TEMATIK 1 PETA TEMATIK 2 PETA TEMATIK KE - N PETA DASAR DATA SEKUNDER PETA KOMPOSIT ANALISIS SPASIAL DAN TUBULAR

PETA ZONASI DAN KESESUAIAN LAHAN KAWASAN GPP PADAIDO OVERLAY PETA KRITERIA KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG

Penjabaran kriteria ekologi, ekonomi, sosial dan kelembagaan serta skoring dijelaskan di bawah ini :

Kriteria Ekologi 1). Keanekaragaman Hayati (1) Ekosistem 1) Terumbu karang 2) Lamun 3) Mangrove

4) Laguna atau Lagoon

Ket: Tinggi (3) : bila terdapat 4 ekosistem Sedang (2) : bila terdapat 2-3 ekosistem Rendah (1) : bila terdapat 1 ekosistem (2) Jenis

(1) Karang (life form)

Tinggi (3) : bila terdapat > 10 life form Sedang (2) : bila terdapat 6 – 9 life form Rendah (1) : bila terdapat < 5 life form (2) Ikan karang

Tinggi (3) : bila terdapat > 120 jenis Sedang (2) : bila terdapat 61 - 120 jenis Rendah (1) : bila terdapat < 61

(3) Rumput laut

Tinggi (3) : bila terdapat > 19 jenis Sedang (2) : bila terdapat 10 – 19 jenis Rendah (3) : bila terdapat < 10 jenis (4) Bentos (taxa)

Tinggi (3) : bila terdapat > 7 taxa Sedang (2) : bila terdapat 5 – 7 taxa Rendah (1) : bila terdapat < 5 taxa

(5) Lamun

Tinggi (3) : bila terdapat > 5 jenis Sedang (2) : bila terdapat 4 – 5 jenis Rendah (1) : bila terdapat 1 - 3 jenis (6) Mangrove

Tinggi (3) : bila terdapat > 5 jenis Sedang (2) : bila terdapat 4 - 5 jenis Rendah (1) : bila terdapat 1 - 3 jenis (3). Kealamian

(1) Kondisi terumbu karang

Tinggi (3) : tutupan karang 75 – 100% Sedang (2) : tutupan karang 51 – 74% Rendah (1) : tutupan karang < 50% (2) Kondisi pantai

Tinggi (3) : Tidak terdapat abrasi pantai Sedang (2) : Abrasi pantai 25 – 50% Rendah (1) : Abrasi pantai > 50% 3). Keunikan / kelangkaan jenis

(1) Sebagai habitat satwa (burung atau penyu)

(2) Memiliki bentuk tubir terumbu karang dengan kemiringan 90 derajat (3) Memiliki rugousity, seperti goa-goa, alur-alur, dll.

(4) Memiliki spesies langkah atau dilindungi Ket:

Tinggi (3) : bila terdapat semua komponen keunikan Sedang (2) : bila terdapat 2 - 3 komponen

Rendah (1) : bila terdapat satu komponen. 4). Kerentanan Pulau

(1) Status pulau

Tinggi (3) : tidak berpenduduk Sedang (2) : berpenduduk sementara

Rendah (1) : berpenduduk

(2) Keterbukaan terhadap Samudera Pasifik Tinggi (3) : terbuka dari semua sisi Sedang (2) : 50% terbuka

Rendah (3) : 25% terbuka 5). Keterkaitan Pulau

Tinggi (3) : terdapat lebih dari 3 pulau dalam gugusan Sedang (2) : terdapat 2 – 3 pulau dalam gugusan Rendah (1) : pulau bukan bagian dari gugus pulau

Kriteria Ekonomi

1). Spesies Penting

(1) Terdapat ikan pelagis ekonomis penting

(2) Terdapat ikan karang (kelompok target dan hias)

(3) Terdapat moluska ekonomis penting (kerang, siput, gurita) (4) Terdapat ekhinodermata (teripang)

(5) Terdapat krustase ekonomis penting (lobster & kepiting) (6) Terdapat rumput laut ekonomis penting

Ket: Tinggi (3) : bila memenuhi semua komponen Sedang (2) : bila memenuhi 3 – 4 komponen

