• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

G. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif analitis yaitu penelitian yang akan memaparkan dan menggambarkan bagaimana peraturan perundang-undangan yang berlaku dihubungkan dengan Pelaksanan Asas Mutakhir Pada Tanah Yang Telah Bersertipikat Pada Kantor Pertanahan Kota Medan. Bagaimanakah pelaksanaan asas mutakhir pada tanah yang telah bersertipikat di Kantor Pertanahan Kota Medan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan asas mutakhir pada tanah yang telah bersertipikat di Kantor Pertanahan Kota Medan, serta upaya yang dilakukan dalam menghadapi kendala dalam pelaksanaan asas mutakhir pada tanah yang telah bersertipikat, di Kantor Pertanahan Kota Medan.

2. Metode Pendekatan

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang bersifat

yuridis empiris. Metode yuridis empiris dipergunakan untuk mendapatkan jawaban

dari permasalahan dengan melihat berbagai aspek yang terdapat dalam masyarakat yang berhubungan dengan Pelaksanan Asas Mutakhir Pada Tanah Yang Telah Bersertipikat Pada Kantor Pertanahan Kota Medan.

3. Sumber Data

Data Penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder, yaitu :

a. Data Primer

Data Primer yaitu data pokok yang diperoleh dari nara sumber yang dianggap berkompeten untuk memberikan pendapat yang berhubungan dengan permasalahan ini. Untuk mendukung data primer diperlukan informasi dari pegawai Kantor Pertanahan Kota Medan yang melaksanakan asas mutakhir dalam pendaftaran tanah.

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan studi kepustakaan dengan mempelajari:

1. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum berupa peraturan

perundang-undangan, dokumen resmi atau catatan resmi yang mempunyai otoritas yang berkaitan dengan permasalahan.

2. Bahan hukum sekunder yaitu semua bahan hukum yang merupakan publikasi dokumen tidak resmi meliputi buku-buku, majalah, karya ilmiah52.

4. Populasi dan Sampel Penelitian

“Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian. Apabila seorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi studi atau penelitiannya disebut studi populasi atau studi sensus.”53

Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai Kantor Pertanahan Kota

Medan. Untuk itu diambil sebanyak 2 (dua) orang dari populasi tersebut diatas sebagai sampel dalam penelitian ini.

Untuk melengkapi data dalam penelitian ini, diperlukan nara sumber yang berkompeten yang berhubungan dengan permasalahan dalam tesis ini antara lain yaitu :

1. Satu Orang Kepala Sub Seksi Kantor Pertanahan Kota Binjai.

2. Satu Orang Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Kota Medan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan secara non

probability dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu menentukan

jumlah sampel yang dipilih sebanyak 2 (dua) responden dengan syarat-syarat tertentu

52 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Grup , Jakarta , 2005, hal. 141.

53

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hal. 108.

yang harus dipenuhi yaitu pegawai Kantor Pertanahan Kota Medan yang melaksanakan asas mutakhir, sampel yang dipilih dianggap telah mewakili seluruh populasi.

6. Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang diperlukan, dipergunakan alat pengumpulan data sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan dengan mempelajari dokumen resmi berupa peraturan perundang-undangan dan dokumen resmi lain yang berlaku dan menelaah literatur-literatur yang berhubungan dengan objek penelitian.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan pada beberapa nara sumber yang berhubungan dengan

penelitian ini, yaitu Kepala Sub Seksi Kantor Pertanahan Kota Binjai dan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Kota Medan dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun sebelumnya.

7. Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini, maka lokasi penelitian dilakukan di Kota Medan, yaitu pada Kantor Pertanahan Kota Medan. Peneliti memilih Kantor Pertanahan Kota Medan karena merupakan pelaksana pendaftaran tanah yang terdapat di Kota Medan.

8. Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema

dan dapat dirumuskan suatu hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.54

Sementara itu dalam suatu penelitian antara analisis kualitatif dan analisis kuantitatif tidak harus dipisahkan sama sekali apabila digunakan dengan tepat, sepanjang hal itu mungkin keduanya dapat saling menunjang.55

Kegiatan analisis dalam penulisan ini dimulai dengan dilakukannya pemeriksaan terhadap data yang terkumpul baik melalui wawancara yang dilakukan, inventarisasi peraturan perundang-undangan, karya ilmiah, dokumen-dokumen resmi yang ada dan laporan-laporan penelitian yang berkaitan dengan penulisan tesis ini.

Kemudian data primer dan data sekunder yang ada dilakukan analisis secara kualitatif. Kemudian ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode induktif56 dan deduktif sebagai jawaban atas segala permasalahan hukum yang ada dalam penulisan tesis ini.

54

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, halaman 103.

55

Maria S.W. Sumarjono, Op.Cit, hal. 24.

56

Bambang Sungono, Metodelogi Penelitian Hukum, Raja Grafindo, Jakarta, 1997, halaman 10, prosedur induktif yaitu proses berasal dari proporsi-proporsi khusus sebagai hasil pengamatan dan berakhir pada suatu kesimpulan(pengetahuan baru) berupa asas umum. Dalam prosedur induktif setiap proposisi itu hanya boleh dianggap benar untuk proposisi ini diperoleh dari hasil penarikan kesimpulan dari proposisi-proposisi yang kebenaran empiris.

BAB II

PELAKSANAAN ASAS MUTAKHIR PADA TANAH YANG TELAH BERSERTIPIKAT DI KANTOR PERTANAHAN KOTA MEDAN A. Prinsip Dasar Kerja Pendaftaran Tanah

Secara umum pendaftaran tanah merupakan kegiatan administrasi yang dilakukan oleh pemilik tanah terhadap hak atas tanahnya, baik dalam pemindahan hak maupun dalam pemberian dan pengakuan hak baru. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 telah dirumuskan mengenai pengertian pendaftaran tanah.57

Bachtiar Effendi, membedakan pengertian kegiatan pendaftaran tanah dengan pendaftaran hak atas tanah, yakni :

a. Kegiatan pendaftaran tanah adalah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh

pemerintah secara terus menerus dalam rangka menginventarisasikan data yang berkenaan dengan hak-hak atas tanah menurut Undang-Undang Pokok Agraria dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

b. Pendaftaran hak atas tanah adalah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh si pemegang hak yang bersangkutan dan dilaksanakan secara terus menerus setiap peralihan hak atas tanah tersebut dalam rangka menginventarisasikan data yang berkenaan dengan peralihan hak-hak atas tanah menurut Undang-Undang Pokok Agraria dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah gunanya untuk mendapatkan sertipikat tanda bukti hak atas tanah yang kuat.58

57

Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, menyebutkan bahwa pendaftaran tanah adalah “rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi, yaitu pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya”.

58

Bachtiar Effendi, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan Pelaksanaannya, Alumni, Bandung, 1993, hal. 15.

Rustam Effendi, mengemukakan bahwa ”pada dasarnya yang didaftarkan dalam pendaftaran tanah itu adalah hak, dimana fungsi hak lebih dominan dalam pendaftaran tanah, yang terdaftar bukan hak tetapi fungsi hak, dimana tujuan akhir dari pendaftaran tanah adalah untuk memfungsikan haknya tersebut”.59

Kegiatan pendaftaran tanah telah dilakukan oleh Pemerintah dengan sistem yang sudah melembaga sebagaimana yang dilakukan dalam kegiatan pendaftaran tanah selama ini, mulai dari permohonan seseorang atau badan, kemudian diproses sampai dikeluarkannya bukti haknya (sertipikat) dan pemeliharaan data pendaftarannya dalam buku tanah.60

Ketentuan Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang mengakui bahwa pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan61 yang dilakukan oleh

Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan62 dan teratur63, meliputi

pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang-bidang tanah dan satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya. Akan tetapi ternyata

59

Rustam Effendi Rasyid, Sari Kuliah Pendaftaran Tanah, Medan, 2002.

60

Mhd. Yamin Lubis, Abd. Rahim Lubis, Op. Cit, halaman 104.

