• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Agrabinta, Kabupaten Cianjur. Penelitian ini dilakukan selama empat bulan dimulai pada bulan April hingga Juli 2005.

Populasi dan Sampel

Populasi diambil yaitu seluruh peternak sapi potong yang ada di desa-desa Kecamatan Agrabinta yang berjumlah 1.516 rumah tangga peternak. Pengambilan sampel secara sengaja berdasarkan desa-desa yang memiliki populasi sapi potong yang terbanyak dilakukan di desa Sinarlaut sebanyak 10 responden peternak peternak, desa Bojongkaso 10 responden peternak peternak, desa Sukamanah 2 responden peternak peternak, desa Mekarsari 10 responden peternak peternak, desa

Tanjungsari 11 responden peternak peternak, dan desa Wanasari 10 responden peternak.

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif koreasional dengan menggunakan metode survei pada peternakan sapi potong rakyat di Kecamatan Agrabinta.

Metode deskriptif digunakan untuk menjelaskan tentang gambaran umum dari suatu kegiatan usaha peternakan sapi potong. Hal ini termasuk budidaya ternak, pemasaran, pemeliharaan, permodalan, dan lain–lain.

Data dan Instrumentasi

Data penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dilokasi penelitian dan informasi dari responden peternak dengan menggunakan kuisioner. Data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari instansi-instansi yang berupa data pelaporan dan literatur-literatur.

Data primer yang dikumpulkan meliputi usaha budidaya dari peternakan sapi potong. Data sekunder diperoleh dari literatur yang menunjang penulisan serta informasi dari instansi yang terkait.

Analisa Data

Dalam penelitian ini digunakan beberapa alat analisa, yaitu: 1. Analisa Statistik Deskriptif

Analisa ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai:

a. karakteristik peternak yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, pengalaman beternak, tanggungan keluarga serta persepsi peternak tentang pengembangan usaha ternak sapi potong; dan

b. karakteristik budidaya usahaternak diataranya sistem pemeliharaan ternak sapi potong, pemasaran.

2. Analisa Pendapatan

Untuk menghitung pendapatan peternak sapi potong, dihitung denga rumus:

Keterangan:

П = Total Pendapatan TR = Total Revenue

TC = Total Cost, baik berupa tunai dan non tunai

Selanjutnya adalah tingkat pendapatan usaha ternak sapi potong, dengan rumus :

Dengan kriteria : R / C > 1, berarti usaha tersebut menguntungkan R / C < 1, berarti usaha tersebut rugi

R / C = 1, berarti usaha tersebut impas

3. Analisa korelasi Rank Spearman melalui tahapan prosedur sebagai berikut:

a. Data mengenai faktor peubah bebas meliputi kandang, kesehatan, perkawinan, tenaga kerja, pakan, jumlah sapi modal yang telah diolah menjadi data yang dikatagorikan ke dalam data ordinal menggunakan bantuan program komputer Windows XL.

b. Data mengenai faktor peubah terikat yaitu tingkat pendapatan yang telah diolah menjadi data ordinal menggunakan bantuan program komputer

Windows XL.

c. Data mengenai hubungan peubah bebas dan peubah terikat dianalisa menggunakan uji korelasi (Rank Spearman) menggunakan bantuan program komputer SPSS Ver. 11,5 for Windows

Perhitungan korelasi Rank Spearman mengunakan rumus dibawah ini : 6 ∑ di2 rs = n (n2 – 1)

=TRTC Cost Total venue Total C R/ = Re

4. Kapasitas penambahan populasi ternak ruminansia (KPPTR)

Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan potensi wilayah dan pengembangan ternak ruminansia didasarkan pada proporsi-proporsi sebagai berikut:

1. potensi wilayah dan pengembangan peternakan didefinisikan sebagai kapasitas wilayah yang bersangkutan untuk menampung tambahan populasi ternak ruminansia;

2. potensi penambahan populasi ternak ruminansia memiliki pengertian yang dinamis, berubah dari waktu ke waktu, dapat bertambah dan dapat berkurang; 3. potensi kapasitas Penambahan populasi ternak suatu wilayah dianggap

sebagai suatu sistem tertutup, yaitu potensi yang ada didaerah tersebut hanya untuk memenuhi kebutuhan ternak daerahnya;

