BAB II TINJAUAN PUSTAKA
B. Metode Penelitian
Metode penelitian ini berisikan langkah-langkah yang ditempuh penulis dalam menyusun tugas akhir ini. Metode penelitian ini disusun untuk memberikan arah dan cara yang jelas bagi penulis sehingga penyusunan tugas akhir ini dapat berjalan dengan lancar.
C. Langkah-langkah Penelitian
Metode penulisan ini berisikan langkah-langkah yang ditempuh penulis dalam menyusun tugas akhir ini. Metode penulisan ini disusun untuk memberikan arah dan cara yang jelas bagi penulis sehingga penyusunan tugas akhir ini dapat berjalan dengan lancar.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh oleh penulis dalam penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Metode Pustaka
Yaitu mengambil bahan-bahan penulisan tugas akhir ini dari referensi-referensi serta literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.
2. Metode Penelitian
Mengadakan penelitian dan pengambilan data di Pembangkit Listrik Tenaga Gas pada unit pembangkitan di Makassar. Kemudian mengevaluasi dan menyimpulkan.
3. Metode Diskusi / Wawancara
Yaitu mengadakan diskusi / wawancara dengan dosen yang lebih mengetahui bahan yang akan kami bahas atau dengan pihak praktisi di Pembangkit Listrik Tenaga Gas pada unit pembangkitan diMakassar.
D. Gambar Proses Operasi PLTG
Pada dasarnya prinsip kerja dari pengoperasian PLTG adalah berdasarkan urutan kerja sesuai pada gambar berikut :
PEMBAKARAN
Gambar 3.1 Proses pengoperasian PLTG
Adapun urutan kerja dariproses pengoperasian PLTG tersebut sebagai berikut
1. Proses Starting 2. Proses Kompresi 3. Proses Pembakaran
4. Transformasi Energi Termis ke Mekanik 5. Transformasi Energi Mekanik ke Listrik
1. Proses Starting
Untuk memutar sebuah turbin gas maka terlebih dahulu diperlukan
RUANG BAKAR
DIESEL KOMPRESSOR TURBIN GENERATOR
UDARA GAS
memperoleh tegangan listrik untuk star dari baterai DC 120 Volt, kemudian Diesel Starting memutar poros turbin untuk memindahkan putarannya ke turbin gas dengan perantara sebuah coupling. Pada putaran 20 % dari putaran nominalnya (1100 rpm) maka bahan bakar mulai masuk ke ruang takar dalam waktu 1 menit (60 detik ) dan dinyalakan dengan penyalaan busi.
Jika putaran turbin mencapai harga dimana daya yang dihasilkannya dapat memikul beban sendiri (kompressor) maka coupling akan terlepas antara alat penggerak dan turbin gas.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Jenis-jenis PLTG
Dengan meningkatnya kebutuhan energi listrik di Makassar dan sekitarnya, maka pemerintah dalam hai ini PLN membangun beberapa pusat pembangkit listrik untuk menunjang kelancaran pasokan listrik yang berlokasi di Unit pembangkitan I (dulunya sektor Tello), pusat pembangkit listrik itu antara lain PLTU, PLTD, danPLTG.