Rendah (3) : bila memenuhi 1 – 2 komponen 2). Kepentingan Perikanan

(1) Sebagai daerah penangkapan ikan pelagis (2) Sebagai daerah penangkapan ikan karang (3) Sebagai daerah penangkapan siput dan gurita

(4) Sebagai daerah penangkapan lobster (5) Sebagai daerah penangkapan teripang (6) Sebagai daerah perikanan budidaya

Ket: Tinggi (3) : bila memenuhi semua kriteria Sedang (2) : bila memenuhi 4 – 5 kriteria

Rendah (1) : bila memenuhi 1 – 3 kriteria 3). Bentuk Ancaman

(1) Penggunaan bom atau sianida (2) Penggunaan jangkar perahu

(3) Penggunaan belo (tongkat pendorong perahu (4) Penggunaan tuba

Ket:

Tinggi (3) : bila memenuhi semua kriteria Sedang (2) : bila memenuhi 2 – 3 kriteria Rendah (3) : bila memenuhi hanya 1 kriteria 4). Pariwisata

(1) Terdapat wisata bahari (2) Terdapat wisata pantai (3) Terdapat wisata sejarah

Ket : Tinggi (3) : bila terdapat semua komponen Sedang (2) : bila terdapat 2 komponen Rendah (1) : bila terdapat satu komponen

Kriteria Sosial

1). Tingkat Dukungan Masyarakat (1) Pemerintah desa

(2) Tokoh adat (3) Tokoh agama (4) LSM

(5) Masyarakat

Ket: Tinggi (3) : bila terdapat dukungan semua komponen Sedang (2) : bila terdapat tiga hingga empat dukungan Rendah (1) : bila terdapat satu hingga dua dukungan 2). Tempat Rekreasi

(1) Terdapat daratan pantai luas (2) Terdapat perairan pantai tenang (3) Tempat lautan yang tenang

Ket: Tinggi (3) : bila terdapat ketiga komponen

Sedang (2) : bila terdapat dua komponen

Rendah (1) : bila terdapat satu komponen 3). Budaya

(1) Memiliki sejarah

(2) Memiliki nilai budaya dan seni (3) Memiliki agama

Ket : Tinggi (3) : bila terdapat semua komponen Sedang (2) : bila terdapat dua komponen Rendah (1) : bila terdapat satu komponen 4). Estetika

(1) Bentuk pulau

(2) Keanekaragaman ekosistem tinggi (3) Keanekaragaman habitat tinggi (4) Keanekaragaman jenis biota (5) Habitat satwa burung

Ket: Tinggi (3) : bila terdapat semua komponen Sedang (2) : bila terdapat 3 - 4 komponen Rendah (1) : bila terdapat 1 – 2 komponen 5). Konflik Kepentingan

(1) Perorangan (2) Marga (keret) (3) Masyarakat adat

Ket : Tinggi (3) : bila lokasi memenuhi semua komponen Sedang (2) : bila lokasi memenuhi dua komponen Rendah (1) : bila lokasi memenuhi satu komponen 6). Keamanan

(1) Aman sepanjang musim

(2) Aman pada musim barat atau timur Ket : Tinggi (3) : Sepanjang musim Sedang (2) : Salah satu musim

Rendah (1) : Tidak aman sepanjang musim 7). Aksesibilitas

Keterkaitan dengan ketersediaan alat transport laut Ket: Tinggi (3) : Tersedia alat transport umum regular

Sedang (2) : Tersedia alat transport masyarakat

Rendah (1) : Menyewa alat transport masyarakat 8). Kepedulian masyarakat

(1) Kegiatan penelitian

(2) Kegiatan pengawasan (monitoring) (3) Kegiatan pendidikan atau pelatihan

Ket: Tinggi (3) : Bila memenuhi semua kriteria Sedang (2) : Bila memenuhi 2 kriteria Rendah (1): Bila memenuhi hanya 1 kriteria 9). Penelitian dan Pendidikan

(1) Penelitian dan pendidikan oleh pemerintah (2) Penelitian dan pendidikan skala projek

(3) Penelitian dan pendidikan oleh perguruan tinggi (4) Penelitian dan pendidikan oleh LSM

Ket: Tinggi (3) : Bila memenuhi semua kriteria Sedang (2) : Bila memenuhi 2 – 3 kriteria Rendah (1) : Bila memenuhi hanya 1 kriteria

