• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Desain penelitian ini adalah eksperimental dengan faktorial 2x2 yang mempunyai dua peubah bebas, menggunakan metode Posttest-Only Control

Group Design (Campbell dan Stanley 1963; Creswell 1994) yang dimodifikasi

tanpa control group, dan bantuan kuesioner. Menurut Campbell dan Stanley (1963), metode Posttest-Only Control Group Design dapat dipilih ketika ada kekhawatiran bahwa sikap dan kerentanan seseorang terhadap persuasi dapat dipengaruhi oleh pretest. Lebih lanjut Campbell dan Stanley (1963) menyebutkan bahwa pada beberapa studi pengajaran mengenai materi-materi yang baru, sebuah

pretest tidak dapat atau tidak perlu dilakukan dikarenakan: (1) treatment X dan

pos tes O dapat diselenggarakan langsung kepada kelompok sebagai sebuah paket yang natural; (2) sebuah pretest yang dilakukan mungkin akan membingungkan subjek atau membuat canggung. Pada penelitian ini, salah satu alasan mengapa tidak dilakukan pretest adalah untuk menghindari kemungkinan responden menjadi terpengaruh untuk berkonsentrasi mengingat informasi apabila diadakan pertanyaan melalui pretest. Hal ini dikhawatirkan dapat mempengaruhi hasil skor pos tes.

Desain faktorial digunakan karena penelitian ini ingin menganalisis perbedaan pengaruh dari masing-masing peubah, yaitu Visual Cepat (VC) dengan Visual Lambat (VL) dan Narasi Cepat (NC) dengan Narasi Lambat (NL), serta bagaimana interaksi diantara kedua peubah tersebut. Campbell dan Stanley (1963) menyebutkan bahwa desain faktorial dapat diperluas melalui penambahan grup lain dengan treatment X yang berbeda. Hal ini didukung oleh pendapat Van Dalen (1973), bahwa sebuah control group dapat berupa kelompok lain sebagai pembanding dan mendapatkan perlakuan berbeda pada penelitian eksperimen.

Dua peubah bebas dalam penelitian ini yaitu durasi shot dan tempo narasi. Setiap peubah bebas terdiri dari dua taraf. Durasi shot terdiri dari visual cepat (3 detik) dan visual lambat (5 detik), sedangkan tempo narasi terdiri dari tempo narasi cepat dan tempo narasi lambat.

Dari kedua peubah bebas yang masing-masing terdiri dari dua taraf tadi, akan diperoleh empat macam kombinasi perlakuan yaitu :

1. Visual Cepat dan Narasi Cepat (VC NC) 2. Visual Cepat dan Narasi Lambat (VC NL) 3. Visual Lambat dan Narasi Cepat (VL NC) 4. Visual Lambat dan Narasi Lambat (VL NL)

Tabel 1 Desain faktorial 2x2 antara durasi shot

dengan tempo narasi

Durasi Shot Tempo Narasi

Narasi Cepat Narasi Lambat Visual Cepat VC NC = 15 orang VC NL = 15 orang Visual Lambat VL NC = 15 orang VL NL = 15 orang

Penentuan jumlah sampel tiap kelompok perlakuan dihitung menggunakan rumus Federer: (n-1) (t-1) ≥ 15 (n-1) (4-1) ≥ 15 3(n-1) ≥ 15 n ≥ 6 Keterangan: n = jumlah sampel t = jumlah kelompok

Populasi penelitian ini adalah 71 orang dari 170 orang anggota posdaya, yang termasuk kedalam kriteria sebagai berikut: (1) berusia 20-50 tahun; (2) kepala keluarga; (3) termasuk dalam kategori pendapatan kelas menengah-kebawah (Lloyd warner 1994 dalam Morissan 2005); (4) pendidikan maksimal SMA; (5) mata pencaharian utama atau sampingan sebagai petani, buruh tani dan memiliki lahan untuk ditanami; (6) belum pernah mendapatkan penyuluhan mengenai jambu kristal; (7) dapat memahami Bahasa Indonesia; (8) memiliki kemampuan baca tulis. 60 responden diambil sebagai sampel secara acak sederhana dari 71 orang yang termasuk kedalam populasi penelitian. Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:

n = N 1 + (Ne2) n = 71 = 60.3 1 +( 71 x 0.052) Keterangan: n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = batas toleransi kesalahan

