• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian Hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisisnya.28

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif.2930 Penelitian ini berkaitan dengan Hak Cipta Potret tentang pengambilan objek foto, melakukan pengambilan objek foto dengan izin atau persetujuan ataupun tanpa persetujuan objek, dan upaya hukum apabila terjadi sengketa Hak Cipta fotografi ditinjau dari Undang-Undang No.19 Tahun 2002.

B. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Yang bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu dan pada saat tertentu yang terjadi dalam masyarakat.31

28

Sarjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif (Rajawali Pers. Jakarta. 1990), hlml 1 29

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Citra Aditya Bakti, Bandung), 2004 hlm 3

30

31

42

C. Pendekatan Masalah

Metode pendekatan penelitian ini adalah pendekatan peraturan undang-undang (statute approach) suatu penelitian normatif tentu harus menggunakan pendekatan perundang-undangan, karena yang akan diteliti adalah berbagai aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral suatu penelitian.32Adapun substansi hukum pada penelitian ini yaitu tentang Hak Cipta potret mengenai pengambilan objek foto apabila objek bukanlah potret atau bukan gambar orang, melakukan pengambilan objek foto dengan izin atau persetujuan ataupun tanpa persetujuan objek, dan upaya hukum apabila terjadi sengketa Hak Cipta fotografi ditinjau dari Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

D. Data dan Sumber Data

Dalam mendapatkan data atau jawaban yang tepat dalam membahas skripsi ini, serta sesuai dengan pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini maka jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan, bahan-bahan hukum yang terdiri dari :

1. Bahan hukum primer yaitu data normatif yang bersumber dari perundang- undangan yang menjadi. Bahan hukum primer meliputi:

a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPdt)

b. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta (Copyright).

32

43

c. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Transaksi Elektronik.

d. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia. 2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan

bahan primer dan dapat membantu dalam menganalisa serta memahami bahan hukum primer, seperti literatur dan norma-norma hukum yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.33

E. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan cara studi kepustakaan (liberary research), serta menganalisis studi kasus tentang sengekta pengambilan,dan pemanfaatan foto diri tanpa izin yang diakses melalui internet. Studi kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan penulisan dengan maksud untuk memperoleh data sekunder dengan cara membaca, mencatat, dan mengutip dari berbagai literatur, peraturan perundang-undangan, buku-buku, media masa, dan bahan tulisan lainnya yang berhubungannya dengan penelitian yang dilakukan.

F. Pengolahan Data

Data yang diperoleh baik dari hasil studi kepustakaan selanjutnya diolah dengan menggunakan metode:

a. Pemeriksaan data (editing), yaitu data yang diperoleh diperiksa apakah masih terdapat kekurangan serta apakah data tersebut sesuai dengan permasalahan.

33

44

b. Penandaan data (coding), yaitu memberi catatan atau data yang menyatakan jenis sumber data (buku literatur, dan perundang-undangan).

c. Rekonstruksi data, (reconstructing), yaitu menyusun ulang data secara teratur, berurutan, logis, sehingga mudah dipahami dan diinterprestasikan. d. Sistematisi data (sistematizing), yaitu melakukan penyusunan dan

penempatan data pada tiap pokok bahasan secara sistemasi sehingga memudahkan pembahasan.34

G. Analisis Data

Setelah dilakukan pengolahan data, selanjutnya data dianalisis secara kualitatif, artinya hasil penelitian dilakukan penafsiran atau di interpretasikan dengan cara data ditafsirkan memuat teori-teori hukum dan ketentuan-ketentuan dalam peraturan hukum. Hasil penafsiran tersebut diuraikan dalam bentuk kalimat, secara sederhana untuk menarik keseimpulan.

34

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Alasan yang mengacu mengapa hak cipta atas potret diatur dan dijelaskan secara lebih spesifik daripada hak cipta fotografi, karena hak cipta atas potret termasuk kedalam personal rights (hak pribadi). Dalam personal rights yang mengacu kepada dua unsur yaitu hak ekonomi dan hak privasi. Dalam hak ekonomi hak cipta adalah hak kekayaan intelektual secara hukum dapat dialihkan kepada pihak lain. Apabila dialihkan kepada pihak lain, caranya dengan perjanjian tertulis yaitu perjanjian lisensi. Pengalihan hak cipta didasari oleh motif hak ekonomi, yaitu hak untuk memperoleh keuntungan secara komersial. Lisnesi merupakan suatu perjanjian tertulis untuk mengalihkan hak cipta kepada pihak lain untuk mengumumkan ciptaan dan untuk memperbanyak ciptaan, serta hak memberi izin untuk mengumumkan/memperbanyak ciptaan dengan tujuan memperoleh keuntungan royalti dari ciptaan yang dihasilkan hak privasi menyangkut hak orang tersebut untuk tidak dibeberkan/dipublikasikan kepada publik tanpa izin dengan cara atau bentuk apapun.

75

2. Dalam penyelesaian sengketa pengambilan dan pemanfaatan foto diri tanpa izin dapat saja dilakukan dengan melalui jalur nonlitigasi, namun yang memberatkan dalam kasus posisi 1 melibatkan Ibu Negara berserta perangkat Negara dengan memasang foto mereka tanpa seizin yang bersangkutan, dalam kasus tersebut tidak hanya dapat dituntut dari segi keperdataan, tapi juga dari segi pidana. Sehingga kasus tersebut langsung dilimpahkan ke pengadilan Negeri Surabaya dan akan di proses secara hukum dengan menempuh jalur peradilan (litigasi). Serta penyelesaian sengketa dalam kasus posisi kedua juga menggunakan jalur peradilan (litigasi) walaupun pelaku dijerat dengan menggunakan Pasal 27 ayat 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE, namun juga dapat beratkan juga berdasarkan Pasal 17 UUHC karena dalam kasus tersebut perbanyakan ciptaannya mengandung unsur asusila serta bertentangan dengan kebijakan pemerintah dan norma agama.