Kriteria Kelembagaan

1) Keberadaan lembaga sosial

Sedang (2) : Terdapat 1 lembaga sosial Rendah (1) : Tidak ada lembaga sosial 2) Dukungan infrastruktur sosial

Tinggi (3) : Terdapat lebih 1 infrastruktur sosial Sedang (2) : Terdapat 1 infrastruktur sosial

Rendah (1) : Tidak ada dukungan infrastruktur sosial 3) Dukungan Pemerintah

Tinggi (3) : Dukungan pemerintah pusat dan daerah Sedang (2) : Dukungan pemerintah pusat atau daerah Rendah (1) : Tidak ada dukungan pemerintah

Analisis Kesesuaian Lahan GPP Padaido

Analisis kesesuaian lahan pesisir dan laut GPP Padaido untuk berbagai peruntukkan; pariwisata pesisir, budidaya rumput laut, budidaya teripang, budidaya ikan dalam keramba jaring apung, daerah penangkapan ikan karang, dan ikan pelagis dilakukan dengan teknik yang dikemukakan oleh Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001). Pertama, penetapan persyaratan (parameter dan kriteria), pembobotan da n skoring. Parameter diamati dan diukur di lapangan. Untuk masing- masing peruntukkan, penetapan persyaratan tidak sama. Parameter yang menentukan diberikan bobot terbesar sedangkan kriteria (batas-batas) yang sesuai diberikan skor tertinggi. Kedua, penghitungan nilai peruntukkan lahan. Nilai suatu lahan ditentukan berdasarkan total hasil perkalian bobot (B) dan skor (S) dibagi dengan total nilai bobot-skor dikalikan 100. Ketiga, pembagian kelas lahan dan nilainya. Dalam penelitian ini kelas lahan dibagi da lam empat kelas yang didefinisikan sebagai berikut :

Kelas S1 : Sangat Sesuai (Highly Suitable)

Pada kelas ini lahan tidak mempunyai pembatas yang besar untuk pengelolaan yang diberikan, atau hanya mempunyai pembatas yang tidak secara nyata berpengaruh terhadap kegiatan atau produksi hasil.

Pada kelas ini lahan mempunyai pembatas-pembatas yang agak besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi aktivitas atau produksi dan keuntungan dan meningkatkan masukkan yang diperlukan.

Kelas S3 : Sesuai Bersyarat (Marginally Suitable)

Pada kelas ini lahan mempunyai pembatas yang lebih besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi aktivitas atay produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukkan yang diperlukan.

Kelas N : Tidak Sesuai (Not Suitable)

Pada kelas ini lahan mempunyai pembatas permanen yang mencegah segala kemungkinan penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang.

Sesuai dengan faktor pembatas dan tingkat keberhasilan yang dimiliki oleh masing- masing lahan, lahan kelas S1 dinilai sebesar 80 -100%; S2 dinilai sebesar 70 – 79%; S3 dinilai sebesar 60 – 69% dan N dinilai sebesar < 60%. Semakin kecil faktor pembatas dan peluang keberhasilan atau produksi suatu lahan, semakin besar pula nilainya. Keempat, memadankan (membandingkan) nilai lahan dengan nilai masing- masing kelas lahan. Dengan cara ini, kelas kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu diperoleh. Kelima, pemetaan kelas kesesuaian lahan. Pemetaan kelas lahan dilakukan dengan program pemetaan spasial ArcView 3.3.

Pariwisata Pesisir

Kesesuaian lahan untuk pariwisata pesisir dianalisis dengan menggunakan parameter dan kriteria lahan dari Suharsono dan Leatemia (1995). Parameter, pembobotan dan skoring kriteria kesesuaian lahan untuk pariwisata pesisir disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Parameter, bobot dan skor sistem penilaian lahan untuk pariwisata pesisir

Skor (S) No Parameter Sat Bobot

(B) 1 3 5

I Kondisi Alam :

