• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metodologi berasal dari kata “Metode” yang artinya cara yang tepat untuk

melakukan sesuatu; dan “Logos ” yang artinya ilmu pengetahuan. Metodologi artinya cara melakukan sesuatu dengan mengunakan pikiran secara seksama untuk mencapai tujuan.2

Menurut Sunaryati Hartono, metode penelitian adalah cara atau jalan atau proses pemeriksaan atau penyelidikan yang menggunakan cara penalaran dan teori-teori yang logis-analitis (logika), berdasarkan dalil-dalil, rumus-rumus dan teori-teori suatu ilmu (atau beberapa cabang ilmu) tertentu, untuk menguji kebenaran (atau mengadakan verifikasi) suatu hipotesis atau teori tentang gejala-gejala atau peristiwa alamiah, peristiwa sosial atau peristiwa hukum tertentu.3Metode penelitian hukum merupakan suatu cara yang teratur (sistematis) dalam melakukan sebuah penelitian.4

1

Salim H.S dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Tesis Dan

Disertasi, ( Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2013), hal.264. Bandingkan dengan perlindungan

hukum terhadap korban yang terjadi didalam lingkup rumah tangga yang diatur di dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penhapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, (Lihat : Pasal 1 butir (4), Pasal 1 Butir (5) dan Pasal 1 butir (6) Ketentuan Umum Undang –Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

2

Moh.Nazir, Metode Penelitian, ( Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), hal.13 3

Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Indonesia Pada Akhir Abad ke-20, (Bandung: Alumni, 1994), hal. 105.

4

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya, kecuali itu, juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan.1 Metode penelitian berfungsi sebagai arah dan petunjuk bagi suatu penelitian.2 Penelitian ini adalah penelitian hukum (legal research).3 Penelitian hukum (legal reseach) adalah untuk menemukan kebenaran Koherensi4

1

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hal. 14. 2

Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan

Empiris, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2010) hal.104.

3

Penelitian hukum merupakan proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, juga doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. Lihat: Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hal.35.

4

Teori kebenaran Kohesi adalah salah satu dari dua jenis teori kebenaran tradisional. Teori yang terdahulu adalah teori korespondensi , kebenaran sebagaimana yang dikemukan oleh John Stuart Mill. Dan kaum empiris adalah kebenaran korespodensi. Kebenaran ini hanya berlaku bagi ilmu-ilmu empiris, yaitu ilmu-ilmu alamiah dan ilmu sosial. Kebenaran ini tidak berlaku bagi segala sesuatu yang mengandung nilai (sedangkan ilmu hukum adalah imu yang mengandung nilai). Ilmu-ilmu empiris justru dibangun dan dikembangkann untuk menolak semua yang bersifat tidak kasatmata termasuk nilai-nilai. Oleh karena itulah fungsi penelitian dalam rangka mencari kebenaran korespondensi adalah melakukan verifikasi atas dugaan-dugaan atau pra- anggapan atau secara ilimiah biasa disebut hipotesis melalui data empiris kasatmata. Apabila dugaan atau hipotesis ini setelah diverifikasi oleh data empiris ternyata benar adanya, disitulah terdapat kebenaran dan apabila tidak dapat diverifikasi, tidak didapatkan kebenaran. Akan tetapi, di dalam kehidupan manusia rangka hidup bermasyarakat bukan hanya yang kasatmata saja yang merupakan kebenaran. Kebenaran juga merupakan kebenaran dari segi nilai-nilai. Dalam hal inilah epistemologi mengajarkan kebenaran koherensi. Teori kebenaran korespondesi berpangkal dari asumsi bahwa definisi kebenaran merupakan sesuatu yang dapat dilihat. Akan tetapi pada kenyataannya, tidak semua yang ada didunia ini merupakan hal-hal yang dapat di lihat saja. Ada hal-hal yang berada dalam pikiran atau berupa nilai-nilai. Oleh karena itulah dalam hal semacam ini kebenaran bukan merupakan sesuatu yang dapat dilihat, melainkan dapat dinalar atau dapa diterima oleh pandangan masyarakat. Dengan demikian, sesuatu itu benar bukan karena ada kolerasi antara penyataan dan sesuatu yang benar-benar ada secara faktual dan kasatmata, melainkan sesuatu pernyataan atau kenyakinan itu benar kalau sesuai atau conform to pernyataan atau keyakinan lainnya atau nilai-nilai yang ada. Hal ini semacam itu membawa kepada teori kebenaran yang lain daripada teori kebenaran korespondensi, yaitu teori kebenaran koherensi.Lihat : Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Edisi Revisi), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), hal. 29-30.