60 responden yang terpilih dibagi menjadi 4 kelompok secara acak (random), masing-masing terdiri dari 15 orang. Kelompok A menerima perlakuan video dengan visual cepat dan narasi cepat, sedangkan kelompok B dengan visual cepat dan narasi lambat. Selanjutnya kelompok C menerima perlakuan dengan visual lambat dan tempo narasi cepat, sedangkan kelompok D dengan visual lambat dan tempo narasi lambat. Peubah tidak bebas dalam penelitian ini adalah kemampuan mengingat pesan anggota posdaya tentang jambu kristal, yang diukur melalui

Tempat Penelitian dipilih secara sengaja (purposive), yaitu di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat karena merupakan khalayak utama dari siaran Green TV IPB. Posdaya Cisadane, Desa Wates Jaya terpilih sebagai lokasi penelitian karena anggota posdaya tersebut belum mendapatkan penyuluhan mengenai budidaya jambu kristal, selain itu lokasi dan lahan pertanian di daerah tersebut berpotensi untuk pengembangan budidaya jambu kristal. Pengambilan data dilakukan selama bulan Oktober-November 2014 dan eksperimen dilakukan pada hari Minggu, 2 November 2014.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh durasi shot dan tempo narasi pada video terhadap kemampuan mengingat pesan. Oleh karena itu, metode yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif didukung dengan data-data kualitatif. Data kualitatif dalam penelitian ini didapatkan dengan observasi dan wawancara mendalam kepada responden, dengan bantuan pedoman wawancara dan kuesioner.

Data kuantitatif didapatkan melalui pos tes. Sedangkan pengambilan data kualitatif sebagai pendukung menggunakan riset non-rating (Morissan, 2005) berupa pretesting television spot design (Bertrand, 1978). Riset ini meneliti alasan-alasan subjektif perilaku audien terhadap program. Apa yang disukai dan apa yang tidak disukai orang terhadap suatu program; apa yang membuat mereka tertarik dan apa yang membuat mereka bosan; apa yang mereka kenal dan apa yang tidak mereka kenal; dan apa yang mereka ingat dan lupakan. Dalam riset ini, peneliti berupaya untuk mendapatkan pandangan atas reaksi orang terhadap suatu program.

Tahapan Penelitian

Secara keseluruhan penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan sebagai berikut:

Tahap Pertama, yaitu tahap persiapan materi penelitian. Tahapan ini mencakup dua kegiatan utama:

1. Observasi awal

Kegiatan ini merupakan penjajagan terhadap lokasi posdaya mana yang belum mendapatkan penyuluhan mengenai inovasi jambu kristal, terutama lokasi yang memiliki potensi untuk budidaya jambu kristal.

2. Pembuatan video materi penelitian

Meliputi aktivitas pembuatan naskah, pengambilan gambar dan narasi, serta editing.

Tahap Kedua adalah uji coba video dan instrumen, pengumpulan data uji coba dilakukan pada kelompok lain diluar sampel penelitian.

Tahap Ketiga adalah pelaksanaan penelitian yang dilakukan dalam satu hari secara serentak bagi keempat kelompok perlakuan. Eksperimen dilakukan pada siang hari sekitar jam 12 saat masyarakat sedang beristirahat dan sudah

pulang dari sawah. Responden tidak diberitahu bahwa sedang dilakukan penelitian, mereka hanya diberitahu bahwa akan diajak untuk menonton sebuah video tentang budidaya jambu. Tahapan pemberian perlakuan meliputi:

