• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian dilakukan di Insektarium, bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, pada bulan November 2005. Sedangkan penyulingan minyak serai wangi dilakukan di BALITRO (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat), Cimanggu Bogor.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: kandang lalat, gelas plastik, kain kasa, karet gelang, kapas. Sedangkan bahan yang digunakan adalah lalat C.megacephala dewasa berumur 3 hari, citronella oil, alkohol 5%, beberapa ikan mas dengan berat 125 gram, pakan ayam atau dedak, dan air gula 10 %.

Prosedur Penelitian

Pembiakkan Massal Lalat C. megacephala

Lalat dewasa diperoleh dari lapang yang kemudian dibiakkan dalam kandang lalat yang berukuran 45 x 45 x 45 cm3. Kandang berdinding kawat kasa dengan kayu sebagai rangka dan alas kandang. Di dalam kandang disediakan susu kental manis dan air gula 10% sebagai nutrisi lalat.

Sebagai media bagi lalat meletakkan telur serta perkembangan larva digunakan ikan mas yang dimasukkan dalam wadah gelas plastik. Dari hasil rearing inilah didapat persediaan Chrysomya megacephala untuk pengujian.

Penyulingan Minyak Serai Wangi ( citronella oil )

Proses penyulingan minyak serai wangi memakai cara penyulingan dengan uap atau indirect distilation. Serai wangi yang sudah dirajang, dimasukkan kedalam ketel kemudian dialiri uap air dari ketel yang berbeda. Kemudian terjadi penguapan minyak serai wangi, tetapi uap yang dihasilkan masih bercampur dengan uap air.

Campuran uap air itu lalu dialirkan lagi melalui pipa ke alat pendingin.

Setelah melewati alat pendingin, terjadi pengembunan minyak serai wangi dan air, selanjutnya campuran minyak ini dialirkan ke alat pemisah. Maka diperoleh hasil minyak serai wangi. Minyak serai wangi yang dihasilkan dianggap 100%.

Pengujian Dengan minyak Serai wangi ( citronella oil )

Setelah diencerkan dengan alkohol 5% diperoleh konsentrasi minyak Serai wangi untuk pengujian mulai dari 0% (tanpa minyak serai wangi) sebagai kontrol, 2,5%, 5%, 10%, 20%, dan 40%. Lalat hijau hasil rearing, yang berumur 3 hari dipuasakan sehari sebelum pengujian. Kemudian dimasukkan kedalam kandang lalat sebanyak 50 ekor dengan perbandingan jantan dan betina 1: 4. Ke dalam kandang juga di masukkan beberapa ekor ikan mas basah yang masing-masing dilumuri citronella oil dengan konsentrasi berbeda.

Ke dalam kandang lalat juga ditempatkan air gula 10% sebagai sumber nutrisi dan energi bagi lalat. Kemudian lalat diamati daya hinggapnya pada tiga jam pertama, dan dibiarkan tiga sampai empat hari hingga betina meletakkan telur pada media ikan mas. Jika pada salah satu media ikan mas terlihat larva lalat maka seluruh media yang berisi ikan mas dikeluarkan dan ditempatkan dalam baskom yang berisi pakan ayam untuk dihitung jumlah larva lalat yang ada pada setiap konsentrasi. Penghitungan penurunan jumlah larva dihitung dengan rumus sebagai berikut :

X =

K P K

x 100%

Keterangan :

X = Persentase pengurangan larva

K = Jumlah larva pada perlakuan 0% (Kontrol) P = Jumlah larva pada perlakuan yang akan dihitung

Analisis Data Statistik

Penelitian ini menggunakan Rancangan acak Lengkap (RAL) dengan uji ANOVA dan dilanjutkan dengan uji beda nyata Duncan

HASIL dan PEMBAHASAN

Daya Hinggap Chrysomya megacephala Pada Media ikan mas

Jumlah lalat yang hingap pada jam pertama, tersaji dalam Tabel 1. Jumlah lalat yang hinggap pada seluruh perlakuan berbeda nyata terhadap kontrol (P<0,005). Konsentrasi 2,5%, 5%, 10%, 20%, dan 40% dapat mencegah lalat untuk hinggap pada media, atau engan kata lain jumlah lalat yang hinggap pada media menurun sesuai dengan peningkatan jumlah konsentrasi. Pada jam ini minyak serai wangi yang baru dioleskan pada ikan mas akan mengalami proses penguapan yang cukup besar, sehingga menimbulkan bau serai wangi yang keras.

Selain itu alkohol 5% sebagai pencampur minyak serai wangi juga akan membantu penguapan serai wangi. Bau serai wangi yang keras tidak disukai oleh lalat untuk hingap pada ikan mas sehingga akan menekan jumlah lalat yang hinggap.

Tabel 1. Lalat Crysomya megacephala yang Hinggap Pada Jam Pertama Dari Lima Kali Ulangan.

Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang signifikan, pada taraf uji α = 0,05

Pada jam kedua pengamatan, jumlah lalat yang hinggap pada konsentrasi 2,5%, 5%, 10%, 20%, dan 40% berbeda nyata terhadap kontrol (P<0,05).