Artinya adakah aturan hukum sesuai dengan norma hukum dan adakah norma yang berupa perintah atau larangan itu sesuai dengan prinsip hukum, serta

apakah tindakan (art) seseorag sesuai dengan norma hukum (bukan hanya sesuai dengan aturan hukum ) atau prinsip hukum.1

Penelitian hukum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penelitian hukum normatif (doctrinal) yang condong bersifat kualitatif dan penelitian hukum empiris atau sosiologis (non doctrinal) yang condong bersifat kuantitatif.2

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Metode penelitian yang dipergunakan dalam menjawab permasalahan yang timbul dalam tesis ini adalah sebagai berikut:

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif atau yuridis normatif. Penelitian hukum normatif ini merupakan suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya.3 Selain itu penelitian hukum normatif juga mengacu kepada norma-norma dan asas-asas hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan.4

Ronald Dworking menyebut Penelitian semacam ini penelitian doktrinal (doctrinal research) yaitu suatu penelitian yang menganalisis hukum baik tertulis di dalam buku (law as it is written in the book) maupun

1

Ibid.

2

J.Supranto, Metode penelitian Hukum dan Statistik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal.2 3

Johnny Ibrahim, Teori & Metode Penelitian Hukum Normatif, (Malang : Bayumedia Publising, 2005), hal. 47.

4

Bismar Nasution, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum, Makalah, disampaikan pada dialog interaktif tentang penelitian Hukum dan Hasil Penulisan

hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan (law it is decided by the jugde through judicial process).1

Penelitian hukum memiliki beberapa pendekatan, dengan pendekatan tersebut peneliti akan mendapat informasi dari bebagai aspek mengenai isu yang akan dicari jawabannya. Pendekatan2 yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan Peraturan Perundang-undangan (statute approach)3 dan pendekatan kasus (case approach) dalam melakukan analisa terhadap kasus (case study) pada Putusan Mahkamah Agung No.467 K/Pid.Sus/2013.4

1

Pendapat Ronald Dworking sebagaimana dikutip dari Bismar Nasution, Metode

Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum, Makalah, Disampaikan pada dialog

Interaktif tentang Penelitian Hukum dan Hasil Penulisan Hukum pada Majalah Akreditasi Fakultas Hukum USU, Tanggal 18 Februari 2003, hal.1.

2

Pendekatan-Pendekatan yang digunakan dalam penelitian hukum adalah : 1. Pendekatan Undang-Undang (statute approach), 2. Pendekatan kasus (case approach), 3. Pendekatan Historis (Historical approach), 4. Pendekatan komparatif (comparative approach), 5. Pendekatan Konseptual (conceptualapproach). Lihat Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Edisi Revisi), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), hal.133.

3

Pendekatan Undang-undang (statute approach) dilakukan dengan menelah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Bagi peneliti untuk kegiatan praktsi, pendekatan undang-undang ini akan membuka kesempatan bagi peneliti untuk mempelajari adakah konsistensi dan kesesuaian antara suatu undang-undang dengan undang-undang lainnya atau antara undang-undang dengan Undang-undang Dasar atau regulasi dengan undang-undang. Hasil dari telaah tersebut merupakan suatu argumen untuk memecahkan isu yang dihadapi. Bagi penelitian untuk kegiatan akademis, penelitian mencari ratio

legis dan dasar ontologis lahirnya undang-undang tersebut agar peneliti dapat menangkap

kandungan filosofis yang ada di belakang undang-undang tersebut. Dengan memahami kandungan filosofis yang ada dibelakang undang-undang tersebut peneliti akan dapat menyimpulkan mengenai ada atau tidaknya benturan filosofis antara undang-undang dengan isu yang dihadapi. Lihat : Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Edisi Revisi), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), hal.133. penelitian tentu harus menggunakan pendekatan undang-undang, karena yang akan diteliti adalah berbagai aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral sauatu penelitian atau mengunakan undang-undang sebagai dasar awal menganalisa. Penelitian dalam dogmatik hukum atau untuk kepentingan praktik hukum tidak dapat melepaskan diri dari pendekatan Perundag-undangan. Lihat Johnny Ibrahim, Op.Cit, hal.302. Bandingkan dengan Mukti Fajar ND & Yulianto Achmad, Op.Cit,hal.185.

4

Perlu diketahui disini, bahwa Study Kasus (case Study) tidak sama dengan Pendekatan Kasus (case approach). Study kasus (case Study) merupakan sautu studi terhadap kasus tertentu dari berbagai aspek hukum, sedangkan Pendekatan Kasus (case approach) dilakukan dengan cara melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan isu hukum yang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang berkuatan hukum tetap, baik itu kasus yang terjadi di Indonesia maupun di luar Indonesia. Yang menjadi kajian pokok dalam pendekatan kasus adalah

ratio decidendi atau reasoning yaitu pertimbangan pengadilan sampai kepada suatu putusan. Baik

b. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analistis yaitu penelitian yang mengambarkan, menelaah, menjelaskan dan menganalisis suatu peraturan hukum dan menganalisis putusan pengadilan yang berkaitan erat dengan tindak pidana penelantaran rumah tangga Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga khususnya di dalam Putusan Mahkamah Agung No.467 K/Pid.Sus/2013.