61

Rangkaian kegiatan, maksudnya menunjukkan adanya berbagai kegiatan dalam penyelenggaraan pendaftaran tanah yang berkaitan satu dengan yang lain, berurutan menjadi satu kesatuan rangkaian yang bermuara pada tersedianya data yang diperlukan dalam memberikan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan bagi rakyat. Rustam Effendi Rasyid, Op.Cit, hal. 37

62

Terus menerus dan berkesinambungan, maksudnya kepada pelaksanaan kegiatan yang sekali dimulai tidak akan ada akhirnya. Data yang telah terkumpul dan tersedia harus disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi kemudian, sehingga tetap sesuai dengan keadaan yang terakhir.Ibid

63

Teratur, maksudnya menunjukkan bahwa semua kegiatan harus berlandaskan peraturan perundang-undangan yang sesuai karena hasilnya merupakan data bukti menurut hukum, biarpun daya kekuatan pembuktian tidak selalu sama dalam negara-negara yang menyelenggarakan pendaftaran tanah. Ibid

pelaksanaan pendaftaran tanah yang dilakukan oleh Pemerintah masih belum tuntas dan masih memiliki banyak masalah.

Dalam Pasal 19 Undang-Undang Pokok Agraria memberikan jaminan yuridis dalam hal kepastian akan haknya dan kepastian pemegang haknya, termasuk jaminan teknis dalam arti kepastian batas-batas fisik bidang tanah, kepastian luas dan kepastian letaknya serta bangunan yang ada diatas tanah tersebut.

Dalam Pasal 19 Undang-Undang Pokok Agraria ditegaskan pendaftaran tanah meliputi :

a. Pengukuran, pemetaan dan pembukuan tanah

b. Pendaftaran hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut

c. Pemberian surat tanda bukti yang berlaku sebagai alat pembuktian yang

kuat64.

Kegiatan-kegiatan tersebut seluruhnya adalah merupakan rangkaian kegiatan dari pendaftaran tanah dengan memakai sistem publikasi yang dianut yaitu sistem publikasi negatif.65

Aturan pendaftaran tanah yang dikemukakan diatas merupakan petunjuk bagaimana seharusnya pendaftaran tanah dilakukan. Idealnya bila ini dilaksanakan akan memberi dan menciptakan keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan

sebagaimana dikenal dalam tujuan hukum pertanahan66 bagi tanah dan

penggunaannya oleh si pemilik.

64

Tampil Anshari, Pendaftaran Tanah Kepastian Hak, Penerbit Multi Grafik Medan, Cetakan 1, Medan, 2007, halaman 25.

65

Mhd. Yamin Lubis, Abd. Rahim Lubis, Op. Cit, halaman 105.

66

E. Utrecht, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, Cetakan Kesembilan, PT.Penerbitan Universitas, Djakarta, 1996, halaman 26-27.

Telah disebutkan sebelumnya, bahwa pendaftaran tanah merupakan rangkaian kegiatan administatif yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan sampai dengan diterbitkannya tanda bukti hak (sertipikat) serta memelihara data dan rekamannya, guna kepentingan perlindungan hak serta jaminan kepastian hukum, atas kepemilikan atau perolehan hak atas tanah yang dimaksud.

Dalam proses pendaftaran kepemilikan hak atas tanah, Badan Pertanahan Nasional telah menentukan sistem pelayanan/mekanisme pendaftaran pada Kantor Pertanahan, tujuannya agar proses pendaftaran itu dapat lebih efektif dan efisien. Sebagai pelaksanaan dari Instruksi Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun 1998 tanggal 20 Juli 199867, Badan Pertanahan Nasional memberlakukan sistem loket. Yaitu, yang terdiri dari :68

1. Loket I : Informasi Pelayanan

Loket I memberikan informasi, arahan serta gambaran tentang bentuk layanan Kantor Pertanahan terhadap publik. Pada loket ini, pemohon/pendaftar dapat mengakses informasi tentang Tata Usaha Layanan Kantor Pertanahan, perihal hukum dan hak atas tanah, pengukuran dan pendaftaran tanah, pengaturan penguasaan tanah, penatagunaan tanah, maupun pengendalian pertanahan dan pemberdayaan masyarakat. Untuk permohonan resmi, pemohon/pendaftar sebaiknya mengajukan permohonan tertulis, dengan mencantumkan dan/atau melampirkan identitas

67

Instruksi Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1998 tanggal 20 Juli 1998 tentang Peningkatan Efisiensi dan Kualitas Pelayanan Masyarakat Di Bidang Pertanahan.

