• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Penelitian 11

Dalam dokumen PENERAPAN METODE INDEX CARD MATCH (Halaman 29-183)

BAB I PENDAHULUAN

G. Metode Penelitian 11

1. Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan mengunakan penelitian tindakan kelas, istilah dalam bahasa inggrisnya adalah Classroom Action Research (CAR). Kalau di Indonesia di kenal dengan sebutan PTK, penelitian ini dikemas dalam penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperbaiki mutu praktik dalam pembelajaran dikelasnya (Arikunto, 2007:58). Karakteristik yang khas dari penelitian tindakan kelas adanya aksi tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar dikelasnya, (Arikunto, 2007:107). Sedangkan penelitian tindakan kelas (Mudilarto, 2004:1) adalah sebuah penelitian yang dilakuakan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan terdiri atas empat rangkaian yang dilakukan secara berulang-ulang yakni berupa tahapan-tahapan sebagai berikut.

12 a. Perencanaan. b. Tindakan. c. Pengamatan. d. Refleksi 2. Subjek penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah:

a. Siswa kelas VI SD N 1 Kedungpilang,dengan jumlah siswa 25 orang dengan siswa Laki-laki 11 orang dan siswi perempuan 14 orang serta guru kelas VI, alasan penelitian subjek kelas VI karena peneliti sebagai guru kelas VI menemukan berbagai hambatan dalam pencapaian pengajaran mata pelajaran IPS.

b. Tempat penelitian, di SD N 1 Kedungpilang, Dusun Kunciombo, Desa Kedungpilang, Kec. Wonosegoro, Kab. Boyolali.

c. Pelaksanaan Penelitian, 15 November 2014 sampai 28 Januari 2015. 3. Langkah-langkah/penelitian

a. Tahap Perencanaan

1) Membuat skenario pembelajaran dengan metode index card match, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

2) Mempersiapkan sumber belajar yang relevan. 3) Menyusun daftar pertayaan untuk tanya jawab.

4) Mempersiapkan perlengkapan index card match yang dibutuhkan. 5) Menyusun lembar pengamatan pembelajaran untuk penilaian

13

6) Menyusun lembar pengamatan aktivitas guru selama dalam pembelajaran.

7) Menyusun test formatif untuk siswa.

8) Target yang diharapkan dalam penerapan metode index card match ini keberhasilan minimal memenuhi kriteria KKM.

b. Tahap Tindakan

Merupakan pelaksanaan yang telah dibuat yang serupa penerapan pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang tertulis pada RPP dan tahap perencanaan kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga kegiatan yaitu, pendahuluan, inti, dan penutup dan pada RPP kegiatan inti meliputi elaborasi, eksplorasi, dan konfirmasi.

c. Tahap Pengamatan

Pada tahap ini segala aktivitas Siswa dalam proses pembelajaran diamati, dicatat, dan di nilai kemudian dianalisis untuk dijadikan umpan balik. Pengamatan tersebut meliputi keaktifan dan insiatif Siswa selama kegiatan pembelajaran. Pantauan guru saat pembelajaran berlangsung, kondisi Siswa mampu menyerap konsentrasi secara maksimal atau tidak. d. Tahap Refleksi

1) Mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran. 2) Evaluasi hasil observasi.

3) Analisis hasil pembelajaran memperbaiki kelemahan siklus 1 dan siklus II.

14

Untuk lebih jelasnya berikut adalah skema siklus penelitian PTK.

Gambar 1.1 Tahapan dalam siklus penelitian tindakan kelas. (Sumber: Arikunto, 2007:236)

4. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data pada penelitian ini, bentuk instrumen penelitian adalah:

a. Pedoman/lembar pengamatan (observasi) digunakan untuk mengamati kegiatan dalam proses belajar dengan menggunakan penerapan metode index card match.

b. Tes / soal digunakan untuk mengetahui berhasil tidaknya Siswa dalam menguasai materi setelah menggunakan penerapan metode index card match.

c. Dokumentasi digunakan untuk mengetahui keadaan sekolah sebagai tempat penelitian. Yang berisi tentang profil, data sekolah, foto keadaan sekolah. Pelaksanaan SIKLUS I Refleksi Pengamatan Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan Perencanaan

15

d. Wawancara digunakan untuk mengetahui keadaan sekolah sebagai tempat penelitian secara lebih rinci.

5. Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan: a. Observasi (Pengamatan)

Menurut Arikunto dkk (2008:127), observasi (Pengamatan) adalah kegiatan pengamatan atau pengalihan data untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui sejauh mana keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan diterapkannya metode index card match.

b. Tes/soal

Tes merupakan seperangkat rangsangan (stimulus) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dijadikan skor angka (Hamdani dan Dodi dkk, 2008:77)

Peneliti akan menggunakan tes objektif yaitu pilihan ganda (multiple choice test), dan uraian.

c. Dokumentasi

Dokumentasi terdiri dari atas tulisan pribadi seperti buku harian, surat-surat, dan dokumentasi resmi (Hamdani dan Dodi dkk 2008:76). Dalam penelitian ini data yang akandiambil dari dokumentasi adalah data mengenai keadaan sekolah baik dari sisi sistem pendidikan maupun dari segi organisasi sekolah.

16 6. Analisis Data

Semua data yang telah kita peroleh dan kita kumpulkan pada dasarnya untuk menguji atau membuktikan kebenaran hipotesis. Benar tidaknya dugaan itu akan dibuktikan melalui data yang kita peroleh dari lapangan. Oleh sebab itu, pada tahap ini data sebagaimana adanya harus dianalisa, diolah, dan disusun sedemikian rupa sehingga bisa digunakan untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang telah dirumuskan.

Dalam membuktikan hipotesis maka hasil penelitian akan dilakukan analisis dengan:

a. Menghitung nilai rata-rata kelas dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

M = Nilai rata-rata

= Jumlah semua nilai siswa

N = Jumlah siswa (Djamarah, 2006:64)

b. Menghitung presentase ketuntasan belajar siswa, digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

P = nilai dalam persen F = Frekuensi

17 H. Sistematika Pembahasan

Bab I berisi Pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, Penegasan istilah, metode penelitian, sistematika pembahasan.

Bab II berisi Kajian Pustaka yang mencakup hasil belajar IPS, hakekat pembelajaran IPS, metode pembelajaran, dan Metode Index Card Match .

Bab III berisi deskripsi Penelitian yang mencakup pelaksanaan penelitian: subjek penelitian, diskripsi pelaksanaan siklus I, diskripsi pelaksanaan siklus II dan diskripsi pelaksanaan siklus III.

Bab IV berisi Hasil Penelitian yang mencakup pembahasan hasil penelitian, diskripsi paparan per siklus meliputi, deskripsi paparan siklus I, deskripsi paparan siklus II, deskripsi paparan siklus III dan pembahasan.

Bab V berisi Penutup yang mencakup dua sub pokok yaitu kesimpulan dan saran.

18

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar IPS

1. Pengertian Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena kebetulan (Mulyati, 2005:5). Slameto (1995:2) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Guilford dalam Mustaqim (2004:34) belajar adalah perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari rangsangan.

Seseorang belajar pada dasarnya didorong oleh keinginannya untuk mengembangkan perilakunya yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan. Perubahan perilaku yang terjadi sebagai akibat dari proses belajar pada diri seseorang inilah disebut hasil belajar. Gagne dan Briggs mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar (Sam’s, 2011:33). Hasil belajar adalah suatu kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat dari latihan atau pengalaman yang diperoleh.

Menurut Purwanto (1999:79) belajar adalah merupakan proses psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif manusia dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, nilai, dan

19

sikap yang bersifat konstan/menetap. Berdasarkan berbagai pengertian belajar menurut beberapa ahli di atas dapat dikatakan bahwa pengertian belajar adalah terjadinya perubahan pada orang yang belajar, perubahan tampak dari belum mampu menjadi mampu. Perubahan-perubahan dapat berupa sesuatu yang baru, yang segera nampak dalam perilaku nyata atau yang masih tersembunyi, mungkin juga perubahan hanya berupa penyempurnaan terhadap hal yang sudah dipelajari. Dalam islam juga menganjurkan untuk belajar atau kewajiban memperdalam ilmu itu sebagai petunjuk bagi sesama manusia seperti, Dalam Al Quran juga dijelaskan pada surat At- Taubah ayat 122:

ةَّفٓاَك ْاو ُسِفىَيِل َنىُىِم ۡؤُمۡلٱ َناَك اَم َو۞

ٗ

ۚ

ةَق ۡسِف ِّلُك هِم َسَفَو َلَ ۡىَلَف

ٗ

ةَفِئٓاَط ۡمُهۡىِّم

ٗ

َنو ُزَر ۡحَي ۡمُهَّلَعَل ۡمِهۡيَلِإ ْا ٓىُعَج َز اَذِإ ۡمُهَم ۡىَق ْاو ُزِرىُيِل َو ِهيِّدلٱ يِف ْاىُهَّقَفَتَيِّل