Dalam penelitian ini penulis hanya mempelajari dan mengambil data tentang PLTG, dimana PLTG yang ada pada Unit Pembangkitan I ada 3 jenis yaitu :
1. PLTG Westcan 2. PLTG AIsthom
3. PLTG GE (General Electric)
Diantara 3 PLTG diatas yang berobrasi hanya PLTG Aisthon
1. PLTG WESTCAN
Putaran poros turbin : 5100 rpm
2. PLTG AIsthom A. TurbinGas
Model/Seri : MS . 5001
Siklus : sederhana (terbuka) Jumlah Poros : 1 (satu)
Kompresor : 17 tingkat
Turbin : 2 Tingkat
Putaran poros turbin : 5100 rpm Bahan bakar : HSD (solar) Inlet Temperatur : 30 C
B. Generator
Merk : Alsthom Belford-France
Daya terpasang : 21.35 MW
D. Motor starter
3. PLTG GE (General Electric) A. TurbinGas
Model/Seri : MS. 6001-bc
Siklus : Sederhana (terbuka) Jumlah Poros : 1 (satu)
Kompresor : 24 tingkat
Turbin : 3 Tingkat
Putaran poros turbin : 5100 rpm Bahan bakar : HSD (solar) Inlet Temperatur : 31,5o C B. Generator
Merk : General Electric-6A.3-USA Daya terpasang : 33.44 MW
Putaran : 3000 rpm
Faktor Daya : 0,8
Tegangan : 11 K.Volt
Frekuensi : 50 Hz
B. Peralatan bantu pada PLTG - Lub Oil Pump
- Compartmen Cooling Air Fan - Fan Radiator
- Filter Air Turbune
- Accessries Compartmen Hearter - Turbine Compartmen Coding Fan - Emergency Fuel Oil Pump
- Diesel Starter
- Trafo Pin Fan - Rectifier
- Generator Aux Compertement - Turbin Control Compertment - Turning Gear
- Exciter - Trafo Busi
C. Jenis-jenis Relay Proteksi
Didalam pengoperasian PLTG, tidak selamanya dapat berjalan sesuai dengan prosedur yang ada, karena kemungkinan terjadi kegagalan pengoperasian yang disebabkan adanya beberapa gangguan sehingga mengakibatkan kerusakan pada mesin. Gangguan ini bisa saja terjadi pada saat PLTG sedang beroperasi.
Untuk menghindari hal tersebut diatas maka langkah yang perlu ditempuh adalah melengkapi PLTG dengan sistem proteksi yang bertujuan bila suatu saat terjadi gangguan tidak langsung merusak mesinnya.
Adapun jenis proteksi kelistrikan yang digunakan pada PLTG Unit Pembangkitan i Makassar antara lain:
1. Relay Deferensial (untuk gangguan hubung singkat antara fasa ke fasa dan fasake tanah).
2. Relay Stator Hubung Tanah Tipe 51GN (untuk gangguan stator ke tanah)., 3. Proteksi Rotor Hubung Tanah Tipe 6 4 F (untuk gangguan rotor ke tanah).
4. Relay Daya Balik Tipe CRV-1 (untuk mendeteksi aliran daya aktif yang masuk kearah generator).
5. Relay Kehilangan Medan Penguat Tipe KLF (untuk mendeteksi dan mencegah pemanasan pada saat kehilangan medan penguat).
6. Automatic Voltage Regolator ( untuk gangguan tegangan lebih dan tegangan rendah)
D. Proses Operasi PLTG pada Unit Pembangkitan I Makassar
Pada dasarnya prinsip kerja dari pengoperasian PLTG pada Unit Pembangkitan 1 Makassar adalah sama, dimana proses-proses pengoperasian PLTG tersebut berdasarkan pada urutan kerja dari proses pengoperasian PLTG tersebut sebagai berikut
1. Proses Starting 2. Proses Kompresi 3. Proses Pembakaran
4. Transformasi Energi Termis ke Mekanik 5. Transformasi Energi Mekanik ke Listrik 1. Proses Starting
Untuk memutar sebuah turbin gas maka terlebih dahulu diperlukan peralatan star. Peralatan star ini dinamakan Diesel Starting. Diesel Starting memperoleh tegangan listrik untuk star dari baterai DC 120 Volt, kemudian Diesel Starting memutar poros turbin untuk memindahkan putarannya ke turbin gas dengan perantara sebuah coupling. Pada putaran 20 % dari putaran nominalnya (1100 rpm) maka bahan bakar mulai masuk ke ruang takar dalam waktu 1 menit (60 detik ) dan dinyalakan dengan penyalaan busi.
Jika putaran turbin mencapai harga dimana daya yang dihasilkannya dapat memikul beban sendiri (kompressor) maka coupling akan terlepas antara alat penggerak dan turbin gas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.1 dan gambar 4.2 cara memasukkan coupling dan memisahkan coupling.