68

Eko Yulian Isnur, Tata Cara Mengurus Surat-Surat Rumah dan Tanah, Pustaka Yustisia, Cetakan Ketiga, Jakarta, 2009, hal. 27.

pemohon. Termasuk melengkapi jenis permohonan yang ingin diketahui, dan juga mencantumkan peruntukan informasi yang dimintakan tersebut.

2. Loket II : Penyerahan Dokumen Permohonan

Pemohon/pendaftar dapat mengajukan permohonan pendaftaran hak atas tanah melalui loket ini. Biasanya, Kantor Pertanahan telah menyediakan blanko/formulir pendaftaran tanah, yang berisi tentang permohonan layanan yang dimintakan oleh pemohon. Dalam formulir permohonan biasanya berisi daftar isian tentang:

a. Identitas diri atau kuasa pemohon/pendaftar hak atas tanah.

b. Jenis Layanan Kantor Pertanahan; seperti pengukuran, pendaftaran pertama

kali, pendaftaran Hak Milik satuan rumah susun, pendaftaran tanah wakaf, pendaftaran peralihan hak, warisan, pendaftaran Hak Tanggungan, dsb.

c. Data fisik letak tanah yang dimohonkan/ ingin didaftarkan;

d. Lampiran kelengkapan administrasi, sesuai dengan bentuk layanan yang

dimohonkan.

Penerimaan permohonan pendaftaran kepemilikan hak atas tanah, oleh petugas Loket II akan ditindaklanjuti dengan pemeriksaan kelengkapan berkas. Apabila berkas dinilai tidak lengkap, maka akan dikembalikan kepada pemohon/pendaftar, untuk selanjutnya dilengkapi. Apabila dinilai berkas permohonan sudah lengkap, maka petugas Loket II akan menerbitkan Surat Tanda Terima Berkas

Permohonan, lalu memberikan rincian biaya yang harus dibayarkan oleh pemohon/pendaftar.69

3. Loket III : Penyerahan Biaya/Pembayaran

Setelah menerima Surat Tanda terima Berkas Permohonan dan perincian biaya yang harus dibayar, selanjutnya pemohon/pendaftar dapat melakukan pembayaran di Loket III. Petugas Loket III, setelah menerima pembayaran akan menerbitkan Tanda Bukti Pendaftaran dan Pembayaran, yang nantinya akan dipergunakan oleh pemohon/pendaftar untuk mengambil sertipikat bukti kepemilikan hak atas tanah yang didaftarkan.70

4. Loket IV : Penyerahan Produk

Setelah menerima Tanda Bukti Pendaftaran dan Pembayaran, pemohon/pendaftar diharapkan menunggu proses pendaftaran tanah, yang diawali dengan pengukuran, pemetaan serta pembukuan data fisik tanah. Selanjutnya data fisik dan data yuridis tanah tersebut akan dijadikan sebagai dasar pendaftaran hak atas tanah, serta peralihan hak-hak atas tanah yang didaftarkan.

Dalam proses pendaftaran tanah ada tahapan pengumuman perihal permohonan/pendaftaran hak atas tanah yang memberikan kesempatan kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengajukan keberatan, gugatan, dan sanggahan atas kebenaran fisik maupun yuridis dari permohonan/pendaftaran hak atas tanah yang diproses oleh Kantor Pertanahan.