4. ternak ruminansia adalah sapi, kerbau, kambing dan domba yang telah dikonversikan ke Satuan Ternak (ST);

5. peubah penentu dari potensi sumberdaya lahan adalah lahan garapan (LG), padang rumput (PR) dan rawa (R) yang dianggap sebagai proksi pemeliharaan ternak ruminansia. Populasi riil ternak adalah populasi ternak yang ada pada saat penelitian dilakukan; dan

6. skala prioritas wilayah hanya didasarkan atas nilai kapasitas penambahan populasi ternak ruminansia (KPPTR) Efektif dengan memperlakukan peubah lain sebagai peubah kebijakan (Gantini, 2003).

Perhitungan kapasitas penambahan populasi ternak ruminansia (KPPTR) didasarkan atas dua sumberdaya, yaitu lahan dan tenaga kerja. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) potensi maksimum berdasarkan sumberdaya lahan = a LG+ b PR+ c R keterangan :

PMSL = potensi maksimum berdasarkan sumberdaya lahan.

a = koefisien kapasitas tampung lahan garapan, yaitu 1,6 ST/ha LG = luas lahan garapan (ha)

b = koefisien kapasitas tampung padang rumput, yaitu 0,5 ST/ha PR = luas padang rumput alami (ha)

R = luas rawa (ha)

2) potensi maksimum berdasarkan sumberdaya tenaga kerja = d KK

PMKK = potensi maksimum berdasarkan sumberdaya tenaga kerja d = koefisien rataan jumlah ternak ruminansia yang dapat dipelihara oleh setiap kepala keluarga (KK), yaitu 3 ST/KK

KK = jumlah kepala rumah tangga atau 1/4 jumlah populasi penduduk

3) KPPTR (SL) = PMSL – Populasi riil 4) KPPTR (KK) = PMKK – Populasi riil

Kapasitas penambahan populasi ternak ruminansia efektif ditentukan dengan malihat kendala yang paling besar.

a) KPPTR (SL) efektif jika dan hanya jika KPPTR (SL) < KPPTR (KK) b) KPPTR (KK) efektif jika dan hanya jika KPPTR (KK) < KPPTR (SL) 5. Analisa SWOT

Suatu analisa yang digunakan untuk mengetahui pengaruh internal dan aksternal usaha ternak sapi potong atas kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman serta perumusan strategi pengembangan berdasarkan potensi yang dimiliki oleh Kecamatan Agrabinta.

Menurut Rangkuti (2001), kinerja suatu perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor lingkungan Internal strength dan Weakness serta lingkungan eksternal Opportunities dan Threats yang dihadapi dunia bisnis, kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisa SWOT.

Matrik Faktor Strategi Internal. Merupakan suatu strategi dimana mengidentifikasi faktor internal pada Kecamatan Agrabinta, suatu tabel IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) disusun untuk merumuskan faktor-faktor internal tersebut dalam kerangka Strength and Waekness. Tahapan dari matrik faktor strategi internal adalah:

a. tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam kolom 1; b. beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling

penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap posisi strategi perusahaan. (semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00);

c. hitung rating (dalam kolom 3 untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Peubah yang bersifat positif (semua peubah yang masuk kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan membandingkannya dengan rata-rata industri atau dengan pesaing utama. Sedangkan peubah yang negatif , kebalikannya;

d. kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor);

e. gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih, dan bagaimana skor pembobotannya; dan

f. jumlahkan skor pembobot (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya.

Matrik Faktor Strategi Eksternal. Merupakan suatu strategi dimana mengidentifikasi faktor internal pada Kecamatan Agrabinta, suatu tabel EFAS (Eksternal Strategic Factors Analysis Summary) disusun untuk merumuskan faktor-faktor internal tersebut dalam kerangka Opportunities and Threats. Tahapan dari matrik faktor strategi internal adalah:

a. susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman);

b. beri bobot masing-masing faktor dalam kolom , mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis;

c. hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari faktor 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahan yang bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah

kebalikannya. Misalnya, jika nilai ancaman sangat besar, ratingnya adalah 1. Sebaliknya, jika nilai ancamannya sedikit maka ratingnya 4;

d. kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dengan kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor);

e. gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung; dan

f. jumlahkan skor pembobotnya (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukan bagaiman perusahaan tertentu bereaksi terhadp faktor-faktor strategis eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.

