• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

URAIAN KETERANGAN A. Kantong

B. Dinding darat

5.1.3 Metode pengoperasian muroami

Muroami di Kepulauan Seribu dioperasikan pada kedalaman antara 10-20 m pada daerah yang mempunyai dasar perairan karang hingga perairan yang lebih dalam dengan dasar perairan pasir. Muroami juga dioperasikan di tepi lereng terumbu karang, sesuai dengan habitat ikan target penangkapan yaitu ekor kuning yang hidup di tepi lereng terumbu karang.

Metode pengoperasian muroami di Kepulauan Seribu terbagi ke dalam empat tahap yaitu pengecekan arus, setting atau pemasangan kantong dan jaring dinding di perairan, penggiringan ikan, hauling atau pengangkatan kantong yang sudah berisi hasil tangkapan sekaligus pelepasan jaring dinding dan penanganan hasil tangkapan diatas kapal (Gambar 9). Secara rinci proses operasi penangkapan muroami adalah sebagai berikut :

1) Pengecekan Arus

Juragan selaku kapten kapal menentukan lokasi perairan yang akan dijadikan

fishing ground. Setelah menemukan perairan yang diperkirakan akan

dijadikan fishing ground, maka satu orang nelayan menyelam menggunakan selang yang disambungkan dengan kompresor untuk mengecek kondisi arus, baik arah maupun kekuatan arusnya. Pengecekan arus ini tidak menggunakan alat khusus, tetapi dengan cara nelayan yang menyelam merasakan dan memperkirakan berdasarkan insting dan pengalaman. Arus yang dicek pada pengoperasian muroami ini adalah arus dalam, yaitu arus pada kedalaman dimana jaring akan dipasang. Jika kemudian diketahui arus tersebut cocok untuk dilakukan operasi penangkapan, maka ABK lain segera bersiap untuk melakukan setting.

kencang maupun lambat), sesuai dengan yang dinyatakan oleh Subani dan Barus (1989);

2) Setting

a) Setelah diputuskan akan dilakukan setting, maka nelayan penyelam yang berjumlah 7-8 orang menyelam dengan menggunakan selang yang disambungkan dengan kompresor untuk bernapas di dalam air. Setting diawali dengan penurunan kantong dari atas sampan oleh 2 orang nelayan dan penurunan jaring dinding dari atas kapal besar. Posisi penurunan kantong diawali pada bagian poncot. Sementara itu, penyelam yang telah berada di dalam air membawa kantong dan jaring dinding tersebut ke kedalaman yang telah ditentukan untuk dipasangi kantong dan jaring dinding. Satu orang penyelam bertugas untuk memasang jaring dinding darat dan satu orang memasang jaring dinding laut, sementara sisanya memasang kantong;

b) Kantong dan jaring dinding dipasang di dasar perairan dengan cara diikatkan pada batu-batuan karang. Kantong dipasang berlawanan arah arus agar kantong dapat terbuka dengan sempurna. Jika pada dasar perairan tidak ditemukan batuan karang atau dasar perairannya pasir, maka digunakan linggis sepanjang 1 m yang ditancapkan pada dasar perairan untuk diikatkan pada bagian ujung depan kantong;

c) Jika arus yang ada di perairan tidak optimal membuka mulut kantong, maka pada bagian bulan-bulan diikatkan plastik ukuran 1-2 kg dengan jumlah yang disesuaikan, berfungsi sebagai pelampung tambahan agar kantong dapat terbuka dengan maksimal;

d) Jaring dinding darat yang dipasang pada kedalaman yang dangkal dan jaring dinding laut yang dipasang pada kedalaman yang lebih dalam, disambungkan dengan bagian ujung depan kantong dengan cara mengikatkan kedua jaring tersebut menggunakan tali yang mudah putus. Tali tersebut biasanya terbuat dari serat-serat kayu sehingga selain kuat mengikat (menyambungkan) kantong dengan dinding, juga dapat mudah terlepas pada saat kantong ditarik

sebagai penanda dimulainya hauling. Fungsi kedua jaring dinding tersebut adalah sebagai sayap penggiring ikan menuju kantong;

e) Tali ampar dan tali bulan-bulan yang terdapat pada kantong, diikatkan pada sampan jika proses setting telah selesai dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengetahui posisi kantong pada saat proses penggiringan nantinya. Proses setting berlangsung selama 20-30 menit. Setelah setting selesai, para penyelam kembali naik ke atas kapal besar untuk mempersiapkan proses penggiringan;