69

Ibid, halaman 28

70

Rangkaian proses kegiatan pendaftaran tanah termasuk balik nama yang dilakukan atas pendaftaran ulang merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara teratur tahap demi tahap. Tahapan dimaksud meliputi kegiatan pengukuran, pemetaan kadasteral, pemberian keputusan akan haknya hingga pada pemberian tanda bukti hak tersebut (sertipikatnya) serta pemeliharaan data pendaftarannya.71

Jika saja dicermati lebih mendalam, maka kegiatan atau tugas pendaftaran tanah itu memang dilakukan dalam enam langkah yaitu :

1. Tugas pengukuran, pemetaan dan penerbitan surat ukur 2. Penerbitan sertipikat hak atas tanah yang berasal dari :

a. Konversi dan penegasan atas tanah bekas hak-hak lama dan milik adat b. Surat keputusan pemberian hak atas tanah

c. Pengganti karena hilang atau rusak

3. Pendaftaran balik nama karena peralihan hak (jual beli, hibah, waris, lelang, tukar menukar, inbreng dan merger).

4. Pendaftaran hak tanggungan (pembebanan hak)

5. Penerbitan Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT)

6. Pemeliharaan data, dokumen/warkah dan infrastruktur pendaftaran tanah.72 Dengan demikian langkah-langkah tersebut disebutkan dalam satuan sistem administrasi pertanahan yang mencakup keterpaduan awal sampai pada perekaman informasi yang baik mengenai data tanah dan hak-hak tanah yang didaftarkan hingga pada pengawasannya.

Dalam pendaftaran tanah yang baik harus melakukan pekerjaan antara kegiatan teknis dan kerangka kerja dan kelembagaan yang tidak hanya pengaturan secara mekanik, survei dan rekaman dari bagian-bagian tanah tersebut tetapi juga

71

Mhd. Yamin Lubis, Abd. Rahim Lubis, Op. Cit. halaman 119.

72

Soni Harsono, State Minister of Agraria Affairs/Head of the National Land Agency, 1993, Mhd. Yamin Lubis, Abd. Rahim Lubis, Op. Cit. halaman 120.

hukum, financial, administrasi, aspek sosial dan politik yang dirangkai atau dipadukan dalam kegiatan manajemen pertanahan.

Kerangka kerja pendaftaran tanah akan meliputi prinsip-prinsip dasar kerja sebagai berikut :

1. Pemberian Status Hukum Dari Tanah Dan Atas Hak-Hak Atas Tanah

Dengan dilaksanakannya pendaftaran atas tanah tersebut tentu ketika itu juga diberikan status hukum berupa hak pada tanah tersebut sesuai dengan hak yang dimohonkan. Bila seseorang memohon hak milik, hak guna bangunan atau hak guna usaha, maka dengan pendaftaran tanah tersebut timbul status hukum diatas tanah itu menjadi hak milik, hak guna bangunan atau hak guna usaha atas nama pemohon yang disetujui.

Artinya dengan didaftarkannya tanah seseorang barulah ada hak milik atas tanah, hak guna bangunan atau hak guna usaha atas tanah dan hak-hak lainnya. Kalau tidak didaftarkan maka tidak ada hak milik, hak guna bangunan dan hak guna usaha atau hak pakai lainnya. Begitu pula jika terjadi pendaftaran balik nama tentu pula diberikan status kepemilikan baru bagi yang memohon untuk balik namanya.73

Pada pemberian status hak dengan balik nama, tentu haruslah ada perbuatan hukum diatas hak itu. Perbuatan hukum dimaksud adalah perbuatan pemindahan dari orang pertama yang telah mendaftarkan hak itu kepada orang kedua (pihak lain) yang menerima hak atas tanah yang disebut dengan pemindahan hak. Menurut ketentuan

73

undang-undang peralihan hak ini mungkin dilakukan dengan jual beli, tukar menukar, hibah, merger dan pemasukan dalam perusahaan atau inbreng (Pasal 37 Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 199774 jo Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 37

tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan PPAT). Pada tahap ini peranan PPAT sebagai pencatat perbuatan hukum untuk melakukan pembuatan akta jual beli, atau akta-akta lainnya harus dipenuhi. Sehingga pengalihan ini menjadi sah adanya dan dapat didaftarkan balik namanya. Dengan adanya akta PPAT inilah nanti akan kembali diberikan status baru dari permohonan balik nama yang dimohon oleh pihak yang menerima pengalihan haknya.