Pada gambar 4.1 menunjukkan cara memasukkan coupling dimana jika relay 20 cs memberikan signal listrik ke koil C maka piston akan terangkat dan minyak mengalir ke tabung A dan B dan minyak tersebut akan menekan piston sehingga coupling akan masuk. Sedangkan pada gambar 4.2 menunjukkan cara memisahkan coupling dimana jika relay 20cs tidak memberikan signal listrik ke koil C, maka pegas akan menekan piston ke bawah dan aliran minyak ke tabung A dan B tertutup serta pegas pada tabung A dan B menekan piston sehingga coupling -pg akan terpisah.
Gambar 4.1 Cara memasukkan coupling
Gambar 4.2 Cara memisahkan Coupling
2. Proses Kompresi
Setelah lepasnya coupling dan putaran turbin mencapai 60 % dari putaran nominalnya (3600 rpm), maka diesel starting juga lepas yang kemudian dilanjutkan dengan bekerjanya kompressor. Peranan kompressor adalah untuk mensupply udara bertekanan ke dalam ruang bakar turbin gas, Kompressor ini seporos dengan turbin, dan terdiri dari dua bagian pokok yaitu
a. Rotor.
Terdiri dari sudu gerak yang berfungsi untuk mengisap dan penekanan udara.
b. Stator.
Bagian dari pada kompressor yang diam dan berfungsi untuk mengarahkan aliran udara ke sudu geraknya.
Sudu pengatur (gambar 4.3) ditempatkan di depan kompressor yang mengisap udara yang diperoleh dari udara lingkungan untuk masuk ke kompressor, kemudian sudu-sudu gerak pada rotor kompressor mendorong udara dan menjamin pergerakan aliran udara dalam kompressor (gambar 4.4).
Untuk mendapatkan tekanan yang tinggi maka konstruksi tingkat kompressor makin kebelakang makin menyempit atau saluran udara keluar semakin kecil, sehingga volume udara makin mengecil pula yang akan mengakibatkan tekanan udara makin naik dalam kondisi temperatur normal yaitu 260°C.
Udara bertekanan tinggi ini kemudian dialirkan ke ruang bakar.
Gambar 4.3 sudu pengaturan udara masuk kompressor
Gambar 4.4 Kontruksi Kompressor 3. Proses Pembakaran
Udara bertekanan tinggi yang dihasilkan dari proses kompresi dialirkan ke dalam ruang bakar yang sebagian kecil dari udara tersebut dipergunakan untuk pengabutan bahan bakar dalam ruang bakar, sedangkan sebagian besar dari udara tersebut digunakan untuk mendinginkan ruang bakar (yang menyebabkan pemanasan pertama) terhadap udara tersebut.
Pembakaran terjadi akibat dari persenyawaan (reaksi) antara molekul-molekul oksigen atau udara dengan molekul-molekul-molekui bahan bakar (solar).
Didalam ruang bakar ini udara yang masuk dan dicampur dengan bahan bakar atau dengan kata lain udara tersebut ditambahkan energi termis dipanaskan dengan bekerjanya busi nyala api. Pada saat terjadi proses pembakaran, nyala api dideteksi oleh flame detektor. Susunan ruang bakar dapat dilihat pada gambar 4.5
Ket:
1. Busi nyala api 2. Detektor nyala api
Gambar 4.5 Susunan Ruang Bakar
Konstruksi ruang bakar terdiri dari sebuah tabung yang merupakan dinding ruang bakar yang didalamnya dipasang tabung kedua (biasa disebut Combustion liner), yang berlubang-lubang disekelilingnya untuk jalan masuk udara pembakaran dan pelindung terhadap kontak langsung dinding dengan api ini dapat dilihat pada gambar 4.6
Temperatur dalam ruang bakar ini naik hingga mencapai 520°C pada tekanan konstan. Proses pembakaran menghasilkan gas (kalor) bertemperatur tinggi yang kemudian gas ini menjadi fluida kerja dan turbin gas
Ket:
1. Dinding 5. Detektor nyala api
2. Diafragma kompressor 6. Pipa nyala api bersilang
3. Combustion liner 7. Udara pengambilan
4. Nosel bahan bakar 8. Udara pengambilan
Gambar 4.6 Bagian Kompressor dan ruang bakar 4. Transformasi Energi Termis ke Mekanik
Gas bertemperatur tinggi dari hasil pembakaran kemudian masuk kedalam turbin dimana turbin ini merupakan bagian dari pada mesin yang mengubah energi kalor menjadi energi mekanik. Turbin terdiri dari bagian yang terpenting yaitu:
a. Rotor adalah bagian yang berputar dalam turbin dimana terdapat sudu-sudu gerak. Sudu-sudu-sudu gerak ini dibentur oleh gas yang bertekanan dan bertemperatur tinggi sehingga poros turbin akan berputar.
