• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode merupakan cara atau sistem kerja, sedangkan metodologi dapat dikatakan pula sebagai pengetahuan tentang apa saja yang merupakan cara untuk menerangkan atau meramalkan variabel konsep maupun definisi konsep yang bersangkutan dan mencari konsep tersebut secara empiris. Untuk itu metode filologi berarti pengetahuan tentang cara, teknik, atau instrumen yang dilakukan dalam penelitian filologi (Lubis 2001:70)

3.1 Data dan Sumber Data

Data yang diteliti dalam skripsi ini adalah teks Syair Pelanduk Jenaka

(SPJ) yang berwujud kata atau kalimat yang mengandung nilai-nilai luhur warisan

nenek moyang kita. Teks tersebut merupakan hasil transliterasi peneliti dari aksara Arab menjadi aksara Latin.

Adapun sumber data penelitian ini berupa naskah Syair Pelanduk Jenaka dengan tebal 53 halaman, berbahasa Melayu aksara Arab. Naskah dengan nomor Br 169 merupakan koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Jalan Salemba Raya 28A Jakarta. Naskah SPJ ini merupakan naskah turunan dari masa Dr. Brandes di Bataviaasch Genootschap pada tahun 1890-an Masehi. Berdasarkan kolofon, naskah ini pertama kali disalin oleh Al-Haj Abdul Karim di Kampung Pasir Kemayor Singapura selama 22 hari bulan Syawal pada tahun 1308 H atau tahun 1890 M.

3.2 Metode Penelitian Naskah Tunggal

Syair Pelanduk Jenaka (SPJ) merupakan naskah salinan dari Singapura.

Ini berarti naskah SPJ bukanlah naskah tunggal. Namun setelah ditelusuri, ternyata di Indonesia hanya terdapat satu edisi naskah SPJ yang bertempat di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Sementara itu, berdasarkan kolofon yang terdapat dalam teks SPJ, naskah induk terdapat di Singapura. Mengingat jarak, tenaga, dan waktu yang terbatas, serta keterjangkauan naskah SPJ ini maka peneliti akhirnya memutuskan untuk menggunakan metode naskah tunggal dalam penelitian ini. Sebab, naskah SPJ yang terjangkau oleh peneliti hanya terdapat satu edisi naskah saja di Indonesia, sehingga perbandingan naskah tidak mungkin dilakukan.

Penggarapan naskah dengan metode naskah tunggal dapat dilakukan melalui dua cara, yakni edisi diplomatik dan edisi standar.

1. Edisi Diplomatik

Edisi Diplomatik yaitu suatu cara memproduksi teks sebagaimana adanya tanpa ada perbaikan atau perubahan dari editor. Model yang paling sesuai dengan edisi ini adalah naskah diproduksi secara fotografis. Hal ini dilakukan jika peneliti ingin menampilkan teks yang diperoleh persis sebagaimana adanya (Lubis 2001:96)

Sementara itu, menurut Djamaris (1991:16), edisi diplomatik biasanya digunakan apabila isi dalam naskah itu dianggap suci atau dianggap penting dari segi sejarah kepercayaan atau bahasa sehingga diperlukan perlakuan khusus. Oleh karena itu, penggunaan edisi diplomatik ini bertujuan untuk

mempertahankan kemurnian teks. Dalam edisi ini, teks disajikan dengan teliti tanpa perubahan dan apa adanya.

Adapun hal-hal yang biasa dilakukan dalam edisi diplomatik menurut Djamaris (1991:16) adalah sebagai berikut.

a. Teks diproduksi persis seperti terdapat dalam naskah, tidak boleh ada perubahan baik dalam bentuk ejaan, tanda baca, maupun pembagian teks. b. Kesalahan harus ditunjukkan dengan metode referensi yang tepat.

c. Saran untuk membetulkan kesalahan teks.

d. Komentar mengenai kemungkinan perbaikan teks. 2. Edisi Standar

Edisi Standar yaitu suatu usaha perbaikan dan penelusuran teks sehingga terhindar dari berbagai kesalahan dan penyimpangan-penyimpangan yang timbul ketika proses penelitian. Tujuan edisi ini adalah untuk menghasilkan suatu edisi baru yang sesuai dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat, misalnya dengan mengadakan pembagian alenia-alenia, huruf besar dan kecil, penambahan dan pengurangan kata sesuai EYD, membuat penafsiran atau interpretasi setiap bagian atau kata-kata yang perlu penjelasan sehingga teks dapat mudah dibaca dan dipahami oleh pembaca sebagai masyarakat modern (Lubis 2001:96).

Edisi standar digunakan apabila isi naskah dianggap sebagai cerita biasa bukan cerita suci. Meskipun demikian, penggarapan naskah dengan edisi standar juga membutuhkan ketelitian dan kejelian (Djamaris 1991:15).

