• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode survey pada rumahtangga petani penerima bantuan PUAP dan raskin. Sebagai dasar pemilihan petani yang menjadi sampel adalah data rumahtangga miskin BPS yang menerima bantuan program penanggulangan kemiskinan bertajuk PUAP dan Raskin. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara kepada responden dengan pengisian kuesioner.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tahun 2012. Jenis data yang digunakan adalah data primer yakni data cross section yang merupakan informasi dari wawancara langsung dan pengisian kuesioner pada saat melakukan survey dan data sekunder, yakni data deret waktu (time series) yang merupakan informasi terkait tujuan penelitian dari instansi (BPS, Deptan, Bulog, PNPM) dan publikasi yang mendukung. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :

1. Karakteristik dan perkembangan bantuan PUAP dan raskin.

2. Karakteritik rumahtangga petani yang terdiri dari jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan anggota keluarga, umur anggota keluarga, jenis kelamin anggota keluarga, sumber mata pencaharian keluarga, jumlah dan jenis asset yang dimiliki, jumlah anggota keluarga yang bekerja dan jumlah anggota keluarga yang bersekolah.

3. Perilaku ekonomi rumahtangga petani :

a. Untuk kegiatan produksi, data yang diperlukan adalah luas lahan garapan, jumlah produksi, jumlah penggunaan faktor produksi (jumlah modal, jumlah dan harga pupuk, alokasi waktu tenaga kerja untuk usahatani padi, jumlah angkatan kerja dalam keluarga, total penggunaan tenaga kerja, upah tenaga kerja dan biaya lain), harga padi, jumlah modal, serta jumlah pendapatan dari berburuh dan sumber lain.

b. Untuk kegiatan konsumsi, data yang diperlukan adalah jumlah anggota keluarga, jumlah produksi yang tidak dijual, jumlah beras yang dibeli di

pasar, jumlah raskin yang dikonsumsi, jumlah pengeluaran protein, jumlah pengeluaran non pangan dan jumlah pengeluaran investasi (pendidikan dan kesehatan).

c. Untuk kegiatan saving, data yang diperlukan adalah inventaris rumahtangga dan asset produktif yang dimiliki.

4. Untuk menganalisis tingkat ketahanan pangan rumahtangga secara deskriptif , data yang diperlukan masing-masing indikator adalah sebagai berikut :

a. Ketersediaan pangan yang diproksi dari jumlah produksi pangan yang tidak dijual (cadangan pangan) dan jumlah beras yang dibeli dipasar serta jumlah raskin yang dikonsumsi (bagi penerima raskin).

b. Akses pangan yang diproksi dari persentase jumlah pendapatan rumahtangga untuk konsumsi pangan atau jumlah pengeluaran pangan rumahtangga terhadap pendapatan total rumahtangga.

c. Pemanfaatan pangan yang dikonsumsi atau kecukupan gizi yang diproksi dari angka kecukupan gizi anggota keluarga. Angka kecukupan gizi diperoleh dari perbandingan antara total konsumsi energi rumahtangga dengan angka kecukupan energi seluruh anggota keluarga. Total konsumsi energi diperoleh dari nilai fisik dari sumber energi atau protein yang dikonsumsi anggota keluarga per hari dikalikan dengan angka konversi sumber energi atau protein tersebut (lihat daftar komposisi bahan makanan Depkes). Selanjutnya, penghitungan tingkat kecukupan energi atau TKE = {(Jumlah Konsumsi Energi/ Kapita/ Hari) / (Kecukupan Energi [2000 kkal])} x 100, dan tingkat kecukupan protein atau TKP = {(Jumlah Konsumsi Protein/ Kapita/ Hari)/ (Kecukupan Protein [52 gram])} x 100 %. Nilai persentase tingkat kecukupan energi dan tingkat kecukupan protein tersebut dapat menyatakan kondisi ketahanan pangan rumahtangga secara deskriptif kualitatif. Jika nilai TKE / TKP < 70 % maka rumahtangga tersebut defisit Kalori dan atau Protein.