3) Penggiringan

a) Setelah para penyelam kembali ke atas kapal besar, juragan mengemudikan kapal menuju tempat penggriringan. Jarak antara posisi penggiringan dengan posisi kantong dapat mencapai 1 mil, tergantung dari luasnya terumbu karang di perairan tersebut.

b) Penyelam yang bertugas untuk menggiring ikan bersiap-siap kembali memasang selang kompresor dan membawa alat penggiring (elot). Setiap penyelam membawa satu cincin penggiring. Jumlah penyelam pada proses penggiringan berjumlah 7-8 orang.

c) Penyelam masuk kembali ke dalam air untuk memulai proses penggiringan. Urutan penyelam yang pertama terjun ke dalam air dimulai dari penyelam yang bertugas menggiring di perairan yang dangkal (ke arah darat) diikuti oleh penyelam yang bertugas menggiring ikan di perairan yang lebih dalam, sampai ke penyelam yang mendapat posisi penggiringan di perairan yang paling dalam atau yang disebut kepala tengah.

d) Jarak antar penggiring berkisar antara 12-15 m tergantung pada jumlah penggiring.

e) Penggiringan ikan dilakukan dengan cara berjalan diatas karang sambil membunyikan alat penggiring (elot) tersebut sekeras mungkin. Bahkan terkadang elot tersebut dibenturkan dengan batuan karang agar suara yang dihasilkan lebih keras dan dapat lebih mengagetkan ikan yang bersembunyi di dalam karang. Proses ini berlangsung terus sampai ikan masuk ke dalam kantong. Agar para penyelam dapat menggiring ikan sampai ke posisi

kantong, maka kapal besar yang membawa kompresor pun berjalan perlahan mengikuti arah penggiringan.

f) Jika ikan telah memasuki mulut kantong, para nelayan yang berada diatas kapal berenang menuju sampan untuk kemudian melakukan proses hauling atau penarikan jaring kantong. Lamanya proses penggiringan sekitar 10-40 menit, tergantung pada jarak antara posisi awal penggiringan dengan posisi kantong.

4) Hauling

a) Hauling diawali dengan menarik tali ampar terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan agar mulut kantong tertutup dan ikan yang telah memasuki kantong memiliki peluang yang kecil untuk keluar dari kantong.

b) Selama proses hauling, penyelam yang tadi menggiring ikan kembali membagi tugas, yaitu satu orang melepaskan jaring dinding darat, satu orang melepaskan jaring dinding laut, satu orang membawa elot kembali keatas kapal besar, sisanya ada yang masih menggiring ikan pada mulut kantong dan ada beberapa penyelam yang memeriksa kantong agar tidak tersangkut dengan karang.

c) Sementara itu, nelayan yang berada diatas sampan terus menarik tali ampar sampai kemudian ditarik pula tali bulan-bulan hingga ke bagian poncot. Jumlah nelayan yang menarik kantong diatas sampan berjumlah 5-7 orang, namun jika kekurangan tenaga, penarikan jaring pun dilakukan oleh penyelam penggiring yang telah selesai tugasnya di dalam air. Setelah bagian poncot yang berisi hasil tangkapan diangkat keatas sampan, selanjutnya sampan ditarik menggunakan tali ke arah kapal besar untuk menyimpan hasil tangkapan ke dalam palkah.

d) Hasil tangkapan dipindahkan kedalam palkah atau box fiber yang telah diisi es balok. Pemindahan hasil tangkapan ini dapat menggunakan serok atau tris (keranjang plastik) sebagai alat bantu. Proses hauling berlangsung selama 5-20 menit.

5) Penanganan hasil tangkapan di atas kapal

Hasil tangkapan yang baru saja didapatkan setelah hauling langsung dimasukkan ke dalam palkah tanpa adanya penyortiran terlebih dahulu,

kecuali untuk ikan-ikan yang beracun seperti buntal. Penyortiran hasil tangkapan dilakukan pada saat perjalanan menuju fishing base dengan memisahkan hasil tangkapan berdasarkan jenis dan ukurannya. Sementara untuk hasil tangkapan sampingan yang tidak bernilai ekonomis seperti ikan kecil atau ikan hias dibuang kembali ke laut dalam keadaan mati.

Dokumen terkait