4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan kausal. Penelitian deskriptif merupakan suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu dapat berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena yang lainnya (Sukmadinata, 2006).
Penelitian kausal dapat digunakan untuk membuktikan secara empiris pengaruh peran auditor internal dan pelaksanaan fungsi manajemen keuangan dalam pengelolaan pendapatan negara bukan pajak terhadap kinerja manajerial. Sekaran (2008) menyebutkan desain kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel memengaruhi variabel lain, dan juga berguna pada penelitian yang bersifat eksperimen, dimana variabel independennya diperlakukan secara terkendali oleh peneliti untuk melihat dampaknya pada variabel dependennya secara langsung. Penelitian kausal-komparatif bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian yang dipersoalkan berlangsung (telah lalu). Penelitian mengambil satu atau lebih akibat (sebagai dependent variabel) dan menguji data itu dengan menelusuri kembali ke masa lampau untuk mencari sebab-sebab, saling hubungan, dan maknanya.
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Pusat Administrasi Universitas Malikussaleh (KPA Unimal), dengan respondennya pengelola keuangan PNBP yang dijadikan sebagai subjek penelitian. Sedangkan waktu penelitian direncanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2012.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pengelola keuangan PNBP pada Bagian Keuangan KPA Unimal, sedangkan yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah Pembantu Rektor II, Kepala Biro, Kepala Bagian, Kepala Sub Bagian, Bendahara Penerima, Bendahara Pengeluaran. PUMK KPA, PUMK Fakultas, dan staf pengelola keuangan. Maka penelitian dilakukan dengan teknik Perpusive Sampling. Adapun distribusi responden pada masing-masing unit kerja dapat dirinci sebagaimana ditampilkan pada tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1 Populasi Penelitian
No Responden Populasi
1 Pembantu Rektor II 1
2 Kepala Biro Administrasi Umum dan Keuangan 1
3 Kepala Bagian Keuangan 1
4 Kasubbag 2
5 Bendahara Penerima 1
6 Bendahara Pengeluaran 1
7 PUMK KPA 3
8 PUMK Fakultas 6
9 Staf Pengelola Keuangan 22
4.4. Metode Pengumpulan Data
Sumber data merupakan faktor penting untuk mempertimbangkan penentuan metode pengumpulan data. Sumber data yang dikumpulkan peneliti dalam penelitian adalah data primer. Indriantoro dan Supomo (1999) menyebutkan data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Data peran auditor internal, pelaksanaan fungsi manajemen keuangan, dan kinerja manajerial dari responden digunakan instrumen penelitian berupa kuesioner dalam bentuk jawaban tertutup. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang disusun berdasarkan indikator penelitian masing-masing variabel sehingga terdapat tiga kuesioner dalam penelitian ini yaitu kuesioner peran auditor internal, pelaksanaan fungsi manajemen keuangan, dan kinerja lembaga. Kuesioner penelitian diadopsi dari angket penelitian yang dibuat oleh Rahmawaty, Susanto, dan Gunawan.
4.5. Definisi dan Pengukuran Operasional Variabel
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen (X1) yaitu peran auditor internal, variabel pelaksanaan fungsi manajemen keuangan (X2) dan variabel dependen (Y) yaitu kinerja lembaga Universitas Malikussaleh. Berikut ini dijelaskan definisi menurut variabel yaitu : a. Peran auditor internal (X1) merupakan kegiatan pengawasan yang dilakukan
oleh auditor dengan memberikan jasa untuk meningkatkan penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif. Indikator atau elemen dan alat ukur yang digunakan adalah jasa assurance dan jasa konsultasi dengan menggunakan skala interval yaitu skala likert 5 poin.
b. Pelaksanaan fungsi manajemen keuangan (X2) adalah implementasi fungsi manajemen keuangan dalam pengelolaan PNBP sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Indikator atau elemen dan alat ukur yang digunakan dilihat dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dengan menggunakan skala interval yaitu skala likert 5 poin. c. Kinerja lembaga Malikussaleh (Y) adalah tingkat pencapaian hasil dari suatu
rangkaian kegiatan dalam sebuah manajerial pemerintah sehubungan dengan pelaksanaan program sesuai dengan kuantitas dan kualitas terukur dengan menggunakan prinsip efesiensi dan efektifitas yaitu terdiri dari input, output dan outcome.