2. Sumber Bahan Hukum

Sumber bahan Hukum yang digunakan dalam Penelitian Ini adalah : a. Bahan Hukum Primer, merupakan bahan hukum yang bersifat

autoritatif, artinya mempunyai otoritas.1

1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945.

Bahan Hukum primer terdiri dari bahan-bahan hukum yang mengikat yaitu peraturan perundang-undangan yang terdiri dari :

2. Kitab Undang-undang Hukum pidana (KUHP).

3. Undang -undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. 4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

5. Undang Nomor 31 Tahun 2014 Perubahan atas Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban.

merupan referensi bagi penyusunan argumentasi dalam pemecahan isu hukum. Di dalam pendekatan kasus (case approach) beberapa kasus ditelaah untuk refensi bagi suatu isu hukum. Lihat : Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Edisi Revisi), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), hal. 133

6. Putusan Pengadilan Negeri No.02/Pid.Sus/2012/PN.Slk. 7. Putusan Pengadilan Tinggi No.50/PID/2012/PT PDG. 8. Putusan Mahkamah Agung No. 467 K/Pid.Sus/2013.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu semua publikasi tentang hukum yang merupakan dokumen yang resmi, seperti buku, kamus, jurnal, dan komentar atas putusan Hakim.1

c. Bahan nonhukum (bahan hukum tersier),

Oleh karena itu bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku-buku, jurnal, majalah, dan internet yang berkaitan dengan tindak pidana penelantaran rumah tangga Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

2

berupa bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan lebih mendalam terhadap bahan-bahan hukum primer dan sekunder tersebut. Bahan hukum tersier yang digunakan seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Hukum, dan Ensiklopedia.3

1

Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hal.47. 2

Disamping sumber-sumber penelitian yang berupa bahan-bahan hukum, penelitian hukum juga dapat mengunakan bahan-bahan nonhukum jika dipandang perlu atau dibutukan. Akan tetapi perlu diingat adalah agar bahan-bahan nonhukum tersebut tidak mendominasi supaya penelitian tersebut kehilangan artinya sebagai penelitian hukum (bahan-bahan nonhukum adalah sebagai pelengkap dan bukan yang utama). Ibid, hal.183-184.

3

Abdul Khadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, ( Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2004), hal. 82.

3. Teknik pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum dilakukan melalui penelitian kepustakaan (library reseach)1 dan penelitian yang bersumber dari pendapat-pendapat ahli berupa doktrin-doktrin hukum, serta pengumpulan bahan hukum dengan cara penyebaran kuisioner sebagai bahan pendukung untuk masyarakat Medan dan Aceh sebanyak 100 kuisioner, 50 untuk masyakat Medan dan 50 untuk masyakat Aceh, yang dilakukan dengan informan atau orang yang dianggap memiliki kompetensi dibidangnya yang bertujuan untuk mendapatkan konsepsi, teori serta pendapat atau pemikiran konseptual. Bahan hukum yang diperoleh melalui studi kepustakaan selanjutnya akan di interpretasikan untuk memperoleh kesesuaian penerapan peraturan dihubungkan dengan permasalahan yang sedang diteliti dan disistematiskan sehingga menghasilkan klasifikasi yang selaras dengan permasalahan dalam penelitian ini.2

4. Analisis Bahan Hukum

Analisis bahan hukum merupakan kegiatan dalam penelitian yang berupa melakukan kajian atau telaah terhadap hasil pengolahan bahan hukum yang dibantu dengan teori-teori yang telah didapat sebelumnya. Secara sederhana analisis bahan hukum disebut sebagai kegiatan memberikan telaah yang dapat berarti mengkritik, mendukung, menambah atau memberi

1

Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), hal.113.

2

komentar dan kemudian membuat suatu kesimpulan terhadap hasil penelitian dengan pikiran sendiri dan bantuan teori yang telah dikuasai.

Bahan hukum yang diperoleh dari hasil penelitian dikelompokkan menurut permasalahan yang selanjutnya dilakukan secara kualitatif. Analisis secara kualitatif dimaksudkan bahwa analisis tidak tergantung dari jumlah bahan hukum berdasarkan angka-angka melainkan bahan hukum yang dianalisis kemudian digambarkan dalam bentuk kalimat-kalimat. Analisis deskriptif kualitatif yaitu metode analisis bahan hukum yang mengelompokkan dan menyeleksi bahan hukum yang telah diperoleh menurut kualitas dan kebenarannya kemudian dihubungkan dengan teori-teori, asas-asas, dan kaidah-kaidah hukum yang diperoleh dari studi kepustakaan sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang dirumuskan

Dokumen terkait