• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.4 Cara Kerja

3.4.1 Pembuatan Mikrokapsul

3.4.1.1 Penentuan Kondisi Optimum (Haque, et al, 2005; Paul, Shum-Tim, & Prakash, 2010)

Pembuatan mikrokapsul diawali dengan penentuan kondisi optimum proses mikroenkapsulasi. Dalam pembuatan mikrokapsul alginat kosong, ditentukan kondisi optimum, yaitu konsentrasi natrium alginat, molaritas larutan kalsium klorida yang digunakan, lama pendiaman dalam kalsium klorida dan lama pengeringan dalam oven.

Optimasi konsentrasi natrium alginat dibandingkan kekentalannya untuk melihat kemampuan larutan natrium alginat melewati syringe needle. Larutan natrium alginat yang digunakan tidak boleh terlalu kental agar dapat melewati

syringe needle. Konsentrasi yang dibandingkan adalah 1%, 1,5%, 2%, 2,5%, dan

3%.

Molaritas larutan kalsium klorida yang dibandingkan adalah 0,1; 0,15 dan 0,2 M. Lama pendiaman yang dibandingkan adalah 20, 25, dan 30 menit. Sedangkan lama pengeringan di dalam oven yang dibandingkan adalah 1,5 jam dan 2 jam.

3.4.1.2 Formula Mikrokapsul

Mikrokapsul alginat dibuat dengan formula sebagai berikut:

Tabel 3.1. Formula mikrokapsul

Bahan Formula

1 2 3 4

Propranolol HCl (g) 1 1 1 2

Natrium alginat (g) 1 2 3 3

CaCl2 (M) 0,15 0,15 0,15 0,15

Formula terbaik kemudian disalut lagi dengan kitosan 1% (b/v) dalam asam asetat 1% (v/v).

3.4.1.2 Pembuatan Mikrokapsul (Mandal, et al, 2010; Lim, L.Y., &Wan, S. C., 1997)

a. Pembuatan mikrokapsul alginat kosong

Sejumlah natrium alginat ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam aquadest sambil diaduk terus menerus sampai diperoleh larutan natrium alginat dengan konsentrasi 1%, 1,5%, 2%, 2,5%, dan 3%. Selanjutnya, campuran tersebut diteteskan ke dalam larutan CaCl2

dengan menggunakan syringe needle 26 G sambil terus diaduk dengan

magnetic stirrer dengan kecepatan 200 rpm, kemudian didiamkan

18

sesuai waktu yang telah ditentukan pada penentuan kondisi optimum. Setelah itu, saring dan cuci dengan aquadest, lalu dikeringkan dalam oven dengan suhu 50oC selama waktu yang ditentukan pada penentuan kondisi optimum.

b.Pembuatan mikrokapsul alginat yang berisi propranolol HCl

Pembuatan mikrokapsul dilakukan dengan metode sekuensial, yaitu mikrokapsul alginat kosong yang masih basah dimasukkan kedalam larutan propranolol HCl 5% sambil terus diaduk dengan kecepatan 300 rpm dan didiamkan selama 4 jam. Kemudian mikrokapsul disaring dan dicuci dengan aquadest, lalu dikeringkan dalam oven 50oC selama 6 jam.

c.Pembuatan mikrokapsul alginat yang disalut kitosan (Paul, Shum-Tim, & Prakash, 2010; Haque, et al, 2005; Lisboa, Valenzuela, Grazioli, Diaz, & Sogayar, 2007; Gåserød, Smidsrød, & Skjåk-Bræk, 1998)

Pembuatan mikrokapsul double coating alginat dan kitosan dapat dilakukan dengan prosedur dua tahap dan satu tahap. Dalam penelitian kali ini digunakan prosedur dua tahap. Mikrokapsul basah yang berisi propranolol HCl dimasukkan kedalam larutan kitosan 1% dalam asam asetat 1% sambil terus diaduk dengan kecepatan 300 rpm dan didiamkan selama 2 jam. Kemudian mikrokapsul disaring dan dikeringkan dalam oven 50oC selama 4 jam.

3.4.2 Evaluasi mikrokapsul (Sutriyo, Djajadisastra, & Novitasari, 2004) Evaluasi mikrokapsul dilakukan mencakup:

3.4.2.1 Pemeriksaan bentuk dan morfologi permukaan mikrokapsul

Bentuk dan morfologi permukaan mikrokapsul diamati dengan scanning

electron microscopy (SEM). Mikrokapsul disalut dengan logam emas

menggunakan fine coater di bawah vakum, kemudian sampel diuji dengan SEM.

3.4.2.2 Ukuran dan distribusi ukuran partikel (United States Pharmacopoeial Convention, 2007)

Ukuran dan distribusi ukuran mikrokapsul dievaluasi dengan ayakan bertingkat (sieve shaker). Suatu seri empat ayakan dengan nomor ayakan 16, 25, 35, dan 45 disusun secara menurun dari ukuran lubang ayakan yang paling besar.