Untuk memperjelas pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen dari definisi, indikator dan alat ukur (skala) yang digunakan untuk masing-masing variabel tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Operasional Variabel
No Variabel Definisi Indikator Skala
1 Peran Auditor Internal
Kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh auditor dengan memberikan jasa untuk meningkatkan penggunaan sumber daya. - Jasa assurance - Jasa Konsultasi Interval 2 Pelaksana an Fungsi Manajemen Keuangan
Implementasi fungsi manajemen keuangan dalam pengelolaan PNBP sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
- Perencanaan - Pengorganisasian - Pelaksanaan - Pengawasan Interval 3 Kinerja manajerial
tingkat pencapaian hasil dari suatu rangkaian kegiatan dalam sebuah manajerial pemerintah sehubungan dengan pelaksanaan program sesuai dengan kuantitas dan kualitas terukur
- Penggunaan anggaran - Pelaksanaan
Program
Interval
memungkinkan untuk dilakukan operasi aritmatika terhadap data yang dikumpulkan dari responden. Hal ini dapat membantu peneliti dalam menghitung mean (rata-rata hitung) dan standard deviation responden terhadap variabel. Skala interval tidak hanya mengelompokkan individu menurut katagori tertentu dan menentukan urutan kelompok, namun juga mengukur magnitude dan perbedaan preferensi antar individu (Sekaran, 2006).
Untuk penggunaan ranking scale. penelitian ini menggunakan skala interval dengan skala likert 5 poin, dimana poin 5 menunjukkan sangat setuju dengan pernyataan yang dimaksud dan poin 1 menunjukkan sangat tidak setuju. Dalam menjawab kuesioner responden diminta memberikan penilaian terhadap setiap pernyataan dengan memilih salah satu dari lima pilihan yang disediakan.
4.6. Metode Analisis Data
Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan model analisis regresi linear berganda yang berfungsi untuk mengetahui pengaruh atau hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. Pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan alat bantu aplikasi software SPSS.
Formulasi yang digunakan adalah :
Y = β0 + β1x1 + β2x2 + e Keterangan :
Y : Kinerja Lembaga X1 : Peran Auditor Internal
X2 : Pelaksanaan Fungsi Manajemen β0 : Konstanta
β1- β2 : Koefisien regresi parsial
4.7. Uji Kualitas Data
Uji kualitas data dimaksudkan agar keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan terbebas dari bias secara statistik. Pengujian kualitas data dilakukan dengan uji validitas dan reliabilitas. Apabila hasil pengujian menjumpai data penelitian valid dan realibel secara statistik, maka dapat disimpulkan kualitas data yang digunakan cukup baik. Pengujian kualitas data dilakukan disalah satu Universitas Swasta di Kabupaten Aceh Utara.
1. Uji Validitas
Menurut Sukmadinata (2006) validasi data merupakan suatu proses penentuan apakah suatu wawancara dalam survey atau observasi dilakukan dengan benar dan terbebas dari bias. Dalam berbagai metode pengumpulan data tidak selalu mudah untuk melakukan pemantauan secara ketat.
Sementara menurut Ghozali (2007) uji validitas bertujuan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Menurut Ghozali (2007) mengukur validitas dapat dilakukan dengan tiga cara; 1) melakukan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel; 2) melakukan korelasi bivariate antara masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk; 3) uji dengan Confirmatory Factor Analysis (CFA). Dari ketiga cara pengukuran validitas yang disebutkan Ghozali di atas, maka dalam penelitian ini pengujian validitas
dilakukan dengan cara kedua yaitu melakukan korelasi bivariate antara masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk pada derajat α=0,01 dan α=0,05. 2. Uji Reliabilitas
Menurut Ghozali (2007) reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu; 1) Repeated Measure atau pengukuran ulang; 2) One Shot atau pengukuran sekali saja.
Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas dilakukan dengan metode one shot, dimana pengukurannya hanya sekali kemudian dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antara jawaban pertanyaan. Uji ini dapat dilihat dari nilai Cronbach Alpha. Suatu konstruk dikatakan relialibel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,50 (Malhotra dalam Husnawati, 2006).
4.8. Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi, maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi pengujian: (1) normalitas, (2) multikolinearitas, dan (3) heterokedastisitas.
1. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2007) Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal yaitu distribusi data dengan bentuk lonceng (bell Shaped). Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal.
Pedoman pengambilan keputusan dengan uji Kolmogorov-Smirnov tentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi nomal dapat dilihat dari
i. Nilai Sig. Atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal.
ii. Nilai Sig. Atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka ditribusi data adalah normal.
2. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini kita sebut variabel-variabel bebas ini tidak ortogonal. Variabel-variabel bebas yang bersifat ortogonal adalah variabel bebas yang memiliki nilai korelasi diantara sesamanya sama dengan nol. Jika terjadi korelasi sempurna diantara sesama variabel bebas, maka konsekuensinya adalah:
a. Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir.
b. Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga.
