• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 METODE PENELITIAN

3.3 Metode Penelitian

Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data sekunder dikumpulkan melalui kegiatan desk study dan tersaji pada Tabel 2 (bagian bahan). Data primer berupa persepsi masyarakat. Responden dipilih dengan cara purposive dengan syarat: a) penduduk yang sudah lama tinggal di daerah tersebut, minimal 30 tahun; b) dewasa; c) sehat akal.

3.3.2 Pengolahan dan Analisis Data

A. Analisis Kriteria dan Indikator Kerentanan Masyarakat

Penilaian kerentanan masyarakat terhadap perubahan iklim menggunakan fungsi dari tiga komponen, yaitu singkapan, kepekaan, dan kemampuan adaptasi (IPCC 2001; O’Brien et al. 2004; Metzeger et al. 2006 dalam Forner 2006). Analisis kriteria dan indikator singkapan diperoleh dari beberapa referensi, terutama dari KNLH (1998) yang menjelaskan dampak perubahan iklim terhadap kondisi hidrologis atau kuantitas air di DAS Ciliwung.

Analisis kriteria dan indikator kepekaan dan kemampuan adaptasi masyarakat terhadap perubahan iklim cenderung menggunakan penelitian kualitatif dan dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu:

a Tahap I, kegiatan untuk mengumpulkan kriteria dan indikator yang berpengaruh pada kepekaan dan kemampuan adaptasi masyarakat terhadap perubahan iklim atau perubahan ketersediaan air di DAS Ciliwung berdasarkan informasi dari pakar dan studi literatur. Hasilnya terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Indikator kepekaan dan kemampuan adaptasi masyarakat

Elemen Kriteria Indikator

Kepekaan SDM Kepadatan penduduk (KP)

Masyarakat Fisik Kualitas infrastruktur (Fasilitas PAM) Ekonomi Ketergantungan pada lahan atau pekerjaan

dalam sektor pertanian (KTL) Kemampuan SDM Tingkat pendidikan (TP) Adaptasi Melek huruf (MH) Masyarakat Struktur umur (SU)

Jenis kelamin (JK) Kemiskinan

Angka harapan hidup (AHH)

Tingkat kesehatan (persentase penduduk sakit, jumlah bayi yang meninggal,balita kurang gizi)

Ekonomi Tingkat pendapatan daerah kapita (IPDRB), Pola konsumsi

Kegiatan dasar wilayah

Sosial Masyarakat Æperilaku konservasi, nilai tradisi, niali budaya, hukum adat, Konflik. Pemerintahan Æ kualitas aturan, pengawasan konflik, diskriminasi, kestabilan politik, Fisik Teknologi Konservasi (TK)

Kualitas Infrastruktur (DAM/waduk) Alam Persentase hutan (LH)

Sumber : Studi literatur dan pakar

b Tahap II, kegiatan untuk menyeleksi kriteria dan indikator yang berpengaruh pada kepekaan dan kemampuan adaptasi masyarakat terhadap perubahan iklim di DAS Ciliwung hasil dari tahap I, dan disesuaikan dengan konteks riset lapangan (field research) atau lokasi

penelitian. Metode yang digunakan adalah observasi dan wawancara semi terstruktur dan FGD (focus Group Discussion). Observasi merupakan cara melihat kondisi wilayah DAS Ciliwung, baik menyangkut fisik maupun non fisik. Wawancara semi terstruktur bertujuan untuk mencari informasi yang lebih lengkap dan detil tentang kondisi yang ada dalam masyarakat. Sedangkan FGD bertujuan untuk menarik informasi secara mendalam dari sejumlah responden dalam satu waktu tertentu, sehingga informasi yang ada dapat saling melengkapi antarsesama responden tersebut. FGD ini dilakukan pada saat warga berkumpul pada waktu luang di sekitar tempat tinggal mereka.

B Analisis AHP

Metode AHP dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan pembobotan terhadap indikator kerentanan masyarakat terhadap perubahan iklim di DAS Ciliwung. Tahapan AHP dapat dijelaskan sebagaimana di bawah ini. B.1 Penyusunan Hirarki Masalah

Hirarki dibangun berdasarkan tujuan, sasaran dan sub kriteria yang digunakan untuk membuat rekomendasi. Hirarki merupakan sebuah struktur pohon yang digunakan untuk menyusun sebuah masalah keputusan. Hirarki ini mempunyai aliran top down, bergerak dari kategori umum (sasaran) menuju ke spesifik (sub sasaran).

B.2 Pembangunan Matrik Perbandingan

Pengambil keputusan harus melakukan penilaian tingkat kepentingan relatif antara elemen yang satu dibanding elemen lainnya pada suatu level hirarki tertentu dalam kaitannya dengan pencapaian elemen pada level hirarki di atasnya. AHP menggunakan cara perbandingan berpasangan baik dengan menggunakan data hasil pengukuran maupun skala penilaian dari Saaty (1993).