1. Lima menit pertama digunakan untuk pengenalan, bertujuan untuk menghindari suasana canggung pada saat penelitian.

2. Penayangan materi melalui media video berdurasi 7 dan 12 menit. 3. Pos tes selama 15 menit.

Instrumen

Untuk memperoleh data tentang peubah-peubah dalam rencana penelitian ini digunakan instrumen kuesioner berisi pertanyaan yang akan dijawab oleh responden. Tiga macam kuesioner yang digunakan meliputi :

1. Kuesioner I yang digunakan untuk mengumpulkan data karakteristik responden. Pertanyaan berbentuk terbuka sehingga responden dapat mengisi langsung jawaban pada tempat yang disediakan. Data karakteristik responden yang dilibatkan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala pengukuran sebagai berikut:

(1) Umur, diukur dalam skala rasio yang penentuannya ditetapkan pada saat penelitian dilakukan dengan pembulatan ke arah tanggal lahir terdekat dalam satuan tahun.

(2) Pendidikan formal, merupakan tingkat pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh responden, diukur dalam skala ordinal pada kategori Tidak Sekolah = “1”, SD = “2”, SMP = “3”, dan SMA = “4”.

Data karakteristik responden dikumpulkan pada waktu bersamaan dengan penelitian, yaitu setelah video tentang inovasi jambu kristal ditayangkan pada responden. Data karakteristik responden diperlukan untuk mendukung deskripsi data tingkat kemampuan mengingat pesan responden akibat perlakuan yang diberikan.

2. Kuesioner II yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan mengingat pesan pada empat kelompok setelah selesai masa perlakuan video (post-test), berbentuk pertanyaan pilihan ganda yang berkaitan dengan materi yang diberikan. Apabila jawaban benar memperoleh skor satu (1) dan apabila jawaban salah memperoleh skor nol (0).

3. Kuesioner III yang digunakan untuk menganalisis pendapat beberapa responden secara kualitatif mengenai tayangan yang disajikan, melalui wawancara mendalam. Indikator yang diukur adalah tanggapan responden pada cara penyajian, durasi shot, tempo narasi, kejelasan informasi, lama penyajian dan isi pesan. Data ini diperlukan untuk mengetahui perubahan atau perbaikan media sesuai dengan penilaian atau tanggapan responden pada beberapa aspek teknis tayangan. Responden dipilih secara acak pada masing- masing kelompok perlakuan.

Validitas dan Reliabilitas

Validitas instrumen untuk mengukur tingkat kemampuan mengingat pesan responden diusahakan dengan cara menyesuaikan isi kuesioner dengan materi yang disajikan. Reliabilitas instrumen diketahui dengan melakukan uji coba kuesioner pengukur kemampuan mengingat pesan responden. Kegiatan ini dilakukan pada anggota posdaya “Menteng Berkarya” sejumlah 32 orang. Data hasil uji coba instrumen kemudian dianalisis dengan prosedur pendugaan validitas dan reliabilitas “Kuder-Richardson (KR20)” menggunakan Microsoft Excel 2007 dengan nilai = 0, 586.

Uji Coba dan Evaluasi Media

Media video yang akan digunakan sebelumnya dilakukan uji coba dan evaluasi media terlebih dahulu. Kegiatan ini dilaksanakan agar dapat mengetahui apakah video yang telah didesain dapat memiliki efektivitas untuk kelayakan media. Uji coba dan evaluasi media dilakukan dalam dua tahap berdasarkan Bertrand (1978) yaitu:

1. Metode Face Validity dan In House

Metode ini dilaksanakan pada komisi pembimbing sebagai ahli di bidang komunikasi. Metode ini dilakukan melalui uji coba produk berupa draft yang berisi rancangan video.