1 Jenis pantai 3 pasir lumpur pantai karang pasir putih & karang 2 Tutupan lahan

pantai 1 hutan, semak semak, kelapa kelapa, semak, hutan

3 Kejernihan air m 2 < 5 5 - 10 > 10

4 Temperatur air OC 1 < 24 24 - 28 > 28

5 Bentuk tubir 2 landai < 45oC > 45oC

6 "Rugousity" 1 rata lorong-lorong gua-gua

7 Tutupan karang 3 Rendah Sedang Tinggi

8 Jenis live form jenis 3 < 6 6 - 9 > 10 9 Jenis ikan karang jenis 3 < 60 61 - 119 > 120

10 Jenis lamun jenis 3 < 3 4 - 5 > 6

11 Jenis mangrove jenis 3 < 3 4 - 5 > 6

12 Estetika 3 rendah sedang tinggi

13 Kemudahan 2 rendah sedang tinggi

14 Keselamatan 2 rendah sedang tinggi

15 Cuaca tenang bln 2 1 - 2 3 - 5 > 5

II Fasilitas :

1 Transportasi 1 kurang cukup baik

2 Air tawar 3 kurang cukup baik

3 Pondok wisata 2 kurang cukup baik

4 Listrik 1 kurang cukup baik

5 Telekomunikasi 1 kurang cukup baik

Sumber: Modifikasi Suharsono dan Leatemia,1995.

Budidaya Rumput Laut

Kesesuaian lahan untuk budidaya rumput laut dianalisis menggunakan persyaratan (parameter dan kriteria) yang dikemukakan dalam DKP, 2002. Matriks parameter, skor dan bobot sistem penilaian kesesuaian lahan disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Parameter, bobot dan skor sistem penilaian lahan untuk budidaya rumput Laut Skor (S) No Parameter 1 3 5 Bobot (B)

1 Keterlindungan Kurang Sedang Baik 2

2 Gelombang (cm) > 30 10 – 30 < 10 1

3 Arus (cm/det) < 10 & > 40 10-20 & 30-40 20 – 30 2 4 Kedalaman air (m) < 0,5 & > 5 1 – 2,5 2,5 - 5 2

5 Dasar perairan Pasir/lumpur Pasir karang mt, makro

alga, pasir 1

6 Salinitas (ppm) < 30 & > 34 30 - 32 32 - 34 2

7 Suhu (0c) < 20 & > 30 20 - 24 24 - 30 2

8 pH < 7,3 & 8,2 7,3 – 7,8 7,8 – 8,2 2

9 Kecerahan (cm) < 30 30 - 60 60 - 110 1

10 Kesuburan perairan Kurang Cukup Baik 3

11 Ketersediaan benih Kurang Sedang Banyak 1

12 Sarana penunjang Kurang Cukup Baik 1

13 Pencemaran Tercemar Sedang Tidak ada 2

14 Keamanan Kurang Cukup Aman 1

Sumber: DKP,2002.

Budidaya Teripang

Kesesuaian lahan untuk budidaya teripang dianalisis menggunakan persyaratan yang dikemukakan oleh Sutaman, 2003. Parameter, bobot, skor sistem penilaian lahan untuk budidaya teripang disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Parameter, bobot dan skor sistem penilaian lahan untuk budidaya teripang

Skor (S) No Parameter Yang Diukur

1 3 5

Bobot (B) 1 Faktor penunjang

a). Keterlindungan Kurang Cukup Baik 3

b). Pencemaran Ada Sedikit Tdk ada 1

c). Keamanan Kurang Sedang Baik 1

d). Sarana penunja ng Kurang Cukup Baik 1

2 Faktor utama

a). Dasar perairan Pasir/lumpur Pasir & lumpur

Pasir & patahan karang 2 b). Kedalaman air (m) saat surut > 1 < 0,5 0,5 – 1 2

c). Ketersediaan tanaman air Tidak ada Jarang Padat 2 d). Ketersediaan sumber benih Dekat Jauh Sgt jauh 2 e). Kecerahan air (cm) < 50 50 – 100 100 – 150 1

f). Salinitas (ppm) < 26 27 – 30 31 – 34 1

g). Suhu air laut (OC) 22 – 25 26 – 29 30 – 32 1 h). Oksigen terlarut (mg/l) < 4 4 – 6 6 – 9 1

I). pH < 7,5 7,5 – 8,0 8,1 – 8,6 1

Sumber: Sutaman, 2003.

Budidaya Ikan Dalam Keramba Jaring Apung

Kesesuaian lahan untuk budidaya ikan dalam keramba jaring apung dianalisis