٢١١

Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya

Kaitannya dengan hasil belajar, Susanto (2013:5) membagi ke dalam tiga kawasan yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kogninif berkaitan dengan tujuan pembelajaran dalam kaitannya dengan kemampuan berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Ranah afektif berkenaan dengan tujuan-tujuan yang berkenaan dengan sikap, nilai, minat dan apresiasi. Ranah psikomotorik berkenaan dengan keterampilan motorik dan memanipulasi bahan atau objek (Sam’s, 2005:35). Hasil belajar dalam ranah kognitif menurut

20

Susanto (2013:5) ini secara rinci mencakup kemampuan mengingat dan memecahkan masalah berdasarkan apa yang telah dipelajari peserta didik.

Beberapa paparan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai oleh siswa berupa keterampilan yang dinyatakan dalam penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan.

2. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar

Hasil belajar kaitan erat dengan proses belajar sehingga faktor yang mempengaruhi belajar akan berpengaruh terhadap hasil belajar. Seperti apa yang diutarakan oleh Suryabrata, 2004 (dalam Sriyanti, 2009:23), secara umum terdapat dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis.

1. Faktor fisiologis

Faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang terdapat dalam diri individu. Faktor ini antara lain tingkat kesehatan dan kebugaran fisik individu.

2. Faktor psikologis

Faktor psikologis adalah faktor psikis yang ada dalam diri individu. Faktor-faktor psikis tersebut antara lain tingkat kecerdasan, motivasi,

21

motivasi, minat, bakat, sikap, kepribadian,kematangan, dan lain sebagainya.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar diri individu yang sedang belajar. Faktor-faktor eksternal terdiri dari faktor nonsosial dan faktor sosial.

1) Faktor nonsosial

Faktor nonsosial adalah faktor-faktor di luar individu yang berupa kondisi fisik berupa cuaca, alat, gedung, dan sejenisnya.

2) Faktor sosial

Faktor sosial adalah faktor-faktor di luar individu yang berupa manusia. Faktor ini antara lain yang berasal dari keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Faktor eksternal dan internal mempengaruhi keberhasilan belajar. Pengaruhnya bisa bersifat positif (mendukung), namun bisa juga negatif (menghambat).

3. Alat untuk Mengukur Hasil Belajar

Menurut pengertian umum, alat adalah sesuatu yang digunakan untuk mempermudah seseorang untuk melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien (Mustaqim, 2005:170).

Adapun Arikunto membagi alat evaluasi menjadi 2 macam, yaitu : tes dan non tes (1995:23).

22 a. Tes

Arikunto menjelaskan bahwa tes adalah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seseorang murid atau kelompok murid (1995:29). Mustaqim menerangkan bahwa tes berasal dari bahasa Perancis kuno “testum” yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam (Mustaqim, 2005:174-175).

Arikunto (1995:30-37) membagi jenis tes ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka dibedakan menjadi 3 macam tes, yaitu :

1) Tes diagnosik

Tes diagnosik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan-kelemahan-kelemahan tesebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.

2) Tes Formatif

Bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu. Evaluasi formatif atau tes formatif diberikan pada akhir setiap program. Tes ini merupakan post-test atau tes akhir proses.

3) Tes Sumatif

Tes Sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok program, dapat disamakan dengan ulangan harian.

Menurut Mustaqim (2004:176-177), tes sumatif dibedakan menjadi dua yaitu :

23 a) Tes Subyektif

Sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan/uraian kata-kata.

b) Tes Obyektif

Yaitu apabila pemeriksaannya dapat dilakukan secara obyektif. Macam-macam tes obyektif :

1) Tes benar salah 2) Tes pilihan Ganda 3) Menjodohkan 4) Tes isian

dirasa masih sulit. Selain menggunakan teknik tes berupa tes formatif, hasil belajar siswa diukur menggunakan teknik non tes berupa observasi atau pengamatan. Teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap guru dan siswa dan melakukan pencatatan secara otomatis, memberikan skor atau nilai terhadap hasil pengamatan.

b. Non tes

Berikut ini macam alat evaluasi non tes : 1) Skala bertingkat

Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan.

2) Kuesioner

Sering dikenal sebagai angket. Kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang haris diisi oleh orang yang akan diukur/responden.

24 3) Daftar cocok (cek list)

Daftar cocok adalah deretan pertanyaan (yang biasa disingkat-singkat) di mana responden tinggal membubuhkan tanda (√) di tempat yang sudah disediakan.

4) Wawancara (interview)

Wawancara adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak.