2. Metode Open House

Metode ini dilakukan dengan menggunakan produk final berupa program video yang sudah jadi, kemudian diuji cobakan pada kelompok posdaya yang bukan merupakan responden dalam penelitian, namun diyakini memiliki karakteristik yang mirip. Pengambilan data uji coba dilakukan menggunakan selembar panduan pertanyaan dengan metode diskusi dan wawancara. Berdasarkan hasil diskusi dan wawancara dengan responden uji coba media, didapatkan kesimpulan bahwa media video yang akan digunakan sudah baik, menarik, dan jelas dalam menyampaikan informasi, sehingga tidak memerlukan adanya perubahan dari segi konten maupun teknik editing lainnya.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini baik secara kuantitatif maupun kualitatif kemudian diolah untuk menjawab masalah penelitian yang diajukan. Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil rekapitulasi kuesioner responden diolah melalui uji Two-way ANOVA (analisis sidik ragam dua arah) menggunakan program SPSS versi 16.0 untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara variabel visual (durasi shot) dengan audio (tempo narasi), sedangkan untuk data karakteristik responden umur dan tingkat pendidikan diolah melalui uji korelasi Pearson product moment dan rank Spearman.

Data kualitatif dari wawancara mendalam dan observasi disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel frekuensi dan distribusi. Gabungan dari data

kuantitatif dan kualitatif diolah serta dianalisis dengan disajikan dalam bentuk teks naratif, matriks, bagan, dan gambar. Kemudian penarikan kesimpulan dari semua data yang telah diolah dipaparkan melalui penjelasan ilmiah.

Definisi Istilah

Secara operasional peubah-peubah penelitian dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Durasi shot adalah durasi tiap shot dalam satu tayangan, dinyatakan dalam hitungan detik. Durasi shot pada saat penelitian akan disebut sebagai visual cepat untuk memudahkan penyebutannya. Durasi shot dikatakan sebagai visual cepat apabila durasi tiap shot-nya kurang dari 3 detik, sedangkan jika durasi tiap shot-nya lebih dari 3 detik (dalam penelitian ini digunakan durasi

shot 5 detik) maka dikatakan sebagai visual lambat. Untuk mengukur

pengaruh durasi shot pada skor pos tes, maka selanjutnya dilakukan

pengkategorian “visual cepat” = “1” dan “visual lambat” = “2”. Hal ini

dilakukan untuk memudahkan pada saat analisis sidik ragam dua arah menggunakan SPSS versi 16.0.

2. Tempo narasi adalah kecepatan berbicara narator dalam penyampaian pesan verbal pada video. Kecepatan berbicara ditentukan oleh words per minute

(disingkat wpm); dimana cepat ≥ 150 wpm, dan lambat ≤ 110 wpm. Untuk mengukur pengaruh tempo narasi pada skor pos tes, maka selanjutnya

dilakukan pengkategorian “narasi cepat” = “1” dan “narasi lambat” = “2”.

Hal ini dilakukan untuk memudahkan pada saat analisis sidik ragam dua arah menggunakan SPSS versi 16.0.

3. Kemampuan mengingat pesan adalah banyaknya informasi dari tayangan yang mampu diingat kembali oleh responden, dilihat dari hasil post-test

setelah menyaksikan media video. Post-test terdiri dari 20 pertanyaan bersumber dari tayangan yang disaksikan oleh responden.

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Desa Watesjaya

Desa Watesjaya adalah salah satu desa di Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. Akses masuk kedalam desa ini dapat melalui kawasan Danau Lido di pinggir Jalan Raya Sukabumi Bogor. Desa yang terdiri dari 4 dusun, 8 RW dan 29 RT ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Sukabumi. Seiring bertumbuhnya perindustrian dengan berdirinya pabrik-pabrik garmen, air mineral, makanan olahan serta perluasan pembangunan ekonomi lainnya di Kecamatan Cigombong, mengundang para pendatang tinggal dan menetap di Desa Watesjaya. Walaupun demikian, interaksi antara penduduk asli dan pendatang tetap terjalin dengan baik dan harmonis.