Matrik perbandingan bersama (MPB) merupakan matrik yang menggambarkan perbandingan berpasangan antara satu elemen dengan elemen lainnya. Matrik perbandingan disusun berdasarkan penilaian dari pakar, dimana

para pakar mengisi suatu form dengan berdasarkan pada skala penilaian. Penilaian pakar dilakukan sebanyak {n/n-1)}/2, dimana n merupakan ukuran matrik. Pengisian matrik dilakukan dengan aksioma resiprokal. Elemen-elemen pada diagonal utama bernilai satu karena membandingkan dua hal yang sama.

Tabel 4 Skala penilaian

Skala Definisi Keterangan

1 Sama penting Dua aktivitas memberikan kontribusi yang seimbang pada tujuan

3 Agak lebih penting Pengalaman dan penilaian sedikit lebih memilih aktivitas yang satu dibandingkan dengan aktivitas yang lain

5 Lebih penting Pengalaman dan penilaian lebih memilih aktivitas yang satu dibandingkan aktivitas yang lainnya

7 Sangat penting Suatu aktivitas sangat lebih dipilih dan dominasinya dapat dilihat secara nyata 9 Mutlak lebih penting Suatu aktivitas terbukti lebih dipilih dalam

tingkat penegasan tertinggi 2,4,6,8 Nilai perbandingan diantara

dua nilai yang berurutan

Apabila diperlukan suatu kompromi

Tabel 5 Contoh matrik perbandingan Kepekaan

Masyarakat KP PAM KTL

KP 1

PAM 1

KTL 1

Tabel 6 Contoh form pengisian pakar

KP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PAM

KP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KTL

PAM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KTL

B.3 Penghitungan Bobot Prioritas

Penghitungan bobot prioritas menggunakan software expert choice, dimana pada prinsipnya dapat diperoleh dengan cara menghitung nilai eigen (akar ciri). Nilai eigen secara matematis dapat dihitung melalui pemangkatan MPB dengan prosedur sebagai berikut: a) mengkuadratkan MPB; b) menghitung jumlah nilai setiap baris dari matriks yang diperoleh kemudian menormalisasikan (bagi dengan

total nilainya); c) melakukan proses tersebut secara iterasi hingga diperoleh selisih antara dua interasi yang kecil (tidak berbeda sampai empat desimal).

B.4 Penghitungan Tingkat Konsistensi

Konsistensi menerangkan tentang koherensi penilaian atau kelogisan penilaian dalam membandingkan kriteria-kriteria atau alternatif yang berpasangan. Adanya konsistensi penilaian dapat menjamin kesahihan bobot/prioritas yang dihasilkan dari perbandingan tersebut. Namun demikian, kadangkala ketidakkonsistenan mungkin terjadi disebabkan, karena: a) kesalahan dalam pemasukan data; b) kurangnya informasi; c) kurangnya konsentrasi; dan d) fakta sebenarnya mungkin tidak konsisten. Oleh karena itu, metode AHP mentolerir adanya ketidakkonsistenan yang diukur oleh indeks konsistensi (consistency index, CI) dan rasio konsistensi (consistency ratio, CR) sebagai berikut:

... (1.4)

... ...(1.5) Ket : CR = Concictency Ratio (Rasio/tingkat konsistensi)

CI = Concictency Indeks (Indeks Konsistensi)

n = Banyaknya elemen yang dibandingkan /ukuran matrik

λmax = Akar ciri maksimum

Apabila CR ≤ 0,1 maka penilaian sudah memuaskan. Apabila nilai CR ≥ 0,1 maka harus segera diadakan penyesuaian karena inkonsistensi yang tinggi menunjukkan adanya kesalahan dan kekurangpahaman dalam pengisian matrik. C Pengolahan spasial

C.1 Penentuan Indeks Kerentanan

Untuk menghitung indeks dari unsur kerentanan (singkapan, kepekaan dan kemampuan adaptasi) dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

... (1.6) Ket: K = Indeks

Wi = Bobot indikator ke-i Xi = skor indikator ke-i

Sedangkan untuk penentuan indeks kerentanan dilakukan dengan mengurangi hasil jumlah indeks singkapan dan kepekaan dengan indeks kemampuan adaptasi. Dapat ditulis atau dirumuskan sebagai berikut :

.. ... (1.7)

Ket: K = Indeks kerentanan

Wie = Bobot indikator ke-i pada singkapan Xie = skor indikator ke-i pada singkapan Wis = Bobot indikator ke-i pada kepekaan Xis = skor indikator ke-i pada kepekaan

Wiac = Bobot indikator ke-i pada kemampuan adaptasi Xiac = skor indikator ke-i pada kemampuan adaptasi

Penentuan klasifikasi tiap indeks dihitung dengan rumus (1.8) dan hasil klasifikasi tiap-tiap indeks tersaji pada Tabel 7.

