• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Medan Amplas pada ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan pada pada bulan Maret sampai Juni 2012.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas biji

E. indica yang diambil dari dua lokasi berbeda.

Populasi pertama E. indica biotip resisten-glifosat berasal dari pertanaman kelapa sawit yang telah menghasilkan (TM) di Kebun Adolina, PTPN IV, Perbaungan, disebut sebagai populasi resisten (EAD). Populasi tersebut dinyatakan resisten setelah diuji di Medan menggunakan glifosat 486 g b.a/ha (Gambar 1).

Gambar 1. Eleusine indica yang telah disemprot Glifosat (Resisten)

Areal kelapa sawit dimana dijumpai populasi EAD telah disemprot dengan glifosat secara terus-menerus selama ± 26 tahun sebanyak dua sampai

hektar (243 g glifosat/ha s/d 583,2 g glifosat/ha) di Kebun Adolina, PTPN IV, Perbaungan (Tabel 1). Akhir-akhir ini terdeteksi bahwa glifosat tidak lagi mampu mengendalikan E. indica di areal tersebut; populasi kedua adalah populasi dari Fakultas Pertanian USU dimana glifosat dan herbisida lain tidak pernah digunakan untuk pengendaliannya yang digunakan sebagai populasi pembanding dan disebut sebagai populasi sensitif herbisida (EFP).

Tabel 1. Sejarah Penggunaan Herbisida pada Lokasi Kebun Sawit di Adolina Perbaungan Sumber Benih E. indica yang diuji

Tahun Herbisida Frekuensi/Tahun Dosis Alternatif Frekuensi Babat/Tahun (g b.a/ha) Pengendalian

2000 Glifosat 4x 291,6 Tidak Ada Tidak Ada

2001 Glifosat 4x 243 Tidak Ada Tidak Ada

2002 Glifosat 4x 291,6 Tidak Ada Tidak Ada

2003 Glifosat 4x 340,2 Tidak Ada Tidak Ada

2004 Glifosat 4x 486 Tidak Ada Tidak Ada

2005 Glifosat 4x 486 Tidak Ada Tidak Ada

2006 Glifosat 2x 486 Babat Gawangan 12x

2007 Glifosat 4x 583,2 Tidak Ada Tidak Ada

2008 Glifosat 5x 437,4 Tidak Ada Tidak Ada

2009 Glifosat 4x 437,4 Tidak Ada Tidak Ada

2010 Glifosat 5x 583,2 Tidak Ada Tidak Ada

2011 Glifosat 6x 486 Tidak Ada Tidak Ada

Herbisida yang digunakan adalah glifosat (Roundup 486 SL), parakuat (Gramoxone 276 SL), ammonium glufosinat (Basta 150 SL), top soil, pasir, kompos, dan boks.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi knapsack “Solo”, label nama, amplop, timbangan, gelas ukur, dan alat lainnya yang mendukung penelitian ini.

Metode Penelitian

Kedua biotip E. indica yang berasal dari dua lokasi pengambilan biji berbeda disemaikan dengan cara disebar merata di boks perkecambahan berukuran 30 cm × 22 cm yang telah diisi tanah dan ditutup dengan lapisan tanah tipis. Pada umur 2 minggu setelah disemaikan, tanaman dipindahtanam ke dalam boks berukuran 38 cm × 30 cm yang berisi media tanam topsoil, pasir, dan kompos (2 : 1 : 1) sebanyak 24 bibit per boks dan ditempatkan di tempat terbuka. Pada saat tiga minggu setelah tanam (MST) atau telah berdaun 3-4 helai tanaman disemprot dengan masing-masing jenis herbisida berbeda, yaitu populasi R dan pembandingnya S dengan glifosat, paraquat, dan glufosinat, untuk mendapatkan

dose response.

Untuk mendapatkan respons dosis kedua biotip E. indica (EAD dan EFP) disemprot dengan herbisida dalam beberapa taraf dosis herbisida sebagai berikut: Glifosat : 0, 120, 240, 360, 480, 600, 720 g b.a/ha

Parakuat : 0, 50, 100, 150, 200, 250, 300 g b.a/ha Ammonium glufosinat : 0, 110, 220, 330, 440, 550, 660 g b.a/ha

Setiap perlakuan dibuat dalam tiga ulangan. Perlakuan tersebut disusun dalam sebuah rancangan acak kelompok (RAK). Data kemampuan bertahan hidup masing-masing biotip (EAD dan EFP) dibandingkan pada setiap dosis yang diuji untuk menentukan respons kedua biotip tersebut.