Saat ini tidak kurang dari 45% Kepala Keluarga masuk dalam kategori warga miskin, dengan kondisi cukup beragam baik dilihat dari segi tingkat pendidikan, pendapatan dan akses ke pelayanan kesehatan masih rendah serta sarana jalan dan prasarana lingkungan lainnya yang kurang memadai sangat berpengaruh terhadap pembangunan perekonomian di desa Watesjaya. Program Pemerintah mengenai penanggulangan kemiskinan yang masuk ke Desa Watesjaya sebenarnya sudah cukup banyak dan beragam, mulai dari program asuransi kesehatan bagi warga miskin (Askeskin), Program Raksa Desa, penyaluran beras bagi warga miskin (Raskin), dan Bantuan Langsung Tunai (BLT).

Sebagai daerah agraris, Desa Watesjaya mempunyai beberapa potensi alam terutama hasil pertanian dan perkebunan yang menjadi mata pencaharian dan sumber penghidupan masyarakat. Secara garis besar, penggunaan lahan di daerah penelitian dapat dibedakan atas pemukiman penduduk, tegalan, lahan pertanian, lahan perkebunan, hutan, tanah kosong, dan semak belukar. Batas-batas wilayah Desa Watesjaya adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Desa Srogol Sebelah Timur : Desa Pasir Buncir Sebelah Barat : Desa Cigombong

Sebelah Selatan : Kabupaten Sukabumi Jarak ke Pusat Kecamatan : 0,5 km

Jarak ke Pusat kabupaten Bogor : 32 km Jarak ke Ibukota Propinsi : 116 km Jarak ke Ibukota Negara : 82 km

Secara geografis Desa Watesjaya berada pada ketinggian 216 meter dpl (ketinggian tanah di atas permukaan laut) dengan curah hujan 3000 – 4000 mm/tahun dan kondisi Topografi (keadaan daerah) yang sedang serta memiliki suhu rata-rata adalah 320C. Kondisi letak geografis Desa Watesjaya yang berada

di kaki Gunung Pangrango menjadi potensi bagi penyediaan sumber air bersih, akan tetapi di bagian wilayah tertentu cenderung kesulitan mendapatkan air bersih karena kedalaman sumber air tanah cukup dalam dan hanya bisa dijangkau oleh sumur pompa atau sumur artesis, sehingga sumber mata air alami menjadi kebutuhan utama dan perlu dilindungi keberadaannya.

Berdasarkan data yang diperoleh dari monografi Desa Watesjaya tahun 2009, penduduk Desa Watesjaya pada tahun 2009 berjumlah 7.292 jiwa dengan luas wilayah desa 1.014 hektar. Desa ini termasuk kedalam kelompok desa kurang padat, yaitu dengan kepadatan penduduk 7 jiwa/hektar. Tingkat kelahiran penduduk Desa Watesjaya adalah 15 orang pertahun dengan tingkat kematian penduduk 10 orang pertahun. Komposisi penduduk Desa Watesjaya selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Komposisi penduduk Desa Watesjaya

No. Kategori penduduk Jumlah

1 Laki-Laki 3.741 Jiwa

2 Perempuan 3.490 Jiwa

3 Usia Dewasa 5.364 Jiwa

4 Kepala Keluarga 1.790 KK

5 Keluarga Miskin 806 KK

Sumber: Monografi Desa Watesjaya 2009

Gambaran Umum Posdaya Cisadane

Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) adalah sebuah gerakan untuk membangkitkan kembali budaya gotong royong di masyarakat dalam membanugn kehidupan berkeluarga, dilakukan secara swadaya dengan harapan masyarakat dapat mandiri (P2SDM LPPM IPB dalam Muljono et al 2011).

Posdaya adalah suatu forum silaturahmi advokasi, komunikasi, informasi, edukasi, sekaligus bisa dikembangkan menjadi wadah koordinasi kegiatan penguatan fungsi-fungsi keluarga secara terpadu. Posdaya merupakan wahana pemberdayaan 8 fungsi keluarga secara terpadu, utamanya fungsi agama atau Ketuhanan Yang Maha Esa, fungsi budaya, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi dan kesehatan, fungsi pendidikan, fungsi ekonomi atau wirausaha, dan fungsi lingkungan (Yayasan Damandiri dalam Muljono et al 2011).