Perlakuan 2,5%, 5%, 10%, 20%, dan 40% dapat mencegah lalat untuk hinggap pada media. Kecenderungan penurunan jumlah lalat yang hinggap terhadap peningkatan konsentrasi perlakuan masih terlihat, karena pada jam ini efek bau minyak yang tidak disukai lalat masih ada, sehingga mencegah lalat untuk hinggap pada media.

Tabel 2. Lalat Crysomya megacephala yang Hinggap Pada Jam Kedua

Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang signifikan, pada taraf uji α = 0,05

Pada jam ini masih terlihat penurunan jumlah lalat yang hingap pada media sesuai dengan peningkatan konsentrasi minyak serai wangi. Proses penguapan minyak serai wangi pada jam ini mengalami penurunan, tetapi efek bau yang dihasilkan masih ada meskipun tidak terlalu keras. Sehingga penurunan jumlah lalat yang hinggap pada media ikan tidak terlalu banyak.

Tabel 3. Lalat Crysomya megacephala yang Hinggap Pada Jam Ketiga Dari Lima Kali Ulangan.

Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang signifikan, pada taraf uji α = 0,05

Pada jam ketiga terjadi penguapan alkohol, pembusukkan ikan dan kemungkinan lalat yang mulai terbiasa dengan aroma dari minyak sitronela tersebut. Pada perlakuan 2,5%, terjadi penurunan jumlah lalat yang hinggap pada media, karena minyak sitronela merupakan senyawa volatil, berbau sangat khas (Deptan, 2007) yang dapat menolak serangga.

Pengaruh Pemberian Minyak Serai wangi Terhadap Jumlah Larva Instar III Lalat Chrysomya megacephala

Pada Tabel 4 di bawah ini terlihat penurunan jumlah larva yang nyata pada setiap peningkatan jumlah konsentrasi minyak atsiri. Semakin tinggi konsentrasi minyak atsiri C.nardus, maka jumlah larva yang hidup makin sedikit, atau dapat dikatakan bahwa besar konsentrasi minyak atsiri C.nardus berbanding terbalik dengan jumlah larva.

Tabel 4. Jumlah Rata-rata Larva Instar III

Konsentrasi (%)

Ulangan Rata-rata Penurunan

(%)

Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang signifikan pada taraf uji α = 0,05

Semua perlakuan berbeda nyata bila dibandingkan dengan kontrol (P,0,005).

Penurunan jumlah larva disebabkan karena bau minyak serai wangi yang khas dan cukup keras mampu menurunkan jumlah lalat yang hingap, yang kemudian akan meletakkan telur, dan berkembang menjadi larva. Salah satu rangsangan sensoris yang mengakibatkan ketertarikan lalat untuk hinggap pada suatu media adalah rangsangan bau disamping rangsangan visual, suhu dan kelembaban (Jenings

1987). Penurunan jumlah larva instar III, terjadi mulai dari konsentrasi 2,5%, karena pada konsentrasi ini lalat kemungkinan tidak banyak yang hinggap akibat bau menyengat dari minyak tersebut. Selain itu serai wangi juga memiliki kandungan seskuiterpen yang diduga dapat mempengaruhi terhadap perkembangan serangga. Menurut Jennings (1987) ketertarikan lalat untuk hinggap pada suatu media adalah melalui penghantaran rangsangan saraf sensoris.

Salah satu rangsangan sensoris yang mengakibatkan ketertarikan lalat untuk hinggap pada suatu media adalah rangsangan bau disamping rangsangan visual, suhu dan kelembaban. Oleh sebab itu salah satu cara yang cukup efektif untuk mencegah ketertarikan lalat untuk hinggap pada suatu media adalah memblokir saraf sensorisnya. Citronella yang merupakan kandungan utama minyak serai wangi tampaknya bekerja memblokir syaraf sensoris lalat sehingga menghindarkan lalat dewasa untuk hinggap yang mengakibatkan menurunkan jumlah infestasi larva Chrysomya megacephala pada media ikan mas.

Walaupun ikan mas memiliki aroma alami yaitu bau amis yang mengakibatkan lalat tertarik untuk hinggap dan bertelur. Citronella oil berperan dalam menurunkan tingkat aroma alami ikan mas basah sehingga mencegah ketertarikan lalat untuk hinggap pada media tersebut. Semakin tinggi konsentrasi Citronella oil semakin tertutup aroma alami ikan basah.

Dibandingkan terhadap minyak nilam dan minyak rosemary sebagai bahan nabati anti serangga, serai wangi memiliki daya insektisida yang kurang kuat.

minyak nilam pada konsentrasi 20% mampu menurunkan jumlah larva pada media ikan mas hingga 100% (Novia 2006), sedangkan minyak rosemary mampu menurunkan jumlah larva sebanyak 84% (Bangu 2006). Akan tetapi minyak serai wangi lebih mudah didapat, murah dan dapat digunakan sebagai insektisida nabati untuk mencegah miasis pada pengolahan ikan asin, dan tidak menimbulkan efek yang merugikan. Sehingga minyak atsiri ini lebih aman, dan ekonomis untuk digunakan sebagai insektisida nabati pada pengolahan makanan.

Dokumen terkait