• Tidak ada hasil yang ditemukan

Percobaan I. Fase perkembangan organ bunga

PEMBAHASAN UMUM Tinjauan terhadap Aspek Praktikal

Percobaan I dan II menunjukkan bahwa pembungaan H. diversifolia Bl. dipengaruhi baik oleh faktor endogen maupun faktor lingkungan. Faktor endogen yang mempengaruhi induksi pembungaan H. diversifolia Bl. adalah kandungan gula pereduksi, yaitu terjadi peningkatan kandungan gula pereduksi pada saat terjadi induksi bunga. Kandungan gula pada pucuk yang terinduksi adalah 7.40 mg.g-1, sedangkan pada pucuk yang tidak terinduksi kandungan gula pereduksinya hanya 4.14 mg.g-1. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tindakan budidaya yang dapat mempengaruhi kandungan gula pereduksi pada pucuk

H. diversifolia Bl. diduga berpotensi memacu pembungaan Hoya.

Pemberian gibberelin secara eksogen merupakan tindakan budidaya yang berpotensi memacu pembungaan H. diversifolia Bl., karena menurut Guardia dan Benlloch (1980) dalam Marschner (1995), pemberian gibberelin (GA) sebanyak 100 mg.l-1 dapat meningkatkan konsentrasi gula pereduksi pada tajuk bunga matahari. Selain berpotensi memacu pembungaan melalui peningkatan konsentrasi gula pereduksi pada tajuk, Taiz dan Zeiger (2002) menyatakan bahwa aplikasi gibberelin secara eksogen dapat menggantikan kebutuhan faktor endogen, misalnya umur tanaman, pada autonomous flowering plant. Hoya merupakan tanaman yang tidak akan berbunga sebelum mencapai umur dan ukuran tertentu (Baudendistel 1979). Penghambatan sintesis gibberelin melalui penggunaan paclobutrazol, terbukti menghambat pembungaan H. diversifolia Bl. (Aini 1998; Indriyani 1999), sehingga aplikasi gibberelin secara eksogen memiliki potensi menginduksi pembungaan H. diversifolia Bl.

Percobaan II menunjukkan bahwa hara merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi pembungaan H. diversifolia Bl. Pemupukan dapat meningkatkan jumlah tunas generatif dan mempercepat pembentukan tunas generatif pertama pada H. diversifolia Bl. dibanding tanaman yang tidak dipupuk. Pembentukan tunas generatif pertama pada tanaman yang dipupuk terjadi pada 7 MSP, sedangkan pada tanaman yang tidak dipupuk tunas generatif pertama baru terbentuk satu minggu kemudian.

Nilai estetika tanaman hias berbunga, selain ditentukan oleh kualitas dan kuantitas bunga, juga dipengaruhi oleh penampilan keseluruhan tanaman termasuk bagian vegetatifnya (batang dan daun). Permasalahan lain yang dihadapi

H. diversifolia Bl. dalam pengembangannya sebagai tanaman hias komersial adalah batang yang terlalu panjang, sehingga bunga dan daun menjadi terlihat jarang dan penampilan tanaman menjadi tidak kompak. Percobaan II menunjukkan bahwa intensitas cahaya 17.8 dan 10.1 Klux meningkatkan tinggi tanaman sebesar 27% dan 39% dibanding pada intesitas cahaya 28.2 Klux sehingga menghasilkan batang yang lebih panjang. Walaupun peningkatan panjang batang H. diversifolia Bl. pada intensitas cahaya yang lebih rendah diiringi peningkatan jumlah buku, namun tidak disertai oleh peningkatan jumlah dan luas daun, serta jumlah tunas generatif yang terbentuk, sehingga tanaman tampak kurus dan tidak kompak. Hal tersebut menunjukkan, intensitas cahaya 28.2 Klux dapat menghasilkan tanaman dengan batang yang lebih pendek dengan jumlah dan luas daun yang tidak berbeda dibanding tanaman pada intensitas cahaya yang lebih rendah, sehingga menghasilkan tanaman yang lebih kompak.

Warna daun tanaman juga menentukan nilai estetika tanaman. Pada intensitas cahaya 28.2 Klux warna hijau daun H. diversifolia Bl. lebih terang dibanding pada intensitas cahaya 10.1 Klux, namun tetap lebih gelap dibanding standar yang memiliki nilai 155. Percobaan II menunjukkan bahwa pemupukan dapat meningkatkan ukuran daun (tebal dan luas daun) serta menghasilkan daun

dengan warna yang lebih hijau. Pemupukan dan pemeliharaan tanaman

H. diversi folia Bl. pada intensitas cahaya 28.2 Klux diduga dapat menghasilkan tanaman yang lebih kompak dengan jumlah tunas generatif yang lebih banyak dibanding kombinasi perlakuan lainnya.