Pengujian ini bermaksud untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinieritas. Ada dua cara yang dapat dilakukan jika terjadi multikolinieritas yaitu :
a. Mengeluarkan salah satu variabel, misalnya variabel independent A dan B saling berkolerasi dengan kuat, maka bisa dipilih A atau B yang dikeluarkan dari model regresi.
Pengujian multikolinearitas dapat dilakukan dengan melakukan korelasi antara variabel bebas (independent variable). Jika nilai korelasi antara variabel bebas tersebut lebih besar dari 0.7 (Nunnally dalam Ghozali, 2007), maka dapat dikatakan bahwa terjadi gejala multikolinearitas. Disamping dengan melakukan uji korelasi tersebut, pengujian ini juga dapat dilakukan dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) dari model penelitian, jika nilai VIF diatas 10 maka dapat dikatakan bahwa telah terjadi gejala multikolinearitas dalam model penelitian.
3. Uji Heterokedastisitas
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut Homoskedastisitas. Jika varians berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
Deteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot di sekitar nilai X1, X2, dan Y. Jika ada pola tertentu, maka telah terjadi gejala heterokedastisitas.
Uji asumsi klasik yang digunakan hanya terbatas pada ketiga uji di atas, sedangkan uji autokorelasi tidak digunakan. Hal ini dikarenakan uji autokorelasi yang bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan lainnya. Maka uji autokorelasi ini sering
ditemukan pada time series, sedangkan data yang dikumpulkan oleh penulis ada data crosssection, maka masalah autokorelasi relatif tidak terjadi.
4.9. Uji Hipotesis 1. Uji Simultan (Uji-F)
Uji-F (uji simultan) adalah untuk melihat apakah variabel independen secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Melalui uji statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Ho : b1; b2; b3 = 0
Artinya secara bersama-sama (simultan) variabel independen tidak terdapat pengaruh terhadap variabel dependen.
Ha : b1; b2; b3 ≠ 0
Artinya secara bersama-sama (simultan) variabel independen terdapat pengaruh terhadap variabel dependen, dengan kriteria :
Ho diterima, apabila F-hitung < F-tabel pada α = 5% Ha diterima, apabila F-hitung > F- tabel pada α = 5%.
Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan analisa regresi berganda. Pengujian hipotesis ditujukan untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari varibel bebas secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis dengan menggunakan Uji F atau yang biasa disebut dengan Analysis of Varian (ANOVA).
Pengujian ANOVA atau Uji F bisa dilakukan dengan dua cara yaitu dengan melihat tingkat signifikansi atau dengan membandingkan F hitung dengan F tabel. Pengujian dengan tingkat signifikansi dilakukan dengan ketentuan yaitu apabila hasil signifikansi pada tabel ANOVA < α 0,05, maka H0 ditolak
(berpengaruh), sementara sebaliknya apabila tingkat signifikansi pada tabel ANOVA > α 0,05, maka H0 diterima (tidak berpengaruh).
Pengujian dengan membandingkan F hitung dengan F tabel dilakukan dengan ketentuan yaitu apabila F hitung > F tabel (α 0,05) maka H0 ditolak (berpengaruh), sementara sebaliknya apabila F hitung < F tabel (α 0,05) maka H0 diterima (tidak berpengaruh). Adapun F tabel dicari dengan memperhatikan tingkat kepercayaan (α) dan derajat bebas (degree of freedom).
2. Uji Signifikan Parsial (Uji – t)
Uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikasi individual. Uji ini menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen pengujian dilakukan dengan memandingkan t hitung dengan t tabel pada degree of freedom (df) = n – k pada level signifikansi α = 0,05.
Bentuk pengujiannya adalah :
Ho : b1 = 0, artinya suatu variabel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Ha : b1 ≠ 0, artinya variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.
Kriteria pengambilan keputusan :
Ho diterima,apabila t-hitung < t-tabel pada α = 5% Ha diterima,apabila t-hitung > t- tabel pada α = 5%. 3. Koefisien determinan (R2)
Pengujian koefisien determinan (R²) digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap variasi naik turunnya variable dependen. Koefisien determinan berkisar antara nol sampai
dengan satu (0 ≤ R² ≤ 1). Hal ini berarti bila R²=0 menunjukan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, bila R² semakin besar mendekati 1 menunjukan semakin kuatnya pengaruh variabel independent terhadap variabel dependen dan bila R2 semakin kecil mendekati nol maka dapat dikatakan semakin kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
BAB V