5) Observasi

Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis (1995:23-28). B. IPS

1. Pengertian IPS

IPS adalah mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial serta berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia (Departemen Agama, 2004:77). Sedangkan menurut Rasimin (2012:11) IPS merupakan mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial, dimana dalam kajiannya mengintegrasikan bidang-bidang ilmu-ilmu sosial dan humaniora.

Menurut Ahmadi (1997:34) IPS adalah bidang studi yang merupakan paduan dari sejumlah mata pelajaran sosial untuk tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar dan menengah (elementary and secondary school).

25

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, disimpulkan pengertian IPS adalah suatu disiplin ilmu sosial atau bidang kajian sosial kemasyarakatan yang mempelajari manusia pada konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat. Bidang kajian IPS adalah mempelajari kehidupan manusia dan interaksinya dalam kehidupan yang ada pada lingkungan masyarakat.

2. Fungsi dan Tujuan IPS

Mata pelajaran IPS di Madrasah Ibtidaiyah (MI) berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Secara umum tujuan IPS adalah sebagai berikut (Departemen Agama 2004:78):

a. Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan melalui pendekatan pedagodis dan psikologis.

b. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampailan dalam kehidupan sosial. c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai- nilai sosial dan

kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional dan global.

3. Ruang Lingkup IPS

Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek- aspek sebagai berikut: a. Sistem sosial dan budaya

b. Manusia, tempat, dan lingkungan. c. Perilaku ekonomi, dan kesejahteraan. d. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan.

26 e. Sistem berbangsa dan bernegara.

27

4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas VI SD/MI Semester I

Tabel 2.1 SK dan KD IPS SD/MI

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Memahami perkembangan wilayah Indonesia, kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara di Asia Tenggara, serta benua-benua

1.1 Mendeskripsikan perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia

1.2 Membandingkan kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara tetangga

1.3 Mengidentifikasi benua-benua

JUMLAH

Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Memahami gejala alam yang terjadi diIndonesiadan sekitarnya

1.1 Mendeskripsikan gejala (peristiwa) alam yang terjadi di Indonesia dan negara tetangga

1.2 Mengenal cara-cara menghadapi bencana alam

28 3. Memahami peranan bangsa

Indonesiadi era global

3.1 Menjelaskan peranan Indonesia pada era global dan dampak positif serta negatifnya terhadap kehidupan bangsa Indonesia.

3.2 Mengenal manfaat ekspor dan impor di Indonesia sebagai kegiatan ekonomi antar bangsa

C. Metode Pembelajaran

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsung pembelajaran (Sudjana, 2005:76). Metode pembelajaran cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal (Wina Sanjaya, 2008:147). Ini berarti metode digunakan untuk merealisasikan proses belajar mengajar yang telah ditetapkan.

Menurut Abdurrahman Ginting, (2008:42) metode pembelajaran dapat diartikan cara atau pola yang khas dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan serta berbagai teknik dan sumberdaya terkait lainnya agar terjadi proses pembelajaran pada diri pembelajar.

Dengan kata lain metode pembelajaran adalah teknik penyajian yang dikuasai oleh seorang guru untukmenyajikan materi pelajaran kepada murid di dalam kelas baik secara individual atau secara kelompok agar materi

29

pelajaran dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh murid dengan baik (Abu Ahmadi dan Joko Tri Prastya, 2005:52).

Dalam kenyataannya, cara atau metode pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan informasi berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Khusus metode pembelajaran di kelas, efektifitas metode dipengaruhi oleh faktor tujuan, faktor siswa, faktor situasi dan faktor guru itu sendiri.

Dengan demikian metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting, karena keberhasilan pembelajaran sangat tergantung pada cara guru dalam menggunakan metode pembelajaran.

Cepat lambatnya peserta didik dalam belajar IPS sangat erat kaitannya dengan metode yang dipakai karena berpengaruh dengan cocok apa tidaknya metode itu diterapkan. Suatu metode mempunyai cara-cara yang berbeda dengan metode yang lain sehingga harus melihat lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat. Oleh karena itu salah satu yang bertanggung jawab dalam pendidikan adalah guru.