Posdaya merupakan gagasan baru guna menyambut anjuran pemerintah untuk membangun sumber daya manusia melalui partisipasi keluarga secara aktif. Proses pemberdayaan ini diprioritaskan pada peningkatan kemampuan keluarga untuk bekerja keras mengentaskan kebodohan, kemalasan dan kemiskinan dari arti yang luas.

Posdaya Cisadane terletak di Kampung Lengkong Desa Watesjaya Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. Posdaya ini melingkupi satu (1) RW yang terdiri dari empat (4) RT. Awal berdirinya posdaya dimulai pada tahun 2009 ketika mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan P2SDM LPPM IPB datang dan mengenalkan konsep posdaya pada masyarakat Kampung Lengkong. Setelah warga setuju, dibentuk juga kepengurusan Posdaya dan terpilihlah Ibu Nevia Lailatul Hikmah, A.Ma. sebagai ketua Posdaya yang diberi nama Posdaya Cisadane. Sampai saat ini Posdaya Cisadane merupakan posdaya binaan P2SDM LPPM IPB dan Yayasan Damandiri.

Lokasi diadakannya penelitian ini adalah Kampung Lengkong, RT 02 RW 05, dengan jumlah penduduk yang mencapai 200 kepala keluarga. Sebanyak 170 KK termasuk kedalam kategori miskin dengan jumlah 611 jiwa, yang terdiri dari 286 orang laki-laki dan 325 orang perempuan. Transportasi yang dapat masuk hingga kedalam lokasi hanyalah roda dua (atau berjalan kaki), hal ini dikarenakan kondisi wilayahnya yang berbukit, berbatu-batu, curam, jalan sempit dan licin serta tanpa penerangan jalan masih belum memungkinkan mobil atau roda empat dapat masuk. Fasilitas kesehatan terdekat yakni puskesmas Cigombong terletak 45 menit perjalanan dengan motor.

Kepengurusan posdaya yang diketuai oleh ibu Nevi ini beranggotakan sebagian besar ibu-ibu. Sesuai dengan bidang pemberdayaan masyarakatnya,

kepengurusan posdaya Cisadane dibagi kedalam empat bidang yaitu bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang lingkungan, dan bidang ekonomi. Masing- masing bidang tersebut beranggotakan 5-6 orang dengan 1 orang koordinator, seorang sekretaris dan seorang bendahara. Jumlah total pengurus Posdaya Cisadane adalah 26 orang. Struktur organisasi pengurus Posdaya Cisadane ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2 Struktur organisasi pengurus Posdaya Cisadane

Kegiatan posdaya yang sudah terlaksana sejak tahun 2009 di antaranya adalah PPM (Penyuluhan Pengadaan MCK), Pembuatan TPS, Reboisasi, Peningkatan Nilai Tambah Kumis Kucing, dan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.

PEMBINA LPPM P2SDM IPB PENANGGUNG JAWAB Budi Rahayu PENASEHAT Syair KETUA Nevia Lailatul Hikmah

SEKRETARIS Iis Solihat BENDAHARA Dedah EKONOMI Iyang PENDIDIKAN Lisdawati LINGKUNGAN M. Robi KESEHATAN Acih BIDANG ANGGOT A

Tabel 3 Kegiatan Posdaya Cisadane Kegiatan Posdaya Cisadane

1. Kesehatan : Posyandu Balita, Pos Keluarga Berencana

2. Pendidikan : Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Majlis Taklim dan Perpustakaan

3. Ekonomi :  Lembaga Keuangan Mikro Syariah

 Produk kripik pisang, talas, singkong; wajit kelapa; rengginang – renggining

 Kebun Kumis Kucing, Kapol, Pisang Kapendis, Kopi, Jambu Apel dan Jambu Kristal.

4. Lingkungan :  Kebun Bergizi, Tanaman obat keluarga  Kerja Bakti di lingkungan RT 01-02

Karakteristik Responden

Responden adalah masyarakat Kampung Lengkong Desa Watesjaya Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. Hasil Penelitian terhadap 60 responden menunjukkan bahwa rentang usia terbanyak berada pada kategori 30-39 tahun dan sebagian besar memiliki tingkat pendidikan SD.