...(1.8) Ket: i = Lebar interval

R = selisih skor maksimum dan skor minimum N = Jumlah kelas

Tabel 7 Klasifikasi indeks kerentanan

Unsur Nilai Kategori

A Singkapan 0 Tidak Rentan

> 0.9 Rentan B Kepekaan dan kemampuan adaptasi < 0.5 Rendah

0.5 – 0.9 Agak rendah 0.9 – 1.3 Sedang 1.3 –1.9 Agak tinggi > 1.9 Tinggi C Kerentanan < (-0.8) Rendah (-0.8) – 0.2 Agak rendah 0.2 – 1.2 Sedang 1.2 – 2.2 Agak tinggi > 2.2 Tinggi Sumber : Hasil analisis

)) ( ( )) ( ) ( ( 1 1 1

w

x

w

x

w

x

iac n iac iac is n is is ie n ie iex x x k

= = = − + = n R i=

C. 2. Penyusunan Peta Kerentanan

Hasil analisis kerentanan masyarakat ditampilkan dalam bentuk peta-peta dengan bantuan software ArcView GIS 3.3. Peta yang dihasilkan adalah peta singkapan, kepekaan, kemampuan adaptasi, dan kerentanan. Peta singkapan, kepekaan dan kemampuan adaptasi diperoleh dengan operasi join table atau add field pada tiap indikator pada peta batas DAS yang telah dioverlay dengan peta administrasi. Peta kerentanan masyarakat terhadap perubahan iklim diperoleh dengan operasi overlay atau tumpang tindih antara peta singkapan, peta kepekaan masyarakat dan peta kemampuan adaptasi. Tahapan penyusunan peta kerentanan masyarakat terhadap perubahan iklim di DAS Ciliwung tersaji pada Gambar 4.

Gambar 4 Tahapan penyusunan peta kerentanan masyarakat

D. Analisis Adaptasi Berbasis ekosistem Hutan

Analisis adaptasi berbasis ekosistem hutan dilakukan secara deskriptif. Tujuannya untuk menggambarkan kaitan antara ekosistem hutan dengan

kerentanan masyarakat terhadap perubahan iklim di DAS Ciliwung. Analisis deskriptif dilakukan secara logika dengan memasukkan analisa peta kerentanan masyarakat di DAS Ciliwung, persepsi masyarakat serta pakar.

Secara umum, tahapan kegiatan penelitian ini disajikan pada Tabel 8 dan Gambar 5 di bawah ini.

Tabel 8 Tahapan kegiatan penelitian

No Input Proses Output

1 Literatur, pakar, responden/ masyarakat Desk study, observasi, wawancara semi terstruktur, FGD

Kriteria dan indikator kerentanan masyarakat terhadap perubahan iklim

2 Hasil proyeksi KNLH (1998), Peta batas DAS Ciliwung

Operasi SIG (Add table atau Join table)

Peta singkapan

3 Data BPS, persepsi masyarakat, peta batas DAS Ciliwung

Operasi SIG (scoring, join table) dan AHP

Peta kepekaan masyarakat terhadap perubahan iklim 4 Data BPS, persepsi

masyarakat, peta penggunaan lahan, peta batas DAS Ciliwung

Operasi SIG (scoring, join table) dan AHP

Peta kemampuan adaptasi masyarakat terhadap perubahan iklim

5 Peta singkapan, peta kepekaan dan peta kemampuan adaptasi masyarakat Operasi SIG (overlay, scoring, klasifikasi kelas kerentanan) Peta kerentanan masyarakat terhadap perubahan iklim 6 peta kerentanan masyarakat terhadap perubahan iklim, studi literatur, persepsi masyarakat, pakar

Analisis diskriptif gambaran ekosistem hutan dapat digunakan sebagai alternatif adaptasi terhadap perubahan iklim

Start Studi literatur/ diskusi Pengumpulan data Data BPS dan Instansi lainnya Responden /pakar/ informan kunci Peta kerentaan masyarakat terhadap perubahan iklim Analisis adaptasi berbasis ekosistem hutan stop Peta batas DAS

Ciliwung

Faktor dan data kemampuan

adaptasi masyarakat Faktor dan data

kepekaan masyarakat Proyeksi

perubahan iklim terhadap IPA

Peta singkapan Peta kepekaan masyarakat Peta kemampuan adaptasi masyarakat Overlay& klasifikasi Join table/add field scoring, AHP, Peta penggunaan lahan Join table/add field scoring, AHP, Join table/add field scoring, AHP, Literatur, pakar, masyarakat

Dokumen terkait