Tinjauan terhadap Adaptasi Tanaman

Pengembangan suatu spesies menjadi tanaman hias komersial dibatasi oleh kesesuaian lingkungan tumbuh tanaman, sehingga adaptasi tanaman pada rentang kondisi lingkungan yang luas merupakan salah satu keunggulan suatu spesies untuk digunakan sebagai tanaman hias. Tanaman merambat dapat digunakan sebagai pergola pada lahan terbuka maupun sebagai topiary yang diletakkan di

46

dalam ruang tergantung pada kemampuan tanaman untuk beradaptasi pada intensitas cahaya di lingkungan tersebut. Selain intensitas cahaya, respon tanaman terhadap status hara lingkungan tumbuhnya juga dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam upaya pengembangan spesies tersebut menjadi tanaman hias.

Bentuk adaptasi H. diversifolia Bl. terhadap intensitas cahaya rendah dapat dilihat dari parameter tebal daun, kandungan klorofil, dan rasio klorofil a/b daun. Penurunan tebal daun pada intensitas cahaya rendah merupakan bentuk adaptasi tanaman untuk meningkatkan transmisi cahaya baik ke sel-sel fotosintetik dalam daun maupun ke daun yang terletak di bawahnya. Peningkatan kandungan klorofil total, klorofil a, dan klorofil b pada intensitas cahaya rendah bertujuan untuk memaksimalkan absorpsi foton, sedangkan penurunan nisbah klorofil a/b akibat peningkatan klorofil b merupakan upaya untuk memperluas ukuran antena fotosistem II. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa H. diversifolia Bl. dapat beradaptasi dengan baik pada rentang intensitas cahaya dari 10.1 Klux (naungan 64%) hingga 28.2 Klux (naungan 0%).

Menurut Marschner (1995), tanaman liar dapat memiliki respon yang berbeda maupun serupa terhadap hara dibanding tanaman budidaya. Tanaman liar tipe I merupakan tanaman yang teradaptasi pada habitat yang kekurangan hara, dicirikan dengan pertumbuhan yang lambat, bahkan pada kondisi ketersediaan hara tinggi. Tanaman tipe II memiliki respon terhadap hara yang serupa dengan tanaman budidaya, yaitu pertumbuhannya sangat terhambat pada kondisi kekurangan hara, bahkan memunculkan gejala defisiensi. Pertumbuhan tanaman tipe II terpacu pada kondisi cukup hara. H. diversifolia Bl. merupakan tumbuhan epifit, terkadang litofit, sehingga habitat aslinya merupakan lingkungan yang tidak menyediakan cukup hara. Hasil percobaan II menunjukkan bahwa pemupukan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman yang dicerminkan dari peningkatan tinggi, jumlah buku, dan jumlah tunas generatif tanaman, namun tanaman yang tidak dipupuk tidak menunjukkan gejala defisiensi. Respon H. diversifolia Bl terhadap pemberian pupuk yang menyerupai respon tanaman tipe II diduga disebabkan oleh asal bahan tanaman yang digunakan. Stek H. diversifolia Bl. yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari tanaman yang dipelihara di

rumah kaca Kebun Raya Bogor dan telah memperoleh beberapa tindakan budidaya seperti penyiraman dan pemupukan teratur, sehingga tanaman mulai responsif terhadap ketersediaan hara. Pada kondisi tidak tersedia cukup hara, H. diversifolia Bl. memiliki respon serupa dengan tanaman tipe I, sesuai dengan habitat asalnya yang tidak menyediakan cukup hara.

H. diversifolia Bl. merupakan tanaman yang belum banyak dibudidayakan dan masih berada dalam tahap awal domestikasi. Domestikasi H. diversifolia Bl. merupakan upaya untuk menghasilkan tanaman yang dapat berbunga pada waktu yang diperlukan dan dengan jumlah yang lebih banyak, serta memiliki bentuk tanaman yang lebih kompak. Namun demikian, sifat-sifat liar H. diversifolia Bl. yang dapat beradaptasi pada rentang cahaya dan ketersediaan hara yang cukup lebar merupakan sifat yang perlu dipertahankan.

Dokumen terkait