Data hasil penelitian pada perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda rataan terkecil Duncan (DMRT) taraf 5% (Bangun, 1991).

LD50(Lethal Dose 50) dihitung dari regresi menggunakan kurva linier berdasarkan pada banyaknya jumlah kematian pada masing-masing taraf herbisida.

Pelaksanaan Penelitian

Penentuan Populasi Resisten-Glifosat

E. indica yang terdapat di kebun Adolina PTPN IV yang disemprot dengan glifosat telah tujuh bulan tidak menunjukkan keberhasilan penyemprotan kematian E. indica pada areal TM kelapa sawit. Sehingga kemudian biji E. indica

yang berasal dari induk pada areal TM tersebut ditanam di Medan. Setelah berumur 8 MST dilakukan penyemprotan dengan glifosat 486 g b.a/ha dan

E. indica tetap dapat bertahan hidup.

Pengambilan Biji

Masing-masing populasi dari masing-masing lokasi yang berbeda. Pada populasi EAD yang digunakan, biji diambil dari induk di kebun Adolina, PTPN IV. Pada areal tersebut telah disemprot dengan glifosat secara terus-menerus selama ± 26 tahun. Biji yang diambil adalah biji yang telah matang yang ditandai pada bagian buahnya telah berwarna coklat dan biji mudah rontok, diambil sebanyak-banyaknya dari induk untuk dijadikan sumber biji untuk penanaman pada populasi EAD. Jumlah populasi EAD yang menjadi sumber biji ± 300 induk

E. indica. Sedangkan populasi pembanding EFP, biji diambil dari areal kebun percobaan Fakultas Pertanian. Populasi E. indica pembanding ini tidak pernah disemprot dengan herbisida glifosat dan herbisida lainnya. Jumlah populasi EFP yang menjadi sumber biji ± 300 induk E. indica.

Persiapan Lahan dan Media

Lahan disiapkan dengan cara dibersihkan dari gulma. Media tumbuh yang digunakan adalah topsoil, pasir, dan kompos dengan perbandingan 2:1:1. Media tersebut dimasukkan ke dalam boks berukuran 38 cm × 30 cm sebanyak 24 bibit untuk tiap boks.

Penyemaian dan Penanaman

Biji kedua populasi tersebut disemaikan pada hari yang sama di dalam boks perkecambahan berukuran 30 cm × 22 cm secara terpisah. Lalu pada umur

empat belas hari setelah tanam (HST) dipindah tanam ke dalam boks berukuran 38 cm × 30 cm sebanyak 24 bibit untuk tiap boks.

Pemeliharaan Penyiraman

Penyiraman dilakukan apabila diperlukan. Hal ini dilihat berdasarkan kondisi cuaca di lapangan.

Aplikasi Herbisida

Volume semprot yang digunakan pada saat penyemprotan adalah 172 L/ha yang didapat dari kalibrasi alat semprot yang digunakan sebelum

penyemprotan dilakukan. Penyemprotan ini dilakukan pagi hari tanggal 24 April 2012. Tanaman disemprot pada fase pertumbuhan berdaun 3-4 helai pada umur 3 MST. Penyemprotan dilakukan pada waktu cuaca cerah. Setelah penyemprotan untuk menghindari kemungkinan turun hujan, boks dipindahkan ke tempat yang ternaungi sampai pemindahan kembali ke tempat terbuka pada pagi hari berikutnya.

Pengamatan Parameter

Jumlah gulma bertahan hidup

Jumlah gulma yang bertahan hidup dihitung untuk masing-masing boks pada tiga minggu setelah aplikasi (MSA). Gulma dikatakan bertahan hidup apabila masih mungkin untuk tumbuh.

Jumlah anakan

Jumlah anakan yang dihasilkan oleh gulma dihitung untuk masing-masing boks pada 6 MSA.

Bobot Kering

Gulma yang hidup sampai minggu keenam setelah aplikasi, dipotong tepat pada leher akar (permukaan tanah) dari masing-masing boks. Gulma tersebut dijemur di sinar matahari (temperatur 37°C selama 18 jam) kemudian dimasukkan ke dalam amplop. Gulma dari satu boks dimasukkan ke dalam satu amplop. Kemudian diovenkan pada temperatur 70ºC selama 25 jam, setelah bobot keringnya konstan. Lalu ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik. Lalu diambil datanya. Pengambilan data untuk tiap parameter diambil dari setiap boks kemudian dirata-ratakan.

Dokumen terkait