Jadi baik pendaftaran pertama (awal) maupun pendaftaran balik nama (pendaftaran berkesinambungan) yang dilakukan di Kantor Pertanahan setempat adalah tetap pekerjaan administrasi Negara dalam memberikan status hukum atas tanah dimaksud. Sehingga dengan adanya pemberian status hukum di atas tanah yang di daftar, maka si pemilik dengan pendaftaran ini menerima status hak yang dilindungi oleh Negara sesuai dengan jenis haknya.75

74

Pasal 37 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, pemindahan hak :

1. Peralihan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun melalui jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya, kecuali pemindahan hak melalui lelang, hanya dapat didaftarkan, jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Dalam keadaan tertentu sebagaimana yang ditentukan oleh Menteri, Kepala Kantor Pertanahan dapat mendaftar pemindahan hak atas bidang tanah hak milik, yang dilakukan di antara perorangan warga negara Indonesia yang dibuktikan dengan akta yang tidak dibuat oleh PPAT, tetapi yang menurut Kepala Kantor Pertanahan tersebut kadar kebenarannya dianggap cukup untuk mendaftar pemindahan hak yang bersangkutan.

75

2. Pendaftaran Akta dan Haknya.

Pendaftaran tanah dalam balik nama merupakan kegiatan dari pendaftaran akta dan pendaftaran haknya. Namun untuk terjadinya kegiatan ini sering ada tindakan atau perbuatan hukum yang sebelumnya dilakukan dan kemudian ditindaklanjuti dengan pembuatan akta oleh PPAT. Dari sini dapat dilihat dengan jelas bahwa Kantor Pertanahan dibantu oleh PPAT.

Untuk pembuatan akta PPAT tidak dapat dilakukan apabila seseorang tidak menunjukkan sertipikat asli dari tanah tersebut. Bahkan PPAT wajib menolak76 untuk membuatkan aktanya tanpa ada sertipikat hak atas tanah tersebut. Bila dilanggar oleh

76

Menurut Pasal 39 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, PPAT dapat menolak untuk membuat akta jika :

a. Mengenai bidang tanah yang sudah terdaftar atau hak milik atas satuan rumah susun, kepadanya tidak disampaikan sertipikat asli hak yang bersangkutan atau sertipikat yang diserahkan tidak sesuai dengan daftar-daftar yang ada di Kantor Pertanahan;

b. Mengenai bidang tanah yang belum terdaftar, kepadanya tidak disampaikan :

1. Surat bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) atau surat keterangan Kepala Desa/Kelurahan yang menyatakan bahwa yang bersangkutan menguasai bidang tanah tersebut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2);

2. Surat keterangan yang menyatakan bahwa bidang tanh yang bersangkutan belum bersertipikat dari Kantor Pertanahan, atau untuk tanah yang terletak di daerah yang jauh dari kedudukan Kantor Pertanahan, dan pemegang hak yang bersangkutan dengan dikuatkan oleh Kepala Desa/Kelurahan.

c. Salah satu atau para pihak yang akan melakukan perbuatan hukum yang bersangkutan atau salah satu saksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 tidak berhak atau tidak memenuhi syarat untuk tidak memenuhi syarat untuk bertindak demikian;

d. Salah satu pihak atau para pihak bertindak atas dasar suatu surat kuasa mutlak yang pada hakikatnya berisikan perbuatan hukum pemindahan hak;

e. Untuk perbuatan hukum yang akan dilakukan belum diperoleh izin Pejabat atau instansi yang berwenang, apabila izin tersebut diperlukan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku;

f. Objek perbuatan hukum yang bersangkutan sedang dalam sengketa mengenai data fisik dan atau data yuridisnya;

g. Tidak dipenuhi syarat lain atau dilanggar larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.

PPAT tanpa melihat atau melampirkan sertipikat asli tanah maka yang bersangkutan

Dokumen terkait