Pelaksanaan eksperimen melibatkan empat kelompok perlakuan yang dilakukan pada saat yang bersamaan. Peneliti dan tim dari Green TV IPB masuk ke dalam kelas-kelas yang sudah disiapkan dan memulai tahapan eksperimen dengan diawali oleh perkenalan dan penjelasan kegiatan secara ringkas. Responden tidak mengetahui bahwa sedang diteliti, karena kegiatan yang diikuti mirip seperti penyuluhan namun dengan menggunakan media video. Isi kuesioner penelitian dibuat sederhana, mengikuti isi dari video yang telah disaksikan.

Tabel 4 menunjukkan bahwa umur responden tersebar merata dengan nilai minimal 20 dan maksimal 50 tahun. Responden terbanyak termasuk kedalam golongan umur 30-39 tahun dengan persentase 36.67%. Hal ini sesuai dengan target utama khalayak Green TV IPB. Berdasarkan wawancara dengan ketua posdaya, diketahui bahwa pengurus maupun anggota posdaya yang tergolong aktif berada dalam rentang usia 20-50 tahun, sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh responden yang mengikuti prosedur penelitian eksperimen ini merupakan anggota aktif Posdaya Cisadane.

Tabel 4 Jumlah dan persentase responden menurut karakteristiknya Karakteristik

Responden

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Golongan Usia (BPS) 20-29 tahun 16 1 26.7 1.7 30-39 tahun 12 10 20 16.7 > 40 tahun 16 5 26.7 8.3 Jumlah 44 16 73.4 26.6 Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah 6 3 10 5 SD 19 11 31.7 18.3 SMP 9 2 15 3.3 SMA 10 0 16.7 0 Jumlah 44 16 73.4 26.6 Pekerjaan Utama Petani 33 12 55 20 Pedagang 3 0 5 0 Karyawan 5 0 8.4 0 Buruh Pabrik 3 4 5 6.6 Jumlah 44 16 73.4 26.6

Tingkat pendidikan responden menunjukkan bahwa sebagian besar merupakan lulusan SD dengan persentase 50%. Hal ini sesuai dengan data desa Watesjaya dimana sebagian besar warga adalah tamatan SD, dan jumlah terbanyak berada di RW 05. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan tertinggi untuk responden perempuan adalah lulusan SMP, sedangkan untuk responden laki-laki adalah lulusan SMA.

Berdasarkan observasi dan wawancara mendalam, Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat adalah kondisi ekonomi masyarakat dan tingginya biaya pendidikan, kurangnya pengetahuan masyarakat

tentang pentingnya pendidikan, terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang program pemerintah di bidang pendidikan, serta kurangnya sarana pendidikan lanjutan yang terdekat.

Sementara itu, berdasarkan pekerjaan utama didominasi oleh petani sebesar 75%. Untuk 25% yang lain memiliki pekerjaan utama yang berbeda-beda seperti pedagang, karyawan, dan buruh pabrik, namun memiliki pekerjaan sampingan sebagai petani atau buruh tani dan memiliki lahan (paling tidak pekarangan) untuk ditanami.

Gambar 4 Pelaksanaan eksperimen video jambu kristal di Posdaya Cisadane

Pengaruh Durasi Shot dan Tempo Narasi terhadap Kemampuan Mengingat Pesan Video Jambu Kristal

Afa et al (2014) menyebutkan bahwa strategi pembelajaran Quantum

Teaching dengan dukungan media audio visual adalah pembelajaran dengan

memadukan nuansa yang meriah yang dapat mempertajam pemahaman, daya ingat, serta membuat belajar sebagai proses yang menyenangkan. Kristanto (2011) mengatakan bahwa media video pembelajaran terbukti lebih efektif dibandingkan dengan media power point dalam menyampaikan materi mata kuliah pengembangan media video/tv. Hal tersebut juga berlaku pada penelitian

Dokumen terkait