Lima gram mikrokapsul ditempatkan dalam ayakan yang paling atas, kemudian mesin pengayak dijalankan selama 10 menit. Masing-masing fraksi dalam ayakan

ditimbang, dan dilakukan tiga kali tiap formula.

3.4.2.3 Faktor perolehan kembali proses

Faktor perolehan kembali proses ditentukan dengan membandingkan jumlah mikrokapsul yang diperoleh terhadap semua bahan pembentuk mikrokapsul. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

(3.1)

Keterangan :

Wp = faktor perolehan kembali proses Wm = bobot bahan pembentuk mikrokapsul Wt = bobot mikrokapsul yang diperoleh

3.4.2.4 Penentuan kadar zat inti dalam mikrokapsul

Penentuan kadar zat inti dalam mikrokapsul dilakukan dengan menggunakan alat Spektrofotometri UV-Vis dengan langkah kerja sebagai berikut:

a. Pembuatan spektrum serapan dan kurva kalibrasi Propranolol HCl

Sebanyak 50 mg propranolol HCl baku ditimbang secara seksama, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 50,0 mL dan dilarutkan dalam asam klorida 0,1 N sehingga didapatkan larutan propranolol HCl baku dengan konsentrasi 1000 µg/mL. Pipet 10,0 mL larutan diatas, kemudian masukkan ke dalam labu ukur 100,0 mL dan diencerkan dengan asam klorida 0,1 N sehingga didapat larutan propranolol HCl baku dengan konsentrasi 100 µg/mL. Pipet 10,0 mL larutan diatas, kemudian masukkan ke dalam labu ukur 100,0 mL dan diencerkan dengan asam klorida 0,1 N

20

sehingga didapat larutan propranolol HCl baku dengan konsentrasi 10 µg/mL. Ukur serapan larutan tersebut pada panjang gelombang 200-400 nm. Catat panjang gelombang maksimumnya.

Untuk pembuatan kurva kalibrasi, larutan 100 µg/mL di atas diencerkan dengan asam klorida 0,1 N hingga diperoleh berbagai konsentrasi, yaitu 10 µg/mL, 16 µg/mL, 20 µg/mL, 28 µg/mL, 30 µg/mL, dan 40 µg/mL. Larutan dari tiap konsentrasi dimasukkan ke dalam kuvet sebanyak 2/3 volume kuvet. Serapan diukur dengan Spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum yang didapat dari pengukuran spektrum serapan (Moffat, 1986).

b. Penentuan kadar zat inti

Sejumlah mikrokapsul dari formula yang terpilih digerus dan ditimbang secara seksama, kemudian dilarutkan dalam asam klorida 0,1 N dan disaring ke dalam labu ukur 100,0 mL. Setelah itu, volume dicukupkan dengan asam klorida 0,1 N hingga garis batas pada labu ukur. Larutan sampel dimasukkan ke dalam kuvet sebanyak 2/3 volume kuvet. Serapan Propranolol HCl ditentukan dengan Spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 289 nm. Kadar Propranolol HCl dihitung dengan membandingkan terhadap kurva kalibrasi sehingga jumlah Propanolol HCl yang terjerap dapat dihitung (Moffat, 1986).

3.4.2.5 Efisiensi penjerapan

Perhitungan persen penjerapan berguna untuk mengetahui efisiensi metode mikroenkapsulasi yang digunakan. Persen penjerapan diperoleh dengan membandingkan jumlah kandungan zat inti yang diperoleh dengan jumlah zat inti teoritis menggunakan rumus :

(3.2)

3.4.2.6 Uji disolusi in vitro

Uji disolusi dilakukan menggunakan alat disolusi tipe dayung pada dua medium yang berbeda, yaitu medium asam klorida 0,1 N pH 1,2 dan medium

dapar fosfat pH 6,8. Volume medium 900 mL pada suhu 37 ± 0,5oC dengan kecepatan pengadukan 50 rpm.

a. Pembuatan medium asam pH 1,2

Larutkan 8,33 ml asam klorida pekat ke dalam 1 L aquadest, kocok hingga homogen.

b. Pembuatan medium basa pH 6,8

Larutkan 21,72 g kalium dihidrogen fosfat dan 4,94 g asam sitrat monohidrat dalam aquadest. Encerkan dengan aquadest sampai 1 L, kocok hingga homogen.

c. Cara disolusi

Mikrokapsul yang setara dengan 10 mg propranolol HCl dimasukkan ke dalam medium disolusi. Dalam medium asam pengambilan sampel dilakukan pada menit ke 15, 30, 45, 60, 90 dan 120. Dalam medium basa pengambilan sampel dilakukan pada jam ke 0,25; 0,5; 0,75; 1; 2; 4; 6; dan 8. Sampel dianalisa dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis, diukur pada panjang gelombang 289 nm.

Dokumen terkait