2. Index Card Match

a. Pengertian Index Card Match

Index Card Match adalah cara menyenangkan lagi aktif untuk meninjau ulang materi pembelajaran. Ia membolehkan peserta didik untuk berpasangan dan memainkan quiz kepada lawan sekelas (Mel. Silberman, 2001:232). Index Card Match merupakan cara yang menyenangkan dan aktif untuk mengkaji materi pembelajaran. Para peserta bermain dalam sebuah kuis dan berpasangan (Mel. Silberman, 2010:246)

30

Salah satu bentuk strategi pembelajaran aktif adalah metode pembelajaran Index Card Match (pencocokan kartu indeks). Index Card Match adalah salah satu teknik instruksional dari belajar aktif yang termasuk dalam berbagai reviewing strategis (strategi pengulangan) (Mel. Silberman, 2006:250)

Metode Index Card Match ini berhubungan dengan cara-cara untuk mengingat kembali apa yang telah mereka pelajari dan menguji pengetahuan serta kemampuan mereka saat ini dengan teknik mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana menyenangkan. Biasanya guru dalam kegiatan belajar mengajar memberikan banyak informasi kepada siswa agar materi ataupun topik dalam program pembelajaran dapat terselesaikan tepat waktu, namun guru terkadang lupa bahwa tujuan pembelajaranbukan hanya materi yang selesai tepat waktu tetapi sejauh mana materi telah disampaikan dapat diingat oleh siswa. Karena itu dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan peninjauan ulang atau review untuk mengetahui apakah materi yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Silberman (2006:250) salah satu cara yang pasti untuk membuat pembelajaran tetap melekat dalam pikiran adalah dengan mengalokasikan waktu untuk meninjau kembali apa yang telah dipelajari. Materi yang telah dibahas oleh siswa cenderung lima kali lebih melekat di dalam pikiran daripada materi yang tidak dilihat dari aktivitas belajar siswa, siswa yang mendapat pelajaran dengan menggunakan metode index card match akan lebih aktif dan

31

bergairah dalam belajar. Hal yang sama terjadi pada indikator bentuk pembelajaran, metode index card match dalam penggunaannya menunjukkan interaksi banyak arah antara guru dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan siswa dalam kadar yang intensif serta suasana kelas yang harmonis.

b. Fungsi Index Card Match

1. Agar anak-anak lebih cepat dalam pembelajaran 2. Anak akan lebih mudah dalam memahami suatu materi 3. Tidak merasa kejenuhan dalam pembelajaran.

c. Langkah-langkah Dalam Membuat Index Card Match

1. Tulislah dalam kartu indeks terpisah nama teknik/atau konsep yang telah dipelajari pada sesi pelatihan (misalnya,”diskusi fish bowl”). Buatlah kartu-kartu tersebut sebanyak setengah jumlah peserta.

2. Pada kartu lain yang terpisah, tulislah definisi yang tepat atau cntoh-contoh yang jelas tentang teknik dan konsep tersebut. Misalnya, diskusi fish bowl adalah “cara untuk mengadakan diskusi kelompok kecil dalam lingkup kelompok besar”.

3. Gabungkan dua kelompok kartu tersebut dan kocoklah beberapa kali sehingga teracak sempurna.

4. Bagikan satu kartu pada setiap peserta. Jelaskan pada mereka bahwa ini adalah permainan mencocokkan kartu. Sebagian peserta memegang kartu yang bertuliskan nama teknik atau konsep yang dipelajari dalam sesi pelatihan, dan sebagian peserta lainnya memegang kartu bertuliskan definisi atau contoh-contohnya.

32

5. Seluruh para peserta menemukan pasangan kartunya. Apabila sudah terbentuk pasangan-pasangan, mintalah setiap pasangan untuk duduk bersebelahan. (beri tahu mereka untuk tidak membuka kartu masing-masing.

6. Apabila semua pasangan (dengan kartu-kartunya yang telah berpasangan) sudah duduk, salah satu anggota pasangan menanyakan pada semua peserta lain tentang teknik atau konsep yang ada di kartu mereka, dengan cara membacakan definisi atau contoh-contohnya. d. Kelebihan dan kelemahan Index Card Match

1) Kelebihan Metode Pembelajaran Index Card Match

Kelebihan Metode Pembelajaran index card match adalah: 1. Menumbuhkan kegembiraan dalam kegiatan dalam kegiatan

belajar mengajar.

2. Materi pelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa. 3. Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan

menyenangkan.

4. Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf kesuksesan belajar.

5. Penilaian dilakukan bersama pengamat dan pemain. 2) Kelemahan Metode Pembelajaran Index Card Match

Kelemahan Metode Pembelajaran index card match adalah: 1. Membutuhkan waktu yang lama bagi siswa untuk menyelesaikan

tugas dan prestasi.

33

3. Lama untuk membuat persiapan.

4. Guru harus memiliki jiwa demokratis dan keterampilan yang

Dalam dokumen PENERAPAN METODE INDEX CARD MATCH (Halaman 29-183)

Dokumen terkait