Susunan strategi tersebut dimasukan ke dalam gambar diagram dibawah ini:

3. Mendukung 1. Mendukung strategi strategi turn-around agresif 4. Mendukung 2. Mendukung strategi strategi defensif diversifikasi

Gambar 3. Diagram Analisa SWOT

Kuadran 1: ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan

Kekuatan Internal Berbagai Ancaman Kelemahan Internal Berbagai Peluang

dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan petumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy);

Kuadran 2: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara diversifikasi baik produk atau pasar;

Kuadran 3: Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain pihak, menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Kondisi bisnis pada kuadran ini mirip dengan Qeustion Mark pada BCG matrik. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah– masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik; dan

Kuadran 4: Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Matrik TOWS atau SWOT. Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis adalah Matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat diseduaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis.

IFAS EFAS STRENGTHS (S) ƒ Tentukan 5–10 faktor-faktor kekuatan internal WEAKNESSES (W) ƒ Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal OPPORTUNITIES (O) ƒ Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal STRATEGI SO

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

STRATEGI WO

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang THREATS (T)

ƒ Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal

STRATEGI ST

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

STRATEGI WT

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman

Gambar 4. Matrik SWOT

a. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pemikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

b. Strategi ST

Stategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

c. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada

d. Strategi WT

Strategi ini berdasarkan pada kegiatan yang bersifat defernsif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Definisi Istilah

1. Peternak adalah orang yang mempunyai usaha dibidang pembudidayaan dan atau pembibitan ternak. Apabila anggota rumah tangga hanya membantu, tidak diketegorikan sebagai peternak.

2. Usaha peternakan rakyat merupakan kegiatan yang menghasilkan produk peternakan (melakukan pemeliharaan ternak sapi potong) dengan tujuan sebagian atau seluruhnya untuk dijual sehingga memperoleh pendapatan atau keuntungan. 3. Budidaya ternak sapi potong adalah kegiatan pemeliharaan ternak sapi potong

dengan tujuan utama pembesaran atau penggemukan ternak sapi potong.

4. Penerimaan adalah hasil yang dinilai dengan uang yang diterima atas hasil penjualan dari hasil.

5. Biaya (pengeluaran) adalah nilai dari semua korbanan ekonomis yang diperlukan yang tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan sesuatu produk.

6. Pendapatan adalah laba atau keuntungan dari usaha ternak sapi potong merupakan hasil pengurangan penerimaan total dengan biaya total

7. Harian Kerja Pria adalah satuan yang mengukur alokasi waktu kerja yaitu 1HKP setara dengan delapan kerja tenaga kerja pria dewasa, untuk tenaga kerja

8. Satuan Ternak adalah satuan yang digunakan untuk menentukan populasi ternak sapi potong yang dipeliahara 1 ST setara dengan 1 ekor sapi dewasa dan 0.5 ST setara dengan 1 ekor sapi dara, sapi jantan muda serta 0.25 setara dengan 1 ekor pedet. Perhitungan jumlah ternak ke dalam Satuan Ternak (ST) secara keseluruhan ternak dianggap dewasa dengan ketentuan, Kerbau: 1.15 ST; Sapi: 1.0 ST; Kuda: 0.8 ST; Kambing: 0.16 ST; Domba: 0.14 ST; Ayam dan Itik: 0.02 ST.

9. KPPTR adalah Suatu metode yang digunakan untuk mengetahui potensi suatu wilayah melalui pengembangan pemetaan potensi wilayah. Pendekatan perhitungan potensi wilayah dan pengembangan ternak ruminansia dapat dihitung dengan cara perhitungan kapasitas penambahan populasi ternak ruminansia (KPPTR).

10. SWOT Adalah Suatu analisa yang digunakan untuk mengetahui pengaruh internal dan aksternal usaha ternak sapi potong atas kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman serta perumusan strategi pengembangan berdasarkan potensi yang dimiliki oleh Kecamatan Agrabinta.

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Dokumen terkait