4.3. Penetuan Lokasi dan Contoh (Sampel)

Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive memillih Kecamatan Sadang pertimbangan kecamatan tersebut merupakan kecamatan rawan pangan penerima

program PUAP dan raskin yang mengalami perbaikan kondisi ketahanan pangan (Kecamatan Sadang merupakan daerah prioritas 4 pada Tahun 2011 dan pada Tahun 2012 menjadi daerah prioritas 5 dalam peta kerawanan pangan Kabupaten Kebumen). Selanjutnya, secara purposive dipilih desa Sadang Kulon sebagai lokasi penelitian karena dari 7 desa di Kecamatan Sadang, Desa Sadang Kulon merupakan desa dengan program PUAP yang masih berlanjut. Tingkatan pengambilan sampel terakhir adalah menentukan anggota kelompok tani penerima PUAP yang akan menjadi rumahtangga sampel secara purposive dengan kriteria (1) menggarap / memiliki usahatani padi, (2) terdata sebagai rumahtangga miskin atau teridentifikasi sebagai petani miskin (luas garapan < 0,25 ha), (3). menerima raskin.

4.4. Metode Analisis

Untuk menganalisis tujuan pertama yakni karateristik perilaku ekonomi dan tingkat ketahanan pangan rumahtangga petani penerima bantuan modal PUAP dan raskin dilakukan analisis deskriptif kualitatif dengan menginterprestasikan nilai pada setiap perilaku ekonomi rumahtangga petani (produksi, konsumsi dan menabung) serta pada masing-masing indikator ketahanan pangan rumahtangga. Untuk menganalisis tujuan kedua yakni peran bantuan modal PUAP dalam meningkatkan produksi usahatani dan pendapatan petani dan peran raskin dalam pengeluaran rumahtangga petani sehingga berpengaruh pada ketahanan pangan rumahtangga petani digunakan analisis ekonomi rumahtangga dengan model persamaan simultan. Model ekonometrika disesuaikan dengan kerangka teoritis dan tinjauan pustaka yang diperoleh sehingga dirumuskan model ekonometrika Perilaku Rumahtangga Pertanian. Untuk tujuan ketiga, yakni mengevaluasi dampak perubahan kebijakan PUAP dan raskin terhadap perilaku ekonomi dan ketahanan pangan rumahtangga petani dilakukan simulasi model ekonometrika

4.4.1. Perumusan Model

Model perilaku rumahtangga pertanian tersebut dalam prespektif ketahanan pangan menggambarkan keterkaitan alur keputusan alokasi sumberdaya untuk menghasilkan output produksi dan alokasi pendapatan pada berbagai jenis

pengeluaran yang berpengaruh pada ketahanan pangan rumahtangga dengan kendala waktu dan anggaran. Model perilaku rumahtangga pertanian dalam ketahanan pangan digambarkan dalam persamaan sistem yang terdiri dari persamaan struktural dan persamaan identitas sesuai dengan indikator ketahanan pangan yang digunakan. Perumusan model perilaku rumahtangga pertanian dikelompokan dalam subsistem produksi, mencakup keputusan usahatani dan usaha produktif lainnya yang akan membentuk struktur pendapatan rumahtangga dan subsistem konsumsi (pengeluaran) yang meliputi keputusan penggunaan output produksi dan beberapa pengeluaran rumahtangga (pengeluaran pangan, tabungan, dan investasi) serta konsumsi energi yang digunakan untuk mengukur keukupan gizi sebagai indikator hasil ketahanan pangan di tingkat rumahtangga.

Secara operasional, dari kedua subsistem dalam model, keputusan rumahtangga yang menggambarkan ketahanan pangan meliputi : (1) produksi dan biaya usahatani padi, (2) pendapatan rumahtangga, (3) pengeluaran pangan, dan (4) tabungan rumahtangga, dimana persamaan perilaku dalam blok-blok ini menjelaskan kondisi rumahtangga berdasarkan indikator ketahanan pangan, yakni ketersediaan pangan (dijelaskan pada blok produksi), akses ekonomi (dijelaskan pada blok pendapatan, pengeluaran pangan dan tabungan rumahtangga) dan konsumsi energi (dijelaskan pada blok pengeluaran pangan).

A. Blok Produksi dan Penggunaan Input Produksi

Dokumen terkait