• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian meliputi pembuatan sediaan masker wajah, evaluasi terhadap mutu fisik sediaan seperti uji homogenitas sediaan, uji pH, dan uji efektivitas anti-aging sediaan masker wajah.

3.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah skin analyzer (Aramo-SG), spatula, sudip, tisu, alat – alat gelas yang diperlukan, alat pengayak, pH meter (Hanna Instrument), neraca analitik (Boeco Germany), blender.

3.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: tepung pisang ambon, bentonite, xanthan gum, kaolin, gliserin, sodium lauril sulfat, titanium dioksida, nipagin, natrium metabisulfit, akuadest, larutan dapar pH asam (4,01), larutan dapar pH netral (7,01).

3.3 Pengumpulan Dan Pengolahan Sampel 3.3.1 Pengumpulan sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif, yaitu tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel yang digunakan adalah buah pisang ambon yang sudah tua yang belum menguning, yang diperoleh dari pasar patumbak Amplas di Jl. Pertahanan, kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.

3.3.2 Identifikasi sampel

Identifikasi sampel dilakukan di Herbarium bogoriense, bidang botani pusat penelitian biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI, Bogor. 3.3.3 Pengolahan sampel

Buah yang digunakan pada penelitian ini adalah buah pisang ambon yang sudah tua dan belum menguning. Buah dibersihkan dari kotoran-kotaran kemudian dikukus 15 menit untuk mempermudah pengupasan dan memisahkan getah, kemudian buah pisang ambon dipisahkan dari kulit dan diiris tipis-tipis. Lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, buah pisang yang sudah kering kemudian dibuat jadi tepung dengan menggunakan alat penggiling dan diayak dengan ayakan mesh no 100.

3.4 Sukarelawan

Sukarelawan yang dijadikan panelis pada penelitian ini berjumlah 12 orang dengan kriteria sebagai berikut (Ditjen POM., 1985).

1. Wanita berbadan sehat 2. Usia antara 20-30 tahun 3. Tidak ada penyakit alergi 4. Bersedia menjadi sukarelawan.

3.5 Prosedur Kerja

3.5.1 Formulasi sediaan standar masker

Sediaan basis masker dibuat berdasarkan formula standar yang kemudian dimodifikasi.

Formula standar yang digunakan (Rieger, 2000)

R/ Bentonite 1 to 8%

Xanthan gum 0,1 to 1,0%

Kaolin 5 to 40%

Gliserin 2 to 10%

Sodium Lauril Sulfat 2 to 20% Titanium dioksida <1%

Nipagin <1%

Aquadest ad <100% 3.5.2 Formula sediaan masker yang modifikasi

R/ Bentonite 1%

Xanthan gum 0,8%

Kaolin 30,5%

Gliserin 2%

Tepung pisang X%

Sodium Lauril Sulfat 2% Titanium dioksida 0,5%

Nipagin 0,1%

Natrium metabisulfit 0,2%

Akuadest ad 100%

Keterangan:

X : konsentrasi tepung pisang (10%, 15%, 20%)

3.6 Prosedur Pembuatan Sediaan Masker

Untuk formula basis masker, akuadest dimasukkan kedalam lumpang dan ditambahkan bentonite. Bentonite dibiarkan terbasahi lalu ditambahkan xanthan gum dan digerus cepat sampai seluruh gum melarut. Kaolin ditambahkan sedikit demi sedikit dalam lumpang sambil digerus dan ditambahkan TiO2 dan gliserin dalam lumpang. Kemudian dilarutkan natrium metabisulfit dan nipagin dalam air

panas (Larutan A). Larutan A dituangkan dalam lumpang dan dimasukkan sodium lauril sulfat yang telah dilarutkan dalam air, lalu digerus pelan dan ditambahkan parfum jika diperlukan dan digerus homogen.

3.6.1 Formula masker mengandung tepung pisang ambon

Konsentrasi tepung pisang ambon yang digunakan adalah 10%, 15% dan 20%. Formula dasar masker digunakan sebagai blanko. Rancangan Formulasi dijelaskan pada Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Formula sediaan masker wajah dengan berbagai konsentrasi tepung pisang

Bahan Konsentrasi (gram)

F1 F2 F3 F4 Bahan dasar 100 90 85 80 Tepung pisang ambon - 10 15 20 Keterangan:

F1 : Formula Masker untuk blanko

F2 : Formula Masker dari tepung pisang konsentrasi 10% F3 : Formula Masker dari tepung pisang konsentrasi 15% F4 : Formula Masker dari tepung pisang konsentrasi 20%

Cara pembuatan untuk formula yang mengandung tepung pisang ambon adalah basis masker yang telah dibuat lalu dimasukkan tepung pisang ambon sesuai berat yang ditentukan.

3.7 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan

Pemeriksaan mutu fisik dilakukan terhadap masing-masing sediaan masker wajah. Pemeriksaan mutu fisik meliputi: pemeriksaan homogenitas, pemeriksaan pH dan stabilitas sediaan yang mencakup pengamatan terhadap perubahan warna, aroma, dari sediaan masker wajah.

3.7.1 Pemeriksaan homogenitas

Masing-masing sediaan masker diperiksa homogenitasnya dengan cara menaruh sejumlah tertentu sediaan pada kaca transparan, lalu diamati. Sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen, POM., 1979).

3.7.2 Pemeriksaan pH

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Cara kerja: Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling,lalu dikeringkan dengan tisu. Sampel dibuat dengan konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 g sediaan dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Alat dibiarkan sampai menunjukkan harga pH konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2000).

3.7.3 Pengukuran lama pengeringan masker

Pengukuran lama pengeringan dilakukan pada suhu kamar ±25oC dengan mengambil 2 g sediaan masker dan dioleskan pada daerah wajah lalu diukur waktu yang diperlukan sediaan untuk mengering.

3.7.4 Pemeriksaan stabilitas sediaan

Masing-masing formula dimasukkan ke dalam pot plastik, disimpan pada suhu kamar dan diukur parameter-parameter kestabilan seperti bau, warna, dan terpisahnya basis (konsistensi) di evaluasi selama penyimpanan 12 minggu dengan pengamatan setiap 2 minggu. (Vishwakarma, 2011).

3.8 Pengukuran Aktivitas Anti-Aging

Wajah sukarelawan dicuci dengan sabun cuci muka dan dibiarkan sampai kering (sekitar 5-10 menit). Diukur kondisi awal kulit yang meliputi kadar air, kehalusan kulit, besar pori dan banyak noda dari sukarelawan dengan menggunakan skin analyzer (Aroma-SG).

Pengujian efektivitas anti-aging terhadap sukarelawan dibagi menjadi 4 kelompok,yaitu:

a. kelompok I : 3 orang sukarelawan formula blanko b. kelompok II : 3 orang sukarelawan formula 10% c. kelompok III : 3 orang sukarelawan formula 15% d. kelompok IV : 3 orang sukarelawan formula 20%

Sediaan masker wajah dioleskan pada daerah pipi sukarelawan dan dibiarkan mengering (7-9 menit). Setelah itu masker dibersihkan dari wajah sampai bersih. Kemudian dilakukan kembali pengecekan kondisi kulit.

Pengukuran kondisi kulit wajah dilakukan setiap minggu selama empat minggu dengan pemberiaan masker dua kali dalam satu minggu secara rutin. Dilakukan pengecekan kondisi kulit awal sebelum menggunakan masker dan setelah pemakaian masker.

3.9 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan

Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan dengan tujuan untuk mengetahui sifat iritasi pada sediaan. Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji pakai (usage test). Percobaan ini dilakukan pada 12 orang sukarelawan yaitu 3 orang sukarelawan untuk tiap formula, dioleskan sediaan masker sebanyak 0,5

gram hingga merata di bagian depan lengan bawah sukarelawan, kemudian dibiarkan 24 jam. Setelah 24 jam dihitung dari pengolesan pertama, diamati reaksi yang terjadi. Reaksi iritasi positif ditandai oleh adanya kemerahan, gatal-gatal, atau pengkasaran pada kulit di bagian depan lengan bawah yang diberi perlakuan. Adanya kemerahan diberi tanda (+), gatal-gatal (++), bengkak (+++) dan yang tidak menunjukkan reaksi apa-apa diberi tanda (-) (Wasitaatmadja, 1997).

3.10 Analisis Data

Data hasil percobaan dianalisa dengan menggunakan program SPSS (statistical product and service smirnov). Pertama data dianalisis menggunakan metode kolmogorov-smirnov untuk menentukan homogenitas dan normalitasnya. Kemudian dilanjutkan analisis menggunakan Metode One Way Anova untuk menentukan perbedaan rata-rata diantara kelompok. Jika terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan menggunakan uji post Hoc Tukey HSD untuk melihat perbedaan nyata antara perlakuan.

BAB IV

Dokumen terkait