3. Dalam ketentuan UUHC tentang potret atau foto diri hanya sebatas meminta izin terhadap orang yang dipotret apabila seorang pemegang hak cipta ingin mengumumkan, memperbanyak suatu hasil ciptaannya seperti yang tercantum dalam Pasal 19 ayat 1,2,3 UUHC. Dalam UUHC lisensi hanya sebatas perjanjian terhadap pihak lain yang untuk memperbanyak suatu hasil ciptannya agar mendapatkan keuntungan ekonomis atau komersil. Artinya dalam ketentuan UUHC lisensi tidak wajib berlaku terhadap pemegang hak cipta atas potret, karena ketentuanya hanya meminta izin terhadap objek untuk fotonya diumumkan, dipamerkan, atau di perbanyak. Dalam pengumuman hasil karya cipta potret yang dimana karya tersebut dimumumkan, dipamerkan atau di publikasikan tanpa melakukan izin terdahulu dari orang yang dipotret

76

atau ahli warisnya adalah merupakan suatu pelanggaran untuk kepentingan apapun. Karena dalam pemanfataan atau pengumuman ciptaan tanpa izin telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Dan apabila terjadi suatu pelanggaran atau sengketa, dapat digugat melalui jalur perdata, maupun pidana.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disarankan sebagai berikut:

1. Perlunya sosialisasi dan peran masyarakat dan pemerintah akan pemahaman cakupan dan apa saja ciptaan karya seni yang telah dilindungi, dan diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

2. Pemegang hak cipta fotografi agar lebih memahami peraturan yang berlaku yaitu Undang-Undang Hak Cipta dalam menghasilkan karya foto yang dan terdapat unsur potret (wajah orang) harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari orang yang dipotret apabila karya foto tersebut ingin dipamerkan, diumumkan, atau dimanfaatkan (komersil). Karena dianggap sebuah pelanggaran apabila tidak dilakukan persetujuan terlebih dahulu terdapat orang yang dipotret ataupun ahli warisnya. Orang yang dipotret pun dapat mengajukan tuntutan apabila pemegang hak cipta melanggar hal tersebut dan dianggap merugikan hak privasi orang yang dipotret berdasarkan ketentuan Undang-Undang yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Djaja, Ermansyah, 2009Hukum Hak Kekayaan Intelektual,Sinar Grafika, Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional, 2004 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta.

Fuady, Munir, 2000.,Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Griwanda, Griand, 2002, Panduan Praktis Belajar Fotografi. Puspa Swara, Jakarta.

Hutagalung, M Sophar, 2012, Hak Cipta Kedudukan dan Peranannya Dalam Pembangunan, Sinar Grafika, Jakarta.

Muhammad, Abdulkadir. 2001. Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual.PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

---,2004.Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. ---,2007 Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual Cetakan

Kedua, PT. Citra Aditya Bakti, Bandar Lampung.

---,2010, Hukum Perusahaan Indonesia, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung. Peter Mahmud Marzuki, 2008, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Group,

Jakarta.

Sasongko, Wahyu, 2007, Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Kosumen, Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Soekanto, Soerjono, 1990, Penelitian Hukum Normatif, Rajawali Pers, Jakarta. Sutedi, Adrian, 2009 Hak Atas Kekayaan Intelektual, Sinar Grafika Jakarta.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaaan dan Pengembangan Bahasa, 1991.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua, cet 1.Balai Pustaka, Jakarta. Tim Lindsey, Eddy Damian, Simon Butt, TomiSuryoUtomo. 2003. Hak

Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar. Jakarta :Ctk.kedua, Asian Law Group Pty Ltd & Penerbit P.T.Alumni

Yayasan Klinik HAKI (IP CLINIC). 2002. Kompilasi Undang-Undang Hak Cipta, Paten, Merek Dan Terjemahan Konvensi-Konvensi Di Bidang Hak Kekayaan Intelektual.Bandung :PT. Citra Aditya Bakti.

Skripsi :

Syaifullah Wahyu. Representasi fotografer senior LKBN Oscar Matulloh dalam karya fotografi foto essay atlantia Van java , 2012 FISIP-Universitas Lampung.

B. Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Informasi dan Transaksi Elektronik Kitap Undang-Undang Hukum Perdata

C. Lainnya

www.wikipedia.com/pengertianHAKI(hak atas kekayaan intelektual)tgl 18 Februari 2014;pukul 19.24. http://blogs.unpad.ac.id/momonsega/2011/12/15/pengertian-dan-sejarah-singkat-fotografi/ 08-04-2014; pukul 15.17 http://fotografiyuda.wordpress.com/seputar-fotografi/pengenalan-jenis-jenis-foto-dan-teknis-dasar-pemotretan/08-04-2014; pukul 15.21 mcreativephotography.blogspot.com/diunngah pada 08-04-2014: 15.10 http://pelanggaran-privasi-it.blogspot.com/pengertian-privasi.html/diunggah pada08-04-2014 :15.45

Prabudi Gunawan,ST.SH. http://shootjustice.blogspot.com/2009/02/hak-hak-perdata.html.

Dokumen terkait