Adapun hal-hal yang perlu dilakukan dalam edisi standar menurut Djamaris adalah sebagai berikut.

a. Mentransliterasikan teks. b. Membetulkan kesalahan teks.

c. Membuat catatan perbaikan atau perubahan.

d. Memberi komentar, tafsiran (informasi di luar teks). e. Membagi teks dalam beberapa bagian.

f. Menyusun daftar kata sukar (glosari).

Berdasarkan kedua edisi di atas, maka edisi standarlah yang dianggap peneliti paling sesuai dengan naskah Syair Pelanduk Jenaka (SPJ) ini. Hal ini sesuai dengan isi dari naskah SPJ sendiri dan juga analisis yang hendak dilakukan peneliti yakni menggali nilai-nilai luhur dan relevansinya dalam kehidupan masyarakat saat ini. Sementara itu, dalam menyajikan transliterasi teks SPJ menggunakan edisi diplomatik. Hal ini dilakukan untuk memperoleh teks sebagaimana aslinya dan apa adanya, sehingga pembaca mengetahui perubahan yang terjadi antara transliterasi dan suntingan.

3.3 Teknik Penelusuran Naskah

Membutuhkan proses yang panjang untuk memperoleh naskah yang sesuai dengan harapan peneliti. Teknik-teknik tertentu menjadi sangat diperlukan untuk memudahkan peneliti dalam mencari dan mendapatkan naskah hingga sampai di tangan peneliti. Teknik penelusuran naskah yang digunakan peneliti adalah studi katalog, yakni mencari naskah melalui informasi yang terdapat dalam katalog

naskah. Adapun cara yang dilakukan peneliti dalam studi katalog adalah sebagai berikut.

1. Mencari informasi tentang katalog naskah dan tempat-tempat penyimpanannya.

2. Membaca katalog induk naskah klasik yang terdapat di tempat-tempat penyimpanan koleksi naskah klasik. Katalog induk yang dipakai peneliti adalah katalog induk koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. 3. Menentukan naskah yang menarik peneliti untuk dikaji dan dianalisis

sehingga berguna bagi pembaca.

4. Menginventarisasi naskah, yakni mencari sejumlah naskah dengan judul yang sama di tempat-tempat koleksi naskah. Inventarisasi naskah dilakukan dengan melihat judul-judul naskah yang sama dengan naskah yang akan diteliti di katalog-katalog yang berbeda.

5. Mencetak atau mengcopi naskah yang akan diteliti. Jika naskah tunggal maka cetakan naskah tersebut langsung bisa ditransliterasi dan dianalisis. 6. Naskah siap di tangan peneliti untuk dikaji.

3.4 Teknik Analisis Data

Sebagai pijakan untuk memasuki analisis penelitian ini, terlebih dahulu peneliti harus mengetahui teknik-teknik analisis data untuk memudahkan peneliti dalam penggarapan anlisis. Adapun teknik-teknik analisis data dalam penelitian ini meliputi lima tahapan.

Tahapan pertama adalah deskripsi naskah. Tahapan ini merupakan

naskah. Tahapan kedua transliterasi dan suntingan teks. Transliterasi dan suntingan teks disesuaikan dengan ejaan mutakhir sehingga pembaca sebagai masyarakat modern dapat membaca dan memahami isi naskah.

Tahapan ketiga, memparafrasakan syair sebagai langkah untuk

memudahkan peneliti memahami isi naskah secara lebih dalam dan terstruktur.

Tahapan keempat adalah analisis nilai-nilai luhur yang terkandung dalam naskah

dan relevansinya terhadap kehidupan masyarakat saat ini. Tahapan kelima, evaluasi hasil analisis nilai-nilai dalam naskah SPJ.

3.5 Langkah Kerja Penelitian

Secara keseluruhan langkah kerja dalam menganalisis suntingan teks dan nilai-nilai luhur Syair Pelanduk Jenaka (SPJ) serta relevansinya dalam kehidupan masyarakat saat ini adalah sebagai berikut.

1. Membaca teks Syair Pelanduk Jenaka (SPJ) yang berbahasa Melayu aksara Arab secara menyeluruh.

2. Melakukan transliterasi dan penyuntingan teks Syair Pelanduk Jenaka

(SPJ).

3. Membaca ulang teks SPJ sekaligus untuk mencocokkan teks dengan transliterasi.

4. Membuat ringkasan isi teks SPJ. 5. Memparafrasakan teks SPJ.

6. Menganalisis unsur nilai-nilai luhur yang terdapat dalam SPJ. 7. Mencari relevansi nilai-nilai luhur terhadap kehidupan saat ini. 8. Menyimpulkan hasil analisis berdasarkan pembahasan.

BAB IV

ANALISIS SUNTINGAN TEKS SYAIR PELANDUK JENAKA,

Dokumen terkait