b. Stator adalah bagian yang diam pada turbin dan berfungsi untuk mempercepat aliran gas pembakaran dan menurunkan tekanan (ekspansi) serta mengerahkan aliran gas sesuai dengan sudut masuk sudu turbin.
Didalam turbin putaran motor semakin meningkat hingga mencapai putaran nominal yaitu 5100 rpm. Hal ini disebabkan oleh gas bertemperatur tinggi dan bertekanan yang membentur sudu-sudu gerak turbin sehingga roda turbin dapat berputar dan menghasilkan energi mekanik. Didalam turbin ini pula terjadi siklus yang lebih dikenal dengan nama siklus Brayton terbuka, dimana gas yang membentur sudu-sudu gerak turbin tadi dibuang langsung ke atmosfer lewat saluran gas buang.
Gambar 4.7 Konstruksi Turbin 5. Transformasi Energi Mekanik ke Listrik
Energi mekanik yang dihasilkan oleh turbin sekitar 6Q % digunakan untuk memutar kompressomya sendiri, dimana kompressor ini menarik udara dan memasukkannya ke sudu gerak turbin untuk mendinginkan sudu turbin tersebut. Sebagian dari energi mekanik tersebut digunakan untuk memutar beban dimana daiam hal ini adaiah Generator listrik AC atau Alternator.
Dengan generator AC ini energi mekanik yang dihasilkan oleh turbin diubah kedalam energi listrik arus bolak balik.
Untuk memutar sebuah generator AC tidak cukup hanya mengandaikan energi mekanik dari turbin tetapi generator AC juga membutuhkan generator DC sebagai penguat (exciter). Penguatan arus DC mensupply arus DC untuk lilitan medan yang terdapat pada rotor generator AC sehingga jadi magnit yang menginduksi ke stator dan menghasilkan energi listrik bolak balik yang dikeluarkan melalui stator.
Karena bekerja secara kontinu yang dapat menyebabkan panas pada mesin, maka generator memerlukan pendinginan. Pendinginan pada PLTG Unit pembangkitan i menggunakan pendinginan Iangsung, dalam artian generator didinginkan langsung dengan udara lingkungan yang terlebih dahulu melewati filter atau penyaring udara.
Energi listrik yang dihasilkan oleh generator kemudian disalurkan Iangsung ke trafo utama. Trafo utama ini berfungsi ganda, yaitu sebagai trafo step up dan trafo step down.
E. Prosedur Pengoperasian PLTG
Mengadakan persiapan dengan memberikan sumber tegangan pada alat bantu kontroi kemudian memutar master operation selector pada posisi auto setelah itu putar master kontrol switch pada posisi start (lampu start menyala) dan alat-alat Bantu akan bekerja dan diesel starting jalan {jika turbin gagal start maka diesel akan start secara auto selama delapan kali, jika sampai delapan kali start diesel turbin jugabelum berhasil maka diesel akan stop). Bila perputaran as turbin sudah mencapai 3 -5 rpm maka speed relay bekerja dan bila putaran turbin mencapai 17-20 % ,makaeksitasi dan baterai masuk dan generator mulai
membangkitkan tegangan sehingga pin fan bekerja dan lampu start menyala, tegangan akan naik pada permulaan proses pembakaran dan busi nyala selama 60 detik dan jika terjadi pembakaran di dalam ruang bakar, maka nyala api akan dideteksi oleh flame detector (Iampu flame menyala). Tegangan akan turun kembali pada pemanasan jika 60 detik tidak terjadi pembakaran di dalam ruang bakar ( akhir dari penyalaan busi) maka putaran tidak akan naik atau tetap pada putaran 17 - 20 %, pada saat itu operator dapat menyetop atau mencoba memberikan pengapian lagi dengan jalan memutar master operation selector switch ke posisi auto. Dengan demikian urutan penyalaan akan mulai lagi yaitu busi bekerja dan akhir dari periode pemanasan dengan terjadi pembakaran pada ruang bakar dan tegangan akan naik sehingga bahan bakar akan bertambah dan mengakibatkan temperatur naik serta temperatur, jika putaran turbin mencapai 40
% eksitasi dan rektifier bekerja dan eksitasi dari baterai tidak bekerja. Setelah mencapai 100 % maka turbin slap untuk
F. Menghitung Daya Turbin
Untuk menghitung besarnya daya yang dibangkitkan oleh turbin gas maka kami menggunakan data perhitungan pada PLTG Alsthom sebagai berikut:
Temperatur sesudah kompresor (T2) : 319oC Temperatur masuk turbin (T3) : 382o Temperatur keluar turbin (T4) : 374oC
Daya yang dibangkitkan (PM) : 17000 KWatt Laju aliran bahan bakar (mf) : 2,112 kg/s
Jenis bahan bakar : solar
Nilai kalor bahan bakar (LHV) : 10518,5 kkal/kg
Massa jenis : 824,02 kg/m3
1. Menghitung perbandingan bahan bakar - udara (APR)
Dalam perhitungan ini gas yang dihasilkan diruang bakar diasumsikan sama dengan gas murni, disebabkan oleh karena perbandingan bahan bakar udara sangatkecil, dan kalaupun ingin dihitung hasilnya hanya berbeda 1-2 % dari hasil sangat aktual.
LHV= 10518,5 x 4,187 = 44040,95 kJ/kg
f =
3. Menghitung laju aliran campuran bahan bakar – udara (mx)
mx= mf+ ma (3-3)
4. Menghitung kerja turbin (WT)
WT = h3-h4 (3-4)
= 13,82 kj/kg
5. Menghitung daya turbin (PT)
PT=mx.WT (3-5)
6. Menghitung Pemakaian bahan bakar spesifik (SFC)
SFC = (3-6)
7. Menghitung efisiensi thermal turbin gas (thermal)
thermis = (3-7)
dimana :
LHV = 44040,9595 kj/kg maka :
thermal =
= 0,18273
= 18,273%
Jadi daya turbin gas yang dihasilkan adalah 19099,2 k Watt atau 190992 MW. Untuk hasilperhitungan daya turbin yang lain dapat dilihat pada lampiran.
G. Sistem Proteksi Kelistrikan PLTG Unit Pembangkitan I Makassar
Sistem proteksi kelistrikan PLTG adalah sistem proteksi yang berfungsi mendeteksi keadaan-keadaan abnormal yang disebabkan oleh masalah-masalah kelistrikan, seperti:
- Hubung singkat antar fasa dan fasa ke tanah - Gangguan stator ke tanah
- Gangguan rotor ke tanah
- Aliran daya aktif yang masuk kearah generator - Kehilangan medan penguat
Keadaan-keadaan abnormal kerap kali terjadi pada generator dan dapat diatasi dengan menggunakan relay-relay proteksi sesuai dengan fungsi dari macam-macam keadaan diatas.
1. Relay Deferensial
Relay Deferensial merupakan pengaman utama pada generator maupun trafo generator untuk gangguan hubung singkat antar fasa dan antara fasa ke tanah untuk generator dengan pentanahan langsung.
a. Prinsip kerja relay deferensial berdasarkan prinsip keseimbangan (balance)
Yaitu membandingkan arus-arus sekunder dari trafo arus yang terpasang pada terminal peralatan yang diproteksi. Gambar 4.8 menunjukkan pengawatan relay deferensial.
Gambar 4.8 Pengawatan relay deferensial
Jika relay proteksi dipasang antara terminal 1 dan 2, maka dalam kondisi beban normal tidak ada arus yang mengalir melalui relay (seperti gambar diatas).
Bila terjadi gangguan diluar daerah pengamanannya (external), maka arus yang mengalir akan bertambah besar, akan tetapi sirkulasi arusnya akan tetap seimbang, sehingga relay tetap tidak bekerja (gambar 4.9). Bila terjadi gangguan didalam daerah pengamanannya (internal),
maka arah sirkulasi arus disalah satu sisi akan terbalik dan menyebabkan keseimbangan pada kondisi normal terganggu, akibat ini arus Id akan mengalir melalui relay dari terminal 1 ke terminal 2. Bila arus id lebih besar dari pada settingnya. maka relay akan bekerja yang diproteksi dapat diisolasi dari sistem (gambar 4.10).
Gambar 4.9 Gangguan External
Gambar 4.10 Gangguan Internal
b. Prinsip kerja relay deferensial persentase
Relay Deferensiai persentase mempunyai kumparan tambahan yang disebut kumparan penahan (restraining winding).Torsi yang dihasilkan oleh arus-arus yang mengalir melalui kumparan penahan akan membuat kontak trip relay tetap pada posisi membuka. Torsi dan kumparan penahan tersebut sebanding dengan jumlah arus-arusnya.
Jika terjadi gangguan diluar daerah pengamanannya torsi dari kumparan penahan ini sangat besar sehingga mencegah terjadinya kesalahan tripping. Sebaliknya bila terjadi gangguan didalam daerah pengamanannya arus-arus yang mengalir melalui kumparan penahan akan sating menghilangkan (berlawanan arahnya) sehingga torsi penahan yang terjadi sangat kecil.
Kontak trip akan menutup, bila torsi kerja yang dihasilkan oleh id lebih besar dari pada persentase arus-arus penahannya (tergantung pada tipe relay deferensial persentase yang dipakai). Beberapa relay deferensial persentase dibuat untuk bekerja jika terjadi ketidak seimbangan antara arus penahan pada harga persentase tetap, tetapi ada pula yang dibuat pada harga arus deferensial yang bervariasi.
2. Relay Daya Balik Type CRV -1
Relay Daya Balik ini berfungsi untuk mendeteksi aliran daya aktif yang masuk ke arah generator. Selama penguatan masih tetap sama dengan keadaan saat kerja sebagai generator), maka aliran daya reaktif generator sama halnya sebelum generator bekerja sebagai motor. Dengan demikian pada saat
generator bekerja sebagai motor, daya aktif akan masuk ke generator, sementara itu aliran daya reaktif mungkin masuk atau mungkin juga keluar.
Relay daya batik ini harus mempunyai respon yang sangat sensitif terhadap gejala awal dari daya balik. Proteksi daya batik dapat dilihat pada gambar 4.11. Prinsip kerja relay ini pada dasarnya sama dengan wattmeter.
Kontak elemen arah (D) akan menutup apabila aliran daya aktif menuju generator. Masuknya kontak (D)akan memperkerjakan relay CV, yang kontaknya masuk setelah setting waktu tertentu untuk kemudian mentripkan PMT. Untuk mengamankan generator dari daya balik dipasang peralatan pengaman dua buah. Pengaman pertama merupakan pengaman utama (main protection), sedangkan pengaman kedua merupakan pengaman bantu (back up protection).
3. Relay Stator Hubung Tanah
Prinsip penggunaan relay ini dipengaruhi oleh sistem pentanahannya.
Pada sistem pentanahan dengan trafo distribusi, tegangan urutan nol digunakan sebagai besaran ukurnya. Dalam hai ini relay tegangan lebih digunakan untuk mendeteksi besaran tegangan urutan nol yang terjadi. Letak relay tegangan lebih pada pentanahan dengan trafo distribusi ini dapat dilihat pada gambar 3.13. Relay (59)akan bekerja, apabila besarnya tegangan urutan nol melebihi setting tegangan padarelay tersebut.
Pentanahan dengan tahanan dan reaktansi disebut pentanahan impedansi. Pada sistem pentanahan impedansi, arus urutan nol pada rangkaian digunakan sebagai besaran ukurnya. Relay yang digunakan adaiah relay arus
lebih. Letak relay arus lebih pada pentanahan impedansi dapat dilihat pada gambar 4.13. Prinsip kerja relay ini (type 51GN), berdasarkan adanya arus urutan nol (lo) yang mengalir pada rangkaian relay. Arus urutan nol terjadi, apabila belitan pada generator terhubung ke tanah. Apabila arus yang mengalir melebihi besarnya setting arus pada relay, maka relay bekerja untuk melepas PMT generator.
Gambar 4.12 Relay tegangan lebih pada pentanahan dengan trafo distribusi
3
Gambar 4.13 Relay arus lebih pada pentanahan impedansi
Untuk generator yang ditanahkan langsung, gangguan stator hubung tanah dapat diamankan dengan relay deferensial.
4. Proteksi Rotor Hubung Tanah (64F)
Relay ini mendeteksi gangguan rotor ke tanah dan prinsip kerja relay ini ada dua cara yaitu:
a. Dengan memasang tahanan tinggi paralel dengan belitan rotor dan dipasang voltmeter. Bila terjadi suatu gangguan pada rotor, maka voltmeter akan menyimpang. Kelemahan cara ini yaitu bile terjadi gangguan ditengah rotor, voltmeter tidak menyimpang. Untuk itu dipasang kontak B yang sewaktu-waktu digunakan untuk mengontrol apakah terjadi gangguan tepat ditengah rotor.
b. Dengan menggunakan rangkaian. penyearah seperti gambar 4.14 dibawah ini:
Gambar 4.14 Relay rotor hubung tanah Ket:
C : d-c/dc converter D : Detektor
G : Generator 4 Hz As : Threshold Display
A : Output Relay
V : Elektro Mechanical Indikator sh : Shunt
Adapun cara kerjanya adalah :
- Peralatan diberi supply sumber DC
- Supply DC ini kemudian masuk ke Converter (C)
- Lalu dihubungkan ke sebuah generator 4 Hz (G) yang membangkitkan sinyalfrekwensi rendah yang sinusoidal. Selanjutnya meneruskan ke modul menembus body dari modul (TRIVIA), dimana rangkaian LG distel pada 4 Hz yang terpasang dekat rotor generator.
- Saat terjadi gangguan, arus akan mengalir ke tahanan pentanahan generator dan selanjutnya mengalir ke shunt. Dan terminal shunt, sinyal akan tersaring oleh (F) dan diteruskan ke detektor (D).
- Detektor kemudian membandingkan harga dari pelayanan komponen (modul) dengan bagian tegangan dari generator yang diatur oleh tahanan dari Threshold Display (AS). Saat threshold display ini bekerja melebihi ambang batasnya kemudian mengoperasikan output relay (A). Saat A bekerja lalu memberikan sinyal indikator electromechanical bahwa terjadi gangguan rotor ke tanah.
5. Relay Kehilangan Medan Penguat
Hilangnya medan penguat akan membuat putaran mesin naik sehingga akan menimbulkan panas yang berlebihan pada ujung-ujung lilitan stator generator dan dapat menyebabkan generator lepas sinkron dari sistem. Untuk
mengatasi hal ini maka perlunya memasang relay yang dapat mengatasi hilangnya medan penguat.
Relai ini baru memadai dipakai jika ada hubungan dengan penghematan investasi isolasi generator, oleh karenanya baru layak dipakai pada generator-generator dengan tegangan tinggi. Pada gambar 3.16 berikut ini memperlihatkan relay kehilangan medan penguat type KLF Westing house.
Relai ini baru memadai dipakai jika ada hubungan dengan penghematan investasi isolasi generator, oleh karenanya baru layak dipakai pada generator-generator dengan tegangan tinggi. Pada gambar 3.16 berikut ini memperlihatkan relay kehilangan medan penguat type KLF Westing house.