• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Pendekatan Masalah

Biomassa hutan memiliki simpanan karbon yang cukup potensial karena hampir 50 % dari biomassa pada vegetasi hutan tersusun atas unsur karbon dan unsur tersebut dapat dilepas ke atmosfer dalam bentuk CO2 apabila hutan dibakar. Biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan tersebut menyerap CO2 dari atmosfer dan mengubah senyawa tersebut menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis ( Whitmore, 1985).

Adanya penambahan biomassa pada vegetasi hutan dikarenakan pertumbuhan dari pohon atau tegakan yang secara langsung dapat dilihat dari pertambahan tinggi atau diameter batangnya. Sedangkan penurunan biomassa hutan lebih diakibatkan oleh pengelolaan hutan yang tidak lestari, perubahan tata guna lahan, laju deforestasi (perusakan hutan) yang tinggi, praktek pembalakan dan pencurian yang tidak terkendali serta kebakaran hutan. Hal itu lebih menyebabkan jumlah biomassa yang keluar dari hutan lebih besar daripada penambahan biomassa itu sendiri. Oleh karena itu pengurangan dan penambahan biomassa pada vegetasi hutan dapat diatur dengan pengelolaan hutan yang baik, tepat dan memperhatikan aspek kelestarian yang berkelanjutan.

Studi terhadap pendugaan potensi simpanan biomassa sangat diperlukan untuk menambah informasi data tentang simpanan karbon dalam hutan tanaman yang didasarkan pada keragaman umur dan bonitanya.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Blitar, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Waktu penelitian dimulai pada pertengahan Juli sampai Agustus 2006.

Obyek dalam penelitian ini adalah tegakan hutan tanaman Jati (Tectona grandis) mencakup tumbuhan bawah dan serasahnya. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pita ukur, kompas, timbangan, tali, kantong plastik dan kertas, oven, sabit, gunting, dan alat tulis.

Pengumpulan data

Macam data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada 2 macam:

1.Data primer berupa diameter setinggi dada DBH (diameter batang setinggi 130 cm di atas permukaan tanah atau 20 cm di atas banir) dari tegakan yang diukur langsung dilapangan. Serta data berat basah dan berat kering dari tumbuhan bawah dan serasah.

2.Data sekunder untuk menghitung volume berupa Tarif Volume Lokal (TVL), Peta wilayah kerja KPH Blitar, penyebaran kelas umur (KU) dan penyebaran bonita serta keadaan umum lokasi penelitian.

Cara pengumpulan data

Data tegakan diambil berdasarkan umur dan bonita. Jumlah kelas bonita diambil sebanyak yang ada di lokasi penelitian. Sedangkan untuk umur dibagi berdasarkan kelas umur (KU) yang ada (KU 1 sampai KU VI). Pengumpulan data dengan cara membuat plot ukur ukuran 20 m x 50 m sebanyak 3 ulangan untuk masing-masing KU dan bonita

Untuk pengambilan data tumbuhan bawah dibuat plot ukuran 0,5m x 0,5m sebanyak 10 ulangan. Plot ini diletakkan didalam plot besar (20 x 50m) jadi didalam setiap plot besar ada 10 plot kecil. Pengambilan contoh tersebut dengan cara dibabat (tebas habis) semua tumbuhan bawah yang ada dalam plot tersebut, kemudian dimasukkan kantong bersama serasahnya dan ditimbang untuk mendapatkan berat basah. Kemudian diambil contoh sebanyak 300 gram ditimbang untuk mendapatkan

berat basah contoh, dikeringkan dengan suhu 800C selama 48 jam untuk mendapatkan

50 m

20m

= lokasi plot ukuran 0,5m x 0,5 m yang diambil vegetasinya

Gambar 1. Plot ukur ukuran 20x50m dan 0,5x0,5m Pengolahan dan pengelompokan data

1.Pengukuran biomassa tumbuhan bawah

Data primer tumbuhan bawah yang diperoleh dihitung berat basahnya dan

contoh yang diambil dikeringtanurkan untuk mengetahui berat keringnya. Kemudian dihitung persen kadar air dengan menggunakan persamaan Haygreen dan Bowyer (1982) dengan rumus: %KA = BKc BKc BBc− x 100%

Persen KA yang diperoleh digunakan untuk menghitung berat kering total plot per kelas umur dengan rumus berat kering berikut:

BK =

KA BB

% 1+

Keterangan: BK = Berat kering (kg) BBc = berat basah contoh (kg)

BB = Berat basah (kg) BKc = berat kering contoh (kg)

% KA = Persen kadar air

Kemudian berat kering total plot dikonversi ke satuan biomassa tumbuhan bawah ton per hektar. Potensi karbon per hektar dicari dari setengah biomassanya. 2. Pengukuran biomassa tegakan.

Pengukuran pada tegakan Jati di KU 1 dengan menebang 3 pohon sebatas permukaan tanah, dipisahkan batangnya dan ditimbang untuk mengetahui berat basahnya. Kemudian diambil contoh batang sebanyak 200 gram karena sudah mencukupi untuk dijadikan sebagai contoh dengan tiga ulangan, ditimbang untuk mendapat data berat basah contoh (BBc). Setelah itu dikeringtanurkan untuk mendapat data berat kering contoh (BKc). Biomassa kering tanur dihitung dengan rumus seperti yang digunakan oleh Istomo (2002) yaitu:

BK = Fk x BB

Fk = x100%

BBc BKc

Keterangan: BK = Berat kering biomassa (kg), BBc = berat basah contoh (kg) BB = Berat basah biomassa (kg), BKc = berat kering contoh (kg) Fk = Faktor konversi berat basah ke berat kering

Biomassa pada KU 1 ini dihitung dari hasil kali berat kering biomassa rata-rata ketiga pohon yang sudah ditebang tersebut dengan kerapatan tegakannya (jumlah pohon per hektar).

Untuk pendugaan biomassa pada KU II dan seterusnya diperoleh dari hasil perkalian antara volume rata-rata pohon dengan kerapatan kayunya. Kerapatan kayu diperoleh dari Berat kering tanur dan volume batang kayu contoh dari ketiga pohon yang sudah ditebang tersebut dengan menggunakan rumus:

Kerapatan kayu =

awal Volume

BKT

Dimana BKT = berat kering tanur contoh (gram)

Volume awal dicari dengan memasukkan batang kayu contoh kedalam gelas ukur berisi air. Kemudian dihitung selisih volume air dalam gelas ukur sebelum batang kayu contoh dimasukkan dan setelah batang kayu contoh dimasukkan. Volume kayu merupakan jumlah air yang dipindahkan atau selisih antara volume air sebelum dan sesudah batang kayu contoh dimasukkan. Metode ini digunakan karena batang kayu yang dijadikan sampel berbentuk tidak teratur atau tidak berbentuk silinder sempurna. Sebelum batang kayu contoh dimasukkan kedalam gelas ukur,

terlebih dahulu batang kayu contoh dilapisi lilin untuk mencegah agar air tidak masuk lewat pori – pori kayu.

Kerapatan kayu ini nantinya akan digunakan untuk mencari biomassanya sehingga biomassa merupakan keseluruhan berat kering total tegakan.

Pendugaan biomassa menggunakan metode pendekatan volume seperti yang diusulkan Brown namun dengan ada beberapa modifikasi seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya mengenai pendugaan dan pengukuran biomassa.

Perhitungan volume pohon rata-rata dengan melalui tahapan berikut:

1. Mengukur diameter untuk mencari volume per pohon dengan bantuan tarif volume lokal dilanjutkan menghitung rata- rata volume dari tiap plot.

2. Menghitung rata-rata volume dari 3 plot dengan rumus Vrata-rata = 3 3 2 1 V V V + +

V1, V2, V3 adalah volume rata-rata pada plot ke1,2, dan3

3.Volume rata-rata tegakan per hektar dihitung dari Volume rata-rata 3 plot dikalikan 10 karena rata-rata luas tiap plot adalah 0,1 ha, sehingga untuk mencari volume per hektarnya harus dikalikan 10.

Volume rata-rata per ha = Volume rata-rata plot x 10

4.Untuk mencari biomassa tegakan per hektar dicari dari volume rata-rata per ha dan kerapatan kayunya.

Yn = Volume rata-rata per ha X berat jenis(BJ) Yn adalah biomassa per ha.

Perhitungan karbon

Karbon diduga melalui biomassa yaitu dengan mengkonversi setengah dari jumlah biomassa, karena hampir 50 % dari biomassa pada vegetasi hutan tersusun atas unsur karbon (Brown 1997) yaitu dengan menggunakan rumus :

C = Yn x 0,5

C = Karbon (ton/ha)

0,5 = faktor konversi dari standar Internasional untuk pendugaan karbon.

Analisis data

Analisis data dilakukan setelah data dikelompokkan dan diolah. Pengelompokan data tegakan dilakukan menurut kelas umur dan kelas bonita.Umur dibagi berdasar kelas umur yang ada KU I (1 – 10 tahun),

KU II (11 – 20 tahun), KU III (21 – 30 tahun, KU IV (31 – 40 tahun), KU V (41 – 50 tahun), KU VI (51- 60 tahun). Data dianalisis dengan membandingkan rata-rata simpanan karbon tegakan, kerapatan tegakan pada setiap kelas umur dan kelas